Wednesday, December 12, 2012

Thomas Edison dan Kota Edison, di Amerika Serikat

Thomas Edison dan Kota Edison
Saya tinggal di Kota Edison, New Jersey Amerika Serikat cukup lama. Edison ini adalah sebuah kota kecil dengan penduduk tidak melebihi 100.000 orang. Kota ini masuk di lingkup kecamatan yang memiliki nama unik, Kecamatan Middlesex. Percaya atau tidak, ternyata di New Jersey sendiri, entah mengapa, terdapat beberapa kecamatan yang berbau ‘sex’ dari segi penamaan. Sebut saja, selain Middlesex ada juga Kecamatan Essex, dan Kecamatan Sussex. Selain di NJ, Sussex County ada juga di Negara bagian Delaware.
Tapi kali ini, saya tidak akan membahas mengenai semua nama yang ‘ngesex’ tersebut. Justru saat ini saya ingin mengupas sedikit tentang kota di mana saya tinggal bertahun-tahun itu. Apalagi kalau bukan Edison. Kita semua mungkin sudah tahu betul tentang Thomas Alfa Edison, seorang penemu besar. Nah, ternyata asal muasal pemberian nama Kota Edison ada sangkut pautnya dengan si Edison sang penemu itu. Mari kita maju lebih jauh untuk mengenal Kota Edison, dan Thomas Edison.
Kota Edison pertama kali dideklarasikan pada 17 Maret 1987, oleh keputusan DPRD setempat. Kota kecil ini terbentuk dari bergabungnya sebagian kota Piscataway dan sebagiannya lagi dari Kota Woodbridge, yang keduanya berbatasan langsung dengan Kota Edison. Kita mungkin menyebut hal itu sebagai pemekaran. Lantas kenapa diberi nama Edison? Oleh karena Thomas A. Edison memiliki laboratorium utama, pertama, dan terbesar untuk segala macam penelitiannya di Menlo Park, Edison ini. Untuk penghormatan kepada beliaulah maka namanya diabadikan sebagai nama kota itu.
Kota Edison, walaupun kecil tapi pernah masuk dan terpilih sebagai salah satu dari 10 kota terbaik untuk ditinggali. Edison juga masuk sebagai salah satu dari “America’s 10 Best Places to Grow Up” oleh U.S. News & World Report. Penilaian tersebut didasari pada seberapa kurang tingkat kejahatan di setiap kota yang dinilai, sebaik dan sekuat apa sekolah-sekolah dan pendidikan yang ada, taman-taman hijau terbuka, dan banyaknya tempat-tempat rekreasi. Kalau untuk itu semua, saya juga pasti akan mengamini bahwa Edison memiliki kriteria-kriteria tersebut, dengan ‘nilai’ yang sangat bagus.
Di kota inilah juga tinggal berbagai macam orang dari belahan dunia bernama Asia. Kota ini jelas-jelas didiami begitu banyak orang Asia termasuk Indonesia. Di sinilah main centers of Asian American cultural diversity. Menurut sensus penduduk tahun lalu, tidak kurang dari 28-30% penduduk Kota Edison adalah orang-orang India atau yang sudah menjadi Indian-American. Ini tentu saja menjadikan Edison sebagai kota yang memiliki presentase penduduk dari ras Indian-American tertinggi di seluruh Amerika. Total seluruh penduduk Asian-American di Kota Edison menurut hasil sensus yang lalu adalah sebesar 43,2%. Walikota Edison tahun 2006-2009 bahkan berasal dari Asia juga yaitu Jun Choi, asal Korea.

Monday, November 12, 2012

Latvia Meningkatkan Kerjasama Dengan Indonesia


Beberapa bulan lalu Menlu Latvia beserta delegasinya mengadakan kunjungan ke Indonesia untuk lebih mempererat hubungan diplomatik antara keduanya. Menlu Latvia Edgars Rinkevics mengadakan kunjungan resmi dan bertemu dengan Menlu Indonesia Marty Natalegawa dan Mentri Ekonomi Kreatif Marie Elka Pangestu. Pada saat kunjungan tersebut, datang bersama Menlu Latvia rombongan pengusaha dan wakil dari Kadin Latvia. Bahkan antara Kadin Latvia dan Kadin Indonesia sudah menandatangani Memorandum of Understanding (MOU).

Beberapa hari yang lalu, selama tiga hari yaitu dari tanggal 4-8 November 2012 kantor Konsulat Kehormatan Latvia di Jakarta mengadakan kunjungan resmi ke Sulawesi Utara. Kunjungan tersebut adalah bagian dari tindak lanjut penyusunan skema kerjasama bilateral ekonomi untuk periode berikutnya. Sebelumnya Latvia juga telah mengadakan implementasi kerja sama nyata dengan Kabupaten Sleman di Jogjakarta.

Latvia sendiri adalah sebuah negara pecahan Uni Sovyet yang berpenduduk hanya sekitar 2,2 juta orang. Negara ini adalah negara Uni Eropa yang paling terkena dampak krisis keuangan global beberapa tahun yang lalu. Namun juga ternyata Latvia adalah satu-satunya negara Uni Eropa yang paling cepat pulih dari krisis. Bahkan jauh melebihi Inggris, Belanda, Cyprus, Jerman, dan lainnya. GDP Latvia adalah yang paling tinggi dibanding negara-negara Uni Eropa lainnya, dan mata uang Latvia yaitu Lats adalah yang paling tinggi di dunia sampai saat ini. Lebih tinggi dari Euro, Dollar, maupun Poundsterling.

Wednesday, September 5, 2012

Menulis di Kompasiana

Menulis di Kompasiana

Kompasina bagi saya adalah gabungan Media Sosial dan Media Jurnalisme Warga. Apa yang Anda dapatkan di media sosial ada dalam ruang lingkup Kompasiana. Begitu juga peran Kompasiana sebagai media jurnalisme warga (citizen journalism) sangat terlihat jelas. Sejalan dengan perjalanan waktu, kini Kompasiana sudah dihuni sejuta lebih orang (baca: penulis), angka yang fantastis dan luar biasa.

Sejak menjadi anggota Kompasiana setahun yang lalu (2011) saya sudah menulis sekian banyak tulisan, membaca sekian banyak tulisan, dan mempelajari sekian banyak tulisan. Ada begitu banyak penulis kaliber maupun pemula yang ‘menjajakan’ dan ‘menjual’ tulisan-tulisan mereka di sana. Tak kurang dari menteri, mantan menteri, mantan anggota dewan, ketua DPR, pengusaha, politisi, dosen bahkan sampai karyawan biasa, tukang bakso, dan tukang jual kartu telpon sudah menjadi anggota Kompasiana ini (dikenal sebagai kompasianer). Hampir semua dari semua profesi datang berkerumun di bawah satu atap ini.

Bisa jadi sudah puluhan ribu (bahkan mungkin ratusan ribu) tulisan ditelurkan lewat media ini. Kompasiana sudah menjadi semacam ‘trade mark’ khusus di dunia media jurnalis warga di Indonesia. Ranking onlinenya terus menanjak dan melonjak naik. Tante ‘Alexa’ pun sudah mengakuinya. Kini, siapa yang tidak bakalan mengakui bahwa Kompasiana sudah punya trademark tersendiri, dan suka ataupun tidak, telah dapat memengaruhi banyak hal yang terjadi di Indonesia. Sebut saja dalam dunia politik, ekonomi, edukasi, dan sosial budaya. Ia telah pula semakin menjadi rujukan dan tempat berpaling berbagai mahasiswa, dosen, dan peneliti yang hendak mencari data atau bahan rujukan. Ia menjadi semakin valid di mata akademisi Indonesia.

Lantas apa yang kemudian menjadikan Kompasiana begitu diidolakan, dicari, dan disukai. Banyak sekali keunggulan serta keunikan, dan juga kebermanfaatan menjadi anggota Kompasiana. Apa itu? Untuk mengetahui lebih lanjut, silahkan kunjungi ‘rumah sehat’ bernama Kompasiana itu di sini: Kompasiana. Saya berani jamin Anda akan ketagihan.

Sudah saatnya kita membudayakan kebiasaan baik yang membawa manfaat, salah satunya adalah menulis dan membaca. Ruang super luas dalam berekspresi di rumah sehat Kompasiana dapat dijadikan tempat untuk itu. Kita mendapat banyak pengetahuan bermanfaat melalui tulisan-tulisan bernas dan sarat makna yang ada di situ, dan kita dapat menorehkan segala ekspresi pun pengetahuan yang kita miliki di sana. Memberi dan menerima. Atau istilah kerennya take and give.

Anda pun dapat menjadi seorang penulis. Bergabung saja dengan Kompasiana dan mulailah menulis sesuai selera dan keinginan Anda. Selamat menulis dan jadilah penulis yang bertanggungjawab. Ingat satu hal, pena (tuts komputer) atau tulisan dapat lebih tajam dari belati. Ia dapat membunuh seseorang. Ia dapat menghidupkan dan membangun seseorang. Ia pula dapat membuat sebuah peregerakan besar. Dan dengan tulisan pula Anda dapat membagikan cinta. Untuk itu saya ucapkan, selamat bercinta lewat menulis!
---Michael Sendow, baca di sini My Kompasiana

Sunday, July 15, 2012

Kenapa Harus Jokowi-Ahok?


Kenapa Harus Jokowi-Ahok?

Indonesia butuh pembaharu. Jakarta butuh pembaharu. Lantas kenapa mesti Jokowi? Sekarang mari kita buka mata kita lebar-lebar dan berandai-andai, kalau kita sudah tahu bahwa pemimpin yang terdahulu tidak bisa apa-apa, dan tak mampu berbuat banyak bahkan ketika dana yang tersedia begitu banyaknya, mengapa kita memilih mempertahankan status quo?

Kita sudah terbiasa untuk ragu-ragu memberikan kesempatan kepada mereka yang baru. Tapi coba renungkan, bagaimana kita tahu keunggulan Jokowi tanpa pernah memberinya kesempatan? Track record dan sepak terjangnya sebelum pemilihan ini sudah menunjukkan siapa Jokowi sesungguhnya. Ia mampu mengangkat Solo dengan segala kesederhanaan dan kebersahajaannya. PAD Solo meningkat, PKL dipindahkan tanpa melalui tindak kekerasan dan paksaan, orang-orang pinggiran dan pasar didekati dan dicari tahu apa-apa yang kiranya perlu dibenahi lagi. Pokoknya seorang Jokowi menunjukkan paradigma baru, dan membuka mata banyak orang seperti apa pemimpin itu seharusnya. How the true leadership should be!

Kenyataan setelah putaran I pemilukada DKI menunjukkan betapa sosok seseorang ditambah kekuatan masyarakat (people’s power) sangat ajaib cara kerjanya. Hasil quick count menunjukkan ‘kehebatan’ sosok Jokowi. Pergerakan masyarakat memilih juga terasa benar. Rakyat ternyata semakin cerdas. Mungkin saja ada begitu banyak money politics yang tetap merajalela sana-sini, tapi kecerdasan masyarakat tidak dapat dibeli, dan apalagi ditipu. Mereka sudah melihat siapa Jokowi itu. Uang tidak bisa membeli harapan dan kepercayaan mereka terhadap Jokowi. Mereka (masyarakat pemilih) merindukan pemimpin yang mampu membawa pembaharuan. Yang mempunyai program nyata, dan visi misi yang jelas. Yang mampu meminimalisasi kemacetan, meniadakan banjir besar, menata kota, dan meningkatkan perekonomian daerah. Apakah Jokowi mampu? Itu harapan masyarakat luas. Untuk menguji harapan-harapan tersebut, beri Jokowi kesempatan.

Jokowi-Ahok adalah representasi orang-orang muda yang berhasil, namun di tengah-tengah keberhasilan mereka tetap rendah hati, bersahaja, dan memahami orang-orang kecil. Bukti keberhasilan Jokowi memimpin Solo dan Ahok memimpin Bangka Belitung adalah juga bukti nyata ‘kehebatan’ mereka. Lalu kenapa kita masih ragu memberi mereka kesempatan menunjukkan kehebatan mereka di Jakarta ini? Saran saya, jangan ragu-ragu, beri mereka kesempatan dan nikmati hasilnya.

Black campaign, perusakan citra, dan tindakan negatif lainnya jelas akan terus memborbardir pasangan Jokowi-Ahok. Apapun itu, percayalah bahwa rakyat Indonesia khususnya rakyat Jakarta bukan orang-orang bodoh yang mudah dipengaruhi, dan diadu domba. Kecerdasan masyarakat pemilih sudah dibuktikan pada putaran pertama. Sangat diharapkan kecerdasan itu akan terus dipertahankan dan dipakai pada pemilihan putaran kedua. Jangan lupa peran media apapun (termasuk media sosial dan BBM) sangatlah besar. Semakin banyak kita menginfokan Jokowi-Ahok dan program-program mereka, akan semakin tersampaikan keunggulan-keunggulan pasangan ini.

Mari kita wujudkan Indonesia Baru lewat Jakarta Baru. Jakarta adalah ibukota Indonesia, dan dari sanalah perubahan dan pembaharuan itu harus bermula.


Michael Sendow

Thursday, July 12, 2012

Capailah dan Raihlah Tujuan Utama Pendidikan


Capailah dan Raihlah Tujuan Utama Pendidikan


“Jika Anda menunjukkan antusiasme pada semua yang ditanyakan anak Anda tentang ‘apa’ dan ‘bagaimana’. Dan apabila Anda menjawab dan menjelaskan dengan kesabaran dan penuh kebijaksanaan semua pertanyaan mereka, sudah barang tentu akan menumbuhkan kepercayaan diri dan rasa suka belajar pada anak-anak Anda. Mereka akan bergiat untuk belajar dan terus belajar lagi” --- Michael Sendow.


Dari sejak jamannya nenek moyang kita tempo dulu sebenarnya proses belajar mengajar sudah berlangsung. Mereka belajar dari leluhur mereka cara berburu, bagaimana membuat perapian dan tungku pemanas air, dan banyak hal sederhana lainnya. Kemudian secara turun temurun proses tersebut diajarkan kembali ke anak-cucu mereka. Berlangsung secara terus menerus. Sekarang, di jaman kita ini belajar mengajar tidak lagi atau bukan hanya semata soal yang remeh temeh, tapi sudah begitu kompleks dan menjangkau sampai ke hal-hal yang luar-biasa tinggi. Teknologi dan komputerisasi telah secara signifikan “memaksa” setiap orang untuk belajar lebih giat lagi kalau tidak mau ketinggalan kereta. Sampai sejauh mana masyarakat mencapai dan menggapai hasil maksimal dari proses pembelajaran tersebut adalah cerita lain. Yang pasti, proses belajar-mengajar akan terus ada selama hayat kita masih dikandung badan. Istilah kerennya adalah long term education program, atau juga lifetime learning. Belajar itu mesti dilakukan seumur hidup kita. Tidak bisa tidak. Tidak ada tawar menawar. Itu adalah keniscayaan dan kemestian apabila kita ingin maju dan berhasil.

Saat ini masyarakat memang harus semakin diberi pencerahan apa arti sesungguhnya mendidik dan mengajar tersebut. Apa makna dan tujuan terdalam dari belajar maupun mengajar itu. Bahwa pendidikan dan pembelajaran itu lebih dari sekedar untuk mendapatkan rangking akademik atau supaya meraih juara dalam kelas. Pendidikan itu bahkan sudah dimulai jauh sebelum siswa itu bersekolah. Beberapa ahli mengatakan sejak bayi masih dalam kandungan pun proses ‘pendidikan’ sudah dimulai oleh sang ibu.

Lalu apa inti dari mendidik dan mengajar itu? Apa tujuan utama pendidikan? Saya mendifinisikannya sebagai “memanusiakan manusia”. Itu adalah tujuan utama pendidikan. Sebab di dalam kalimat pendek itu tertanam nilai-nilai luhur pendidikan yang amat dalam. Ketika kita mengimani dan mengamini bahwa tujuan kita mengajar dan mendidik seseorang adalah untuk supaya ia menjadi lebih manusiawi, lebih cerdas, lebih toleran, lebih berwawasan maka di situlah makna terdalam memanusiakan manusia lain kita capai. Siswa yang pintar belum tentu berperilaku luhur. Siswa yang hebat belum tentu toleran. Siswa yang terkenal belum tentu memiliki empathi terhadap orang lain. Jadi sederhananya begini, mengajarkan anak supaya pintar adalah baik, tetapi itu belum sampai pada titik memanusiakan manusia lain. Ingat benar, otak dan hati harus seimbang. Iman dan ilmu harus bersamaan. Berdoa dan bekerja harus seiring. Sharing dan caring harus serempak. Menjadikan mereka manusia yang mampu memanusiakan manusia lain. Sekaligus mempersiapkan mereka menjadi guru kehidupan untuk mengajarkan hal yang sama pada generasi sesudah mereka.

Saya melihat dan mengamati. Ada banyak kurikulum di sekolah yang mubazir dalam penerapan dan penggunaan. Artinya, apa yang diajarkan tidak terlalu relevan terhadap siswa terdidik ketika lulus dan hendak bekerja nantinya. Ada yang tidak sesuai, ada pula yang masih sangat kurang, atau bahkan belum dikurikulumkan. Nah, oleh karena harapan setiap guru, orang tua murid, pemerhati dunia pendidikan adalah supaya pendidikan disekolah boleh membawa perubahan bagi para siswa dari segi pengetahuan(knowledge), keterampilan (skill), sikap mental (attitude), dan spiritualitas (spirituality) menuju kearah kebaikan dan kemajuan, maka cara-cara yang benar harus ditempuh dan dijalankan. Salah satu cara adalah dengan penambahan, pengurangan, dan penyesuaian kurikulum.

Setelah semuanya dijalankan, apakah sudah selesai sampai di situ? Tunggu dulu. Semuanya belum selesai. Itu baru awal. Pembelajaran yang sesungguhnya baru dimulai. Ketika bangku sekolah sudah selesai, pembelajaran nyata di luar sekolah pun sudah menanti. Itu ujian dan tantangan berikutnya. Pembelajaran nyata yang justru mungkin saja akan jauh lebih berpengaruh dari apa yang ia dapati di bangku sekolah. Tugas orang tua, keluarga, dan lingkunganlah yang selanjutnya mengambil peran sebagai pendidik. Apa yang hendak dididik? Ya itu tadi, memberikan kepada sang anak atau sang siswa pelajaran paling mulia sebagai seorang yang berpendidikan. Mereka yang mungkin saja adalah tamatan sekolah hebat dan mahal. Atau juga mereka yang lulus dengan predikat terbaik. Pelajaran mulia itu adalah mengajarkan mereka untuk mampu memanusiakan manusia lain dengan segala kelebihan serta kepintaran yang mereka punyai. Dengan semua berkat yang sudah mereka terima.

Bagaimana mereka mampu berbagi kecerdasan dan kepintaran dengan jutaan anak putus sekolah di luar sana. Bagaimana ketrampilan yang mereka miliki bisa mengangkat derajat saudara-saudara mereka yang tidak berkesempatan mengenyam bangku pendidikan formal oleh karena kemiskinan dan keserbakekurangan yang ada. Atau juga bagaimana mereka berbagi berkat, dan kelebihan yang mereka punyai kepada orang lain yang membutuhkan tapi tak sanggup memiliki dan menikmatinya. Potensi-potensi kepekaan, kebisaan, serta kemampuan berbagi inilah yang akan terus diwariskan dan diajarkan. Sehingga suatu ketika nanti, generasi penerus kita adalah orang-orang yang bukan hanya sukses secara ilmu pengetahuan, tapi dalam segala hal. Tujuan mulia dari pendidikan pun akan semakin menampak dan nyata dirasakan.

Apa-apa yang harus menjadi tujuan tetap kita tempatkan sebagai tujuan, bukan sebagai alat. Begitu pula sebaliknya. Kalau kita menjadikan alat sebagai tujuan atau tujuan dijadikan alat, maka kita tidak akan pernah mendapatkan ataupun sampai pada tujuan utama yang hendak kita capai. Dengan mengetahui tujuan utama pendidikan mendorong kita lebih peka serta membuka diri untuk lebih maju lagi. Lulus sekolah, menjadi lulusan terbaik, dan atau mendapatkan beasiswa bukanlah tujuan utama. Semuanya itu hanyalah alat dan sarana semata. Bukan akhir dari segalanya. Bukan sesuatu yang mutlak. Jangan pernah memutlakkan yang nisbi dan menisbikan yang mutlak.

Seandainya pendidikan kita memang mengajarkan apa yang benar. Sistem pendidikan kita benar-benar sesuai apa yang paling dibutuhkan negeri ini. Dan kalau saja Pengajaran dan pembelajaran itu setidak-tidaknya dapat menjangkau sampai ke seluruh sudut negeri ini, saya percaya kita akan mampu menciptakan generasi emas, Golden Generation.  Sebuah generasi di mana setiap insan terdidik mampu mengaplikasikan semangat berbagi dengan landasan memanusiakan manusia lain. Semangat dan landasan yang pada situasi tertentu akan menegur serta membatasi mereka ketika kelak menjadi pemimpin-pemimpin negeri ini. Menjaga mereka untuk tidak menjadi pemimpin yang lalim, bebal, korup, dan tidak manusiawi. Membatasi mereka supaya tidak menjelma menjadi pemimpin arogan yang serakah dan selalu mementingkan diri sendiri. Bukankah sudah banyak contoh pemimpin yang bergelar akademik sangat tinggi, pintarnya minta ampun, tapi bobrok dalam memimpin. Kurang sanggup menjaga amanah. Meremehkan dan melecehkan rakyat yang mereka pimpin, serta tak sedikit yang melacurkan tugas serta jabatan yang diemban hanya karena harta dan tahta.

Akhirnya, saya ingin mengajak pembaca mengintip sejenak UU RI Nomor 20 Tahun 2003 yang mengatakan demikian, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa.” Apakah slogan itu sudah mewujud atau hanya sebatas pemanis bibir semata? Andalah penilainya. Selamat belajar dan teruslah belajar!

Michael Sendow

Saturday, June 23, 2012

Cintai Budayamu, Hargai Budaya Orang Lain



 
Sejak kita dilahirkan sampai rambut kita beruban, kita sudah diperhadapkan dengan budaya. Kita bersinggungan dan bahkan hidup dalam lingkungan budaya tertentu. Budaya apa pun yang melingkupi setiap gerak langkah kita, haruslah kita hargai dan posisikan sebagai mana mestinya.
Sebagai buah dari enkulturasi, maka kita menjadi orang yang berbudaya. Hal itu tentu saja baik, namun serempak ada bahayanya bahwa kita hanya mengenal budaya kita sendiri dan buta terhadap budaya lain.

Menurut seorang filsuf terkenal bernama Aristoteles, demokrasi timbul dari ide yang mengatakan bahwa semua manusia yang dalam hal tertentu memiliki persamaan, sesungguhnya pada hakikatnya memang sama. Karena semua manusia sama-sama bebas maka semua manusia secara mutlak memiliki kesamaan hak. Nah, saya lalu berpikir apa kesamaan hak yang paling hakiki? Jawabannya adalah bahwa mereka berhak memilih. Apapun pilihan mereka itu adalah hak mereka yang harus kita hormati. Oleh sebab itu pula, apapun budaya yang melingkupi seseorang yang sudah dipilihnya, patut dan semestinya kita hormati. Sebagaimana mereka menghormati budaya kita. Atau adap istiadat yang kita anut. Kalau kita hendak memaksakan budaya kita supaya diikuti orang lain, itu berarti serempak kita sementara menolak keberagaman dan diversity kita sebagai suatu bangsa yang besar. Padahal di negeri sebesar Nusantara ini, multicultural dan diversity adalah sebuah keniscayaan.

Keragaman budaya atau “cultural diversity” di Indonesia adalah suatu kenyataan. Dan kenyataan ini tidak mesti dan tidak boleh kita tolak. Tapi memang pada satu sisi kenyataan itu bisa menjadi potensi yang teramat bagus. Potensi yang tidak berkesudahan kalau kita mampu mengelolanya, tapi di sisi lain dapat memunculkan konflik. Kenapa? Ya, kalau kita tidak mampu mengatur dan saling menghargai keberagaman budaya yang ada, dapat saja memicu suatu konflik. Kita harus memiliki apa yang saya istilahkan sebagai “multicultural management” dan “multicultural understanding.”

Thursday, June 21, 2012

Jangan Remehkan Mereka Yang Memiliki Kulit Hitam


Si Kulit Hitam Alias "Black People"


Setelah begitu lama bercokol dan bergaul dengan masyarakat Amerika di Jersey dan New York, saya melihat bahwa di Amerika yang modern dan begitu maju ternyata masih saja ada dan terlihat jelas pun yang tersamar tindakan diskriminatif terhadap orang kulit hitam dan kulit berwarna. Walaupun sudah sering dikampanyekan tentang anti rasisme dan diskriminasi tapi tetap saja tak bisa dipungkiri hal itu masih banyak terjadi. Warga kulit hitam dan kulit berwarna sepertinya masih ditempatkan sebagai warga negara kelas dua dan kelas tiga. Pernah untuk antri makan di sebuah rumah makan, beberapa teman saya dilayani belakangan padahal sudah antri duluan, hanya diolehkarenakan mereka memiliki kulit berwarna sawo matang. Ada juga kawan saya yang lain, asal Kenya (warga kulit hitam) mendapat perlakuan dan penghinaan yang tak pantas oleh beberapa orang kulit putih yang menganggap diri mereka lebih superior.      

Lantas kita mungkin bertanya-tanya, apakah dengan demikian maka warga kulit putih adalah lebih unggul, lebih hebat, dan lebih mulia? Tentu tidak. Sebab di mata Allah sang pencipta, kita ini semuanya sama dan setara. Nasib dan warna kulit kita boleh berbeda tapi Ia tidak memperhitungkan itu sebagai syarat kita menjadi lebih mulia di hadapanNya.  Jangan pernah berpikir bahwa Allah akan tertarik hanya dengan melihat warna kulit kita. Sama sekali tidak. Di mataNya, yang kulit putih, kulit hitam, maupun kulit berwarna tetaplah sama. Yang satu tidak lebih mulia dari yang lain. Yang satu tidak lebih rendah dari yang lain.

Ada sebuah kisah unik yang terjadi pada tanggal 20 Oktober 1968. Waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 7.00 malam, nampak beberapa ribu penonton masih memadati Mexico City Olympic Stadium. Pada saat itu juga suasananya sudah mulai gelap dan dingin. Para pelari marathon yang tak kuat lagi dan sudah kehabisan tenaga dibawa lari ke pos-pos pertolongan pertama. Mereka dirawat dan diobati. Nah, lebih dari satu jam sebelumnya, seorang bernama Marco Wolde dari Etiopia melintasi garis finish, menjadi pemenang dari lomba lari sejauh 26 mil 385 yard tersebut. Ia menjadi juara satu, meraih medali emas untuk negaranya. Tapi bukan sosok dia yang akan saya soroti kali ini. Tapi seseorang yang menjadi juara paling belakang alias juara satu dari belakang.

Monday, June 11, 2012

Perbudakan Harus Ditiadakan




Perbudakan merupakan bagian integral dari kehidupan ekonomi masyarakat Yunani purba dan selama berabad-abad perbudakan telah diterima sebagai hal yang benar dan tidak ada yang salah dengan hal itu. Memang bagi masyarakat mereka hal itu sudah semesti seperti itu dan harus seperti itu suka atau tidak suka. Pernah ada yang coba-coba menentang masalah perbudakan itu, sebut saja seperti apa yang digaung-gaungkan oleh seorang Filsuf bernama Plato di dalam The Laws, tetapi justru hal itu segera ditantang oleh filsuf lainnya bernama Aristoteles, saya lebih senang menyebutnya sebagai Kakek Aris. Ia menegaskan bahwa perbudakan yang baik dan benar adalah perbudakan berdasarkan kodrat, maka sesungguhnya Aristoteles telah meletakan dasar yang lebih kokoh lagi bagi perbudakan yang memang telah lama berlangsung dan yang selama itu dianggap (sudah) benar. Mereka yang menentang perbudakan dianggap menentang kodrat. Heemmmm, apa memang harus demikian?

Menurut kakek Aris bahwa dalam suatu rumah tangga sebenarnya terdapat tiga hubungan. Ketiga hubungan itu adalah, hubungan antara suami dan istri, hubungan antara ayah dan anak, serta hubungan antara tuan dan budak. Hubungan antara tuan dan budak disebut sebagai pertuanan (mastership), hubungan antara suami dan sitri disebut perkawinan (matrimonial) dan hubungan antara ayah dan anak disebut perbapakan (paternal).

Nah, dalam manajemen rumah tangga, satu-satunya hubungan yang memiliki nilai ekonomis bagi kesejahteraan rumah tangga ialah hubungan pertuanan (mastership). Oleh karenanya menurut si Kakek Aris bahwa memiliki budak adalah merupakan suatu keharusan bagi setiap keluarga yang mengaku sebagai warga negara. Dan mereka yang disebut warga negara haruslah dibebaskan dari segala jenis pekerjaan kasar atau pekerjaan apapun yang bertujuan untuk memperoleh nafkah, karena hanya dengan demikian mereka dapat memusatkan perhatian pada urusan negara. Budaklah yang harus bekerja demi nafkah hidup keluarga tuannya dan dari situ pulalah ia memperoleh nafkah.

Sunday, June 3, 2012

Jadilah Orang Baik Terhadap Semua Perbedaan


Jadilah Orang Baik Walaupun Berbeda

Menjadi orang yang baik adalah impian semua umat manusia di dunia ini. Entahkah ia miskin atau kaya, raja atau rakyat jelata, semuanya tentu ingin menjadi orang baik yang baik-baik saja hidupnya. Tapi apa sih kriteria menjadi orang baik itu? Apakah karena dianya dekat dengan Sang Pencipta? Atau karena sikapnya yang santun? Karena ia orang yang bijaksana, dan selalu berpikir bahwa dunia ini hanyalah tempat persinggahan sementara? Ataukah orang baik itu adalah mereka yang tekun dan rajin beribadah? Mungkin saja semuanya itu betul, tapi bagi saya semuanya itu masih kurang kalau belum ditambah dengan sikap menghargai dan mau menerima perbedaan.

Bagi umat muslim, prinsip-prinsip yang sudah dijunjung oleh Nabi Muhammad seperti aturan paten yang memang tidak bisa di rubah. Bahwa pada dasarnya manusia hidup di dunia ini hanyalah untuk berbuat baik. Lihatlah dan dengarlah ceramah-ceramah agama yang selalu dan selalu saja “menyuruh” orang untuk selalu dekat dengan Tuhan. Memikirkan akhirat adalah hal yang utama dan selalu diajar-ajarkan. Terus terang saja walau saya bukan muslim tapi saya kagum dengan sosok-sosok seperti Aa. Gym, Alm. Zainuddin MZ, Gus Dur, Cak Nur, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang mengajarkan banyak kebaikan tanpa pernah menyepelekan tentang betapa pentingnya menghargai perbedaan.

Bagi umat kristiani tentu saja keteladanan Yesus Kristus harus terus dipelajari, dan bukan hanya itu saja, tapi juga supaya diusahakan sebisanya untuk mengejahwantahkan dalam perbuatan setiap hari. Segala kebaikan yang Ia ajarkan. Segala teladan yang Ia sudah tunjukkan. Termasuk bagaimana mengasihi sesama manusia, dan bukan hanya sesama manusia yang seagama saja. Mengasihi sesama manusia, titik! Bukan sesama orang Kristen saja.

Friday, June 1, 2012

Kaya Hati Miskin Harta?

Judul di atas itu hanyalah sebuah istilah belaka. Tapi istilah itu sesungguhnya akan terlihat makna dan kebenarannya pada beberapa gambaran pengalaman dan kenyataan masing-masing kita. Di manapun kita tinggal, kita akan terus bersinggungan dengan dua kata ini: Miskin - Kaya. Dan keabsahan dari apa yang saya tulis itu akan dibuktikan seiring berjalannya waktu. Bahwa mind-set kita pun tidak terlepas dari pergulatan antara miskin dan kaya. Mau tetap miskin atau ingin menjadi orang superkaya? Tanpa sadar juga kita mulai mengotak-ngotakkan dan mengelompokkan antara si miskin dan si kaya.

Di negara super maju seperti Amerika yang sangat kaya ternyata masih banyak bentuk kemiskinan lainnya. Yang paling mencolok adalah kebersamaan kekeluargaan. Miskinnya kebersamaan keluarga. Miskinnya kekeluargaan dalam kebersamaan dan kebersamaan dalam kekeluargaan. Apa maksudnya? Begini, di negara yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip liberasi atau kebebasan itu ternyata ada hukum tak tertulis tapi tersurat yang intinya bahwa anak berusia di atas 18 tahun sudah harus berdiri sendiri. Harus mandiri.

Anak yang sudah menikah “tabu” untuk tetap tinggal di bawah “asuhan” orang tua atau tinggal seatap di rumah mertua, hal mana mengandung dua kecenderungan anggapan. Pertama, hal itu dianggap baik karena menunjukkan tingkat kemandirian seseorang. Kedua, terlihat penonjolan kenegatifan cara berpikir, bahwa tingkat kekerabatan dan kerukunan keluarga yang kurang peduli dan kurang erat lagi. Dan tentu saja akan menampak di situ unsur individualitas yang tinggi. Pokoknya kalau sudah keluar rumah ”who cares” apa yang mau terjadi. Memang untuk urusan sekolah pun sejak masih kecil anak-anak sudah dilatih. Di banyak sekolah dasar di Amerika, budaya mandiri itu sudah diajarkan. Dilarang saling pinjam pensil, penghapus, penggaris, atau apa pun. Tiap murid harus mandiri. Barang siapa meminjam sesuatu dari kawan dihukum oleh guru. Tapi untuk sekolah dasar di banyak desa di Indonesia masih sangat kental budaya pinjamnya. Murid-murid merasa saling pinjam justru menunjukkan kekerabatan.

Friday, May 25, 2012

Kenapa Harus Investasi Untuk Melindungi Jiwa dan Kesehatan?






Apakah untuk menjamin hidup Anda maka harus terlebih dahulu menjadi orang yang kaya raya? Mungkin jawaban kebanyakan orang adala “YA”. Menjadi kaya adalah keharusan dan keniscayaan bila hidupmu ingin terjamin masa depannya. Benarkah demikian? Bagi saya menjadi kaya itu mungkin saja adalah harapan banyak orang, tapi jauh lebih mustahil untuk mewujudkannya. Benar tidak? Lantas apakah bagi saya dan Anda yang mungkin hidupnya belum sebanding dengan misalkan Donald Trump, Bill Gates, atau Carlos si manusia terkaya di dunia itu kemudian menjadi tidak berhak hidup bahagia dengan mendapatkan perlindungan jiwa dan kesehatan yang layak? Saya pun menjawab dengan lantangnya: Kitapun bisa dan berhak mendapatkannya! Ada yang langsung bertanya bagaimana caranya? Sabar…sabar…Saya ajak Anda untuk ikuti terus tulisan ini.

Menurut Wikipedia kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Memang arti kata “miskin” itu sangatlah luas. Kita bisa miskin secara ekonomi, miskin pergaulan atau interaksi sosial, miskin kesempatan dalam dunia politik, miskin pengetahuan, dan masih banyak lagi. Pun miskin dari segi pemenuhan kebutuhan hidup, kesehatan, dan perlindungan jiwa.

Pertanyaan selanjutnya yang mengemuka adalah, apakah dan di manakah posisi kita saat ini? Sangat miskin, setengah miskin, sedikit miskin? Atau sangat kaya, setengah kaya, sedikit kaya? Saya harap Anda tidak jadi bingung. Begini. Ketika Anda merasa bahagia dan merasa segalanya sudah cukup, walaupun keadaan keuangan Anda tidak bagus saya rasa Anda tidak masuk kategori miskin. Bahkan ada orang yang sebenarnya banyak uang tapi selalu merasa kekurangan. Mereka menderita di tengah-tengah keberlimpahan yang dimiliki. Lalu ada juga yang merasa menderita karena tidak ada jaminan atas jiwa dan kesehatannya hari lepas hari.

Nah, salah satu alat dan sarana supaya Anda tidak lebih menderita lagi dalam perjalanan kedepannya, maka mengasuransikan jiwa dan kesehatan haruslah dipertimbangkan untuk masuk skala prioritas. Ingat benar, bahwasanya mengasuransikan jiwa dan kesehatan Anda adalah sebuah bentuk investasi jangka panjang. Itu tidak akan pernah kembali dengan sia-sia. Ingat saja pepatah kuno yang bersabda seperti ini, “Apa yang engkau tanam, itu pulalah yang akan engkau tuai.” Maukah Anda menanam (baca: menginvestasikan) uang Anda demi perlindungan jiwa dan kesehatan Anda selamat hayat masih dikandung badan? Jawabannya ada di tangan Anda.

Kenapa Harus Berinvestasi Untuk Perlindungan Jiwa dan Kesehatan?

Banyak di antara kita yang menganggap remeh arti dan manfaat asuransi jiwa dan kesehatan. Karena apa? Apakah karena mereka masih merasa yakin bahwa akan sehat-sehat saja seumur hidup mereka? Atau mungkin mereka merasa hidup atau tubuh ini adalah immortal. Tidak ada mati-matinya. Tidak ada habis-habisnya. Betulkah demikian? Salah besar. Karena sekaya apapun Anda, atau semiskin apapun Anda, yang namanya sakit serta kematian tidak pernah pandang bulu. Suatu ketika Anda pasti akan merasakan bagaimana tergeletak sakit tanpa daya, dan juga bila saatnya tiba, suka atau tidak, Anda harus siap ketika jiwa Anda dipanggil oleh DIA yang sudah memberi hidup dan kehidupan. Yang perlu dipersiapkan adalah bagaimana kita menghadapi semua yang tak terhindari itu. Sudahlah kita berinvestasi untuk itu?

Okelah mungkin Anda berpikir “ah, saya kan sudah dapat perlindungan kesehatan dari tempat saya bekerja”. Tapi, tunggu dulu, jangan lupa bahwa perlindungan kesehatan dari tempat Anda beraktivitas biasanya fasilitas itu hanya dapat dimanfaatkan selama kita masih aktif bekerja di perusahaan tersebut. Tapi bukankah masa depan pekerjaan kita selalu saja unpredictable. Tak bisa dijamin 100% bahwa kita masih akan tetap bekerja di situ.Untuk mengantisipasi hal ini, maka sebenarnya kita memerlukan perlindungan kesehatan tambahan bagi pribadi dan keluarga tentunya. Bahkan boleh dikata justru inilah yang akan menjadi pegangan utama kita selanjutnya sehubungan dengan perlindungan jiwa dan kesehatan.

Setelah sekarang mengetahui manfaatnya, lalu tunggu apa lagi? Jangan sampai menunda-nunda keputusan untuk berinvestasi demi perlindungan jiwa dan kesehatan Anda dan orang-orang terkasih, seisi rumah Anda. Bila Anda menunda keputusan keuangan yang harus diambil maka hal ini bisa merusak rencana kedepan yang sudah tertata serta tersusun rapih. Tetapi bila Anda melakukannya lebih cepat lagi, hal ini bisa memberikan perlindungan kesejahteraan, serta kesehatan secepat itu pula.

Saya punya pengalaman yang sungguh tidak enak dan kurang elok. Selama belasan tahun tinggal di Amerika, saya mengabaikan betapa pentingnya untuk menanam investasi perlindungan jiwa dan kesehatan. Kenapa? Karena saya terlalu yakin akan vitalitas dan kesehatan saya yang selama lima tahun pertama di Amerika, tidak pernah sakit dan selalu bugar. Apalagi dengan udara yang masih less polution di sana. Pokoknya semuanya serba meninabobokan saya. Alasan lainnya adalah bahwa dalam pikiran saya, mengasuransikan jiwa dan kesehatan hanyalah pemborosan dan buang-buang uang. Sama sekali belum dibutuhkan.

Tapi semuanya berbalik 360 derajat. Apa yang saya abaikan telah membawa saya kepada penyesalan yang berkepanjangan. Tanpa pernah terbayangkan oleh pikiran sempit saya, akhirnya toh saya jatuh sakit juga. Parah. Bahkan teramat parah. Saya menderita maag sangat akut, sampai usus saya juga sudah mengeluarkan banyak darah, uric acid, dan batuk yang tak henti-hentinya. Pokoknya dokter mengharuskan saya istirahat total, berobat rutin, dan tidak boleh makan sembarangan (hanya boleh makan menu tertentu). Yang paling saya sesali adalah saya harus mengeluarkan uang begitu banyak karena telah mengabaikan pentingnya berinvestasi untuk perlindungan jiwa dan kesehatan. Tapi apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Terlambat. Orang Amerika bilang, “It is to late…” Pukulan itulah yang menyadarkan saya dari keterlenaan. Menyadarkan saya dari kebodohan dan ketakpedulian saya. Bahwa kesehatan yang kita miliki itu ternyata tidaklah abadi.

Buatlah Keputusan yang Tepat Sekarang Juga

Seorang pakar perencanaan keuangan asal Amerika bernama Ric Edelman mencatat secara jelas dalam bukunya yang berjudul The Truth about Money, bahwa sedikitnya ada empat masalah utama yang membuat orang gagal menciptakan kehidupan sejahtera sebagaimana yang mereka harapkan dan idam-idamkan, yaitu: Sikap suka menunda-nunda (procrastination), kebiasaan menghabiskan/ menghambur-hamburkan uang (spending habits), inflasi yang terus meningkat (inflation), dan pajak (taxes).

Untuk dua hal pertama yang disebutkan Edelman adalah lebih kepada masalah pribadi seseorang (internal) sedangkan yang dua terakhir adalah masalah eksternal yang tidak dapat kita atasi sendiri. Masalah internal tentu saja dapat diatasi dan bahkan harus diatasi secara pribadi. Sikap suka menunda-nunda perencanaan keuangan sangat jelas merupakan faktor utama tidak tercapainya kehidupan sejahtera di masa datang. Padahal hal tersebut dapat kita atasi sendiri. Tinggal bagaimana kita mengubah habit dan pandangan kita akan pentingnya berinvestasi, utamanya untuk jiwa dan kesehatan.

Mungkin Anda belum banyak mengetahui tentang program asuransi jiwa dan kesehatan? Silahkan intip dan pelajari di sini: www.bca.co.id. Bank BCA memiliki beberapa program unggulan, di antaranya adalah Anda dapat bertransaksi dengan mudah (kemudahan transaksi), kemudian mereka juga melakukan perencanaan finansial yang kesemuanya tentu untuk kepentingan dan kesuksesan dalam mengelola keuangan Anda sebagai nasabah. Ada juga program pendidikan bagi sang buah hati Anda, perlindungan jiwa dan kesehatan sebagai suatu bentuk investasi, serta program untuk mewujudkan hunian ideal. Dan so pasti semua itu akan sangat menguntungkan untuk masa kini dan masa depan Anda. Jika ingin mengetahui hal-hal berikut ini dapat Anda peroleh langsung di sana: Solusi perbankan, rencana masa depan, kemudahan transaksi, produk perbankan, layanan perbankan, kebebasan finansial

Karenanya, satu-satunya tindakan yang harus segera Anda ambil dan buat adalah  merealisasikan keputusan untuk melakukan perencanaan keuangan keluarga yang menyeluruh. Dan karena jiwa serta kesehatan kita sangat berharga, bahkan tak ternilai dengan uang, jangan tunda lagi, berapapun usia Anda saat ini pergunakanlah kesempatan yang tersisa. Tidak akan ada ruginya untuk menginvestasikan uang demi memberi perlindungan atas jiwa dan kesehatan Anda. Karena satu hal yang pasti, menunda keputusan seputar investasi keuangan keluarga yang berhubungan dengan jiwa dan kesehatan harus dibayar mahal di masa yang akan datang. Jangan sampai terjadi penyesalan di kemudian hari. Jadi maukah Anda menginvestasikan uang Anda?

Tuesday, May 22, 2012

Mengenal Tokoh-tokoh Termuda Dalam Sejarah Yang Menjadi Doktor dan Profesor


1322225156523322321
Bagi saya, menyimak sejarah berbagai hal di dunia ini adalah suatu sesuatu yang begitu mengasyikkan, sesuatu banget githu lho. Semua itu turut memberi sumbangsih untuk menambah wawasan dan menjadi sarana pembelajaran yang luar biasa bermanfaat. Memicu dan memacu semangat kita untuk menjadi lebih baik, dan lebih baik, dan lebih baik lagi. Berusaha berbuat dan menciptakan karya-karya terbaik yang kita punya, dan yang kita bisa.

Kali ini, mari kita simak dan lihat serta meneladani hal-hal positif dari para tokoh berikut ini. Mereka adalah professor-profesor dan doktor-doktor termuda, yang sudah mencatatkan diri mereka dalam sejarah dunia pendidikan. Baik itu pendidikan tingkat dunia maupun pada skala dunia pendidikan Indonesia. Adalah merupakan kebanggaan bagi mereka yang menghasilkan karya terbaik di usia yang masih belia. Contoh yang tentu saja begitu menginspirasi dan menguatkan, serta membanggakan kita.

Pemuda berikut ini meraih gelar Profesor di bidang Electrical Engineering di Amerika sebelum berusia 30 tahun. Karena marga-nya (nama belakang) yang sangat mirip nama orang Jepang, maka tak jarang para petinggi Jepang mengajaknya untuk “pulang ke Jepang” demi membangun Jepang. Padahal ia sama sekali bukan orang Jepang lho. Tapi ternyata Prof. Tansu, begitu sering ia disapa adalah pemegang paspor hijau berlogo Garuda Pancasila. Ia adalah warga negara Indonesia yang sangat brilian.

Sosok kita yang pertama memang adalah seorang pria bernama Nelson Tansu. Siapa sih sebernarnya pemuda ini? Mungkin banyak di antara kita yang sudah mengetahui sepak terjang beliau. Laki-laki muda yang lahir di Medan pada tanggal 20 Oktober tahun 1977 ini adalah merupakan lulusan terbaik dari SMA Sutomo 1 Medan. Pernah menjadi finalis tim Indonesia di Olimpiade Fisika. Meraih gelar Sarjana dari Wisconsin University pada bidang Applied Mathematics, Electrical Engineering and Physics (AMEP).
Gelar sarjana di Wisconsin itu diraih dengan ‘sangat gampang’. Hal itu dibuktikan dengan menyelesaikan studinya tersebut hanya dengan waktu yang sangat singkat yaitu 2 tahun 9 bulan. Ia juga lulus dengan predikat Summa Cum Laude. Sebuah prestasi kelulusan tertinggi. Ia meraih gelar Master pada bidang yang sama, dan meraih gelar Doktor (Ph.D) di bidang Electrical Engineering pada usianya yang baru ke-26 tahun.

Thursday, May 10, 2012

Wow, Thanks God?


“Wow, Thanks God”?

Sering benar kita menggunakan ungkapan-ungkapan ekspresi dalam bahasa Inggris. Bahkan tidak jarang banyak anak-anak muda dengan pede (percaya diri) yang sangat tinggi saling berbalas-balasan dengan menggunakan Bahasa Inggris. Apakah semuanya itu salah? Tentu tidak. Tapi mari kita sedikit maju lebih jauh lagi untuk melihat berbagai keganjilan dan kekeliruan yang terjadi.

Ada teman saya, saking gembiranya dikasih naik gaji lumayan gede sama bossnya, teriak kayak orang kesurupan “Oh yeah…Thanks God!”. Jadi rupa-rupanya ia mau mengganti ungkapan ‘syukurlah’ dengan memakai Bahasa Inggris. English bo! English coy!. Nah, tapi coba Anda tebak di mana letak kesalahan ungkapan teman saya tadi? Apa…? Seratus! Anda ternyata lebih jeli dari teman saya itu. Jadi penggunaan “Thanks God” tersebut kurang tepat. Harusnya ekspresi rasa syukur tersbut harus berbunyi “Thank God” tanpa memakai huruf “S”. Sebab dengan menempatkan huruf S, ungkapan tersebut akan jadi berubah makna dan arti. Sama saja dengan ketika kita mau mengatakan “Thank You” dan bukannya “Thanks You”. Betul tidak? Ya iyalah pasti betul!

Saturday, April 21, 2012

Bahasa Itu Penting!



Bahasa perlu dilestarikan. Jangan kita memiliki anggapan bahwa melestarikan budaya itu, melestarikan bahasa itu hal remeh temeh yang tidak perlu diperhatikan. Tentu saja, bahasa kita adalah Bahasa Indonesia. Itu harus jaga dan dilestarikan. Bahkan, lihat saja perkembangan bahasa kita yang begitu cepat

Tapi adalah juga penting bagi kita untuk melestarikan bahasa daerah kita masing-masing. Negeri kita ini mungkin termasuk salah satu dari antara Negara-Negara yang paling kaya akan bahasa. Dari  Sabang sampai Merauke, ada ribuan bahasa yang kita punyai. Itu asset bernilai yang harus terus dijaga. Kita memang kaya akan bahasa, belum lagi aksen, logat yang kita miliki.

Di Amerika, mereka cuma punya satu bahasa “asli”, yaitu bahasa Inggris. Walaupun ada banyak foreign language yang sering digunakan seperti France, Spanish, Chinessee, Africanesse dan masih banyak lagi, tapi bahasa orang Amerika sendiri hanyalah Inggris. Yang membedakan mereka hanyalah aksen dari setiap Negara Bagian (propinsi).

Sunday, April 15, 2012

Belajar Bahasa Inggris Susah?


Kenapa Bahasa Inggris Susah Dipelajari?


Bahasa Inggris itu agak berbeda dengan yang namanya Spanish (Bahasa Spanyol) atau pun Italian (Bahasa Italy), kedua-duanya adalah bahasa asing yang terbanyak dipergunakan di seluruh wilayah Amerika Serikat, atau bahkan dibanding Bahasa Indonesia yang untuk sebagian besar kata-kata yang dimiliki adalah spelled phonetically. Gamblangnya, bahasa puitisnya adalah bahwa apa yang tertulis itu yang terucap dan terdengar he he he…Tapi English memiliki beribu-ribu kata yang mengharuskan penggunanya mesti take spelling mastery to learn. Ini for sure lho, jangan main-main.

Beberapa tahun lalu ada sebuah analisis yang dilakukan oleh komite untuk national tests di England. Lantas apa yang mereka temukan saudara-saudaraku sekalian? Mereka menemukan bahwa siswa-siswa pada usia 11 dan 14 tahun membuat lebih banyak kesalahan spelling dibandingkan dengan kesalahan yang dilakukan setahun sebelumnya. Nah lho, kok bisa sih? Sebagai contoh saja, salah satu kata yang bermasalah adalah ‘technique’, sebagian besar siswa yang mengikuti test tersebut (kurang lebih 600.000 siswa yang mengikuti test) memberikan alternatif jawaban yang salah. Mereka memberikan jawaban seperti ‘techneck’, ada juga yang menulisnya sebagai ‘tecnique’, bahkan yang nggak masuk akal sekalipun seperti ‘teacneak’.

Wednesday, April 4, 2012

Why Do I Like Chinese Food?


Saya Paling Suka Makan Chinese Food, Why?
Seperti sudah menjadi pengetahuan umum yang lazim bahwa hampir di setiap negara ada China Town-nya. Dan hampir di setiap lokasi pasti ada yang namanya Chinese Food. Saya pernah mengelilingi begitu banyak negara bagian (state) di Amerika dan alhasil semua tempat yang pernah saya kunjungi itu ada rumah makan Chinese Food-nya. Nah, lantas apakah yang membuat saya tertarik mencicipi makanan-makanan mereka? Apa karena rasanya? Belum tentu, wong saya kadang baru pertama kali mencicipi menu yang saya pesan. Jawabannya adalah yang pertama kali menarik minat dan perhatian saya adalah nama-nama menu yang tertulis dan tersaji di situ. Nama-nama yang lucu, aneh bin ajaib, dan unik itulah yang menarik pandangan mata saya.
Sebut saja di antaranya nama-nama sjian seperti Moo Goo Gai Pan atau CHICKEN CHOW FOON atau juga yang namanya Buddha’s delight. Nah, itu belum seberapa dibandingkan ketika nama-nama menunya sudah di-Inggriskan, wah tambah unik deh. Tambah lapar pula! Ada yang namanya Tung Ting Lake Shrimp, Pu Pu Platter, Happy Family, Dragon Meet Phoenix,
Lha, nama-nama di atas tersebut masih masuk wilayah ‘normal’ di telinga kita maupun bagi para native English speaker. Tapi bagi Anda yang sudah pernah menjelajah restauran-restauran langsung di mainland china…wuih, bakalan lebih parah lagi tuh. Di New York sendiri masih ada juga yang menggunakan daftar menu dengan nama-nama ‘tidak masuk akal’ seperti yang akan Anda baca di bawah iniJ :
·         Chicken without sexual life
·         Red burned lion head
·         Husband and wife's lung slice
·         Government abuse chicken
·         Bean curd made by a pock-marked woman 

Emerose Indonesia Overview


Brief Overview - PT Emerose Indonesia

VISION and MISSION

 PT. Emerose Indonesia is established to carry out the following vision and mission:

VISION

The corporate vision is to become a competitive, qualified  and competent Trading  and Retail Company by having well managed resources and networks both in domestic and International. Manage to become a leading local trading and retail distribution’ company by providing complementary growth services – including retail distribution and management consulting. Provide the highest quality management and services that consistently exceed clients’ expectations and our competitors’ capabilities.

MISSION

- To do general trading in various good quality of commodities.
- To conduct domestic and overseas businesses.
- To serve our clients satisfaction completely and competitively.
- To meet all expectations of the stakeholders and clients.
- To participates and contributes in developing of national economy.

INTRODUCTION

Foreign companies wishing to sell their products in Indonesia are required to appoint an Indonesian agent or distributor pursuant to Ministry of Trade (MOT) Regulation No. 36/1977. The registration of an Indonesian agent or distributor with the Directorate of Business Development and Company Registration at the MOT is mandatory under MOT Regulation II/M-DAG/PER/3/2006.

The services of an aggressive, active Indonesian agent or distributor can be an important means of expanding sales in Indonesia because they know the cultural minefields and systemic processes that foreigners need years to begin to master. Many Indonesian importers do not specialize in particular product lines, and represent multiple foreign manufacturers and product lines. Generally, however, large conglomerates establish discrete company units that tend to specialize around a product range. Medium and smaller importers tend to specialize in a narrow range of goods, but are not averse to adding a completely different product line if a profit can be foreseen.

Foreign principals often work out a management agreement that allows the foreign company in Indonesia to play a more active role in the marketing efforts of its Indonesian agent or distributor. In many cases, a separate agreement is signed between the expatriate personnel and their foreign employer to regulate this relationship. The tax liability of the foreign firm is limited to the income of the expatriates assigned to the representative office, while any other taxes are assessed to, and borne by, the agent.

Friday, March 30, 2012

Potency of Indonesian Market

POTENCY OF INDONESIA

A.   Economy

Indonesia is a country located in Southeastern Asia between the Indian Ocean and Pacific Ocean. It has a strategic location astride major sea lanes and is an archipelago of more than 17,000 islands. Indonesia has a mixed economic system in which the economy includes a variety of private freedom, combined with centralized economic planning and government regulation. Indonesia is a member of the Asian Pacific Economic Cooperation (APEC) and Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) as a leader and the headquarter office is in Jakarta.

Indonesia is the third fastest growing economy in Asia and the largest economy in Southeast Asia. Indonesia’s economy grew by 6.5% in 2011 and forecast to climb to 6.9 in 2012, marking the highest percentage in over a decade.  This GDP growth, however, is not unprecedented because in seven of the last eight years Indonesia’s GDP has grown by more than 5%.  In the last couple of years, corporations and investors have begun to compare Indonesia’s economic growth potential with the likes of India and China.  Strong growth and political stability are two of the main reasons why corporations and investors share this confidence. Indonesia's balance of payments for 2011 also registered a surplus of US$11.9 billion.

Another great sign for Indonesia’s economy is that foreign direct investment increased by 20% last year. And last year experienced higher economic growth than any of its neighbors in this region. In terms of fiscal and monetary conditions, Indonesia is much better than European countries as Indonesia fiscal burden lighter. In monetary policy for example, Indonesia needs to raise SBI (Interest rate) only once while China, Singapore and India need to raise central banks rates 7-9 times in the past 19 months.

Wednesday, February 29, 2012

Mantan Tukang Sapu Jadi Presiden

Bagi sebagian orang, tukang sapu adalah pekerjaan yang dipandang sebelah mata. Padahal menjadi tukang sapu di jalan raya, di rail kereta, di mall-mall besar sebenarnya punya tantangan tersendiri. Bagaimana membuat dan menjaga public place tersebut tetap bersih sepanjang hari, bagaimana pula supaya dapat bekerja dengan sabar. Kenapa harus sabar? Karena tempat-tempat umum tersebut akan dengan mudahnya kotor kembali walaupun baru selesai dibersihkan. Pekerjaan yang butuh kesabaran ini tentu tidak banyak orang yang suka, atau bakalan menolaknya kalau bisa memilih. Tapi pekerjaan inilah yang pernah dilakoni seorang Michael yang akhirnya terpilih sebagai seorang presiden.

Michael pernah menjadi tukang sapu di suatu stasiun kereta Victoria di London Inggris. Tempat yang begitu jauh dari tanah kelahiran dan sanak saudaranya. Ia yang pada saat itu sementara menimba ilmu politik di London mengalami kekurangan dana untuk menyambung hidup di negeri orang. Akhirnya, membuang rasa malu, ia mencoba melamar pada perusahaan British Air sebagai seorang petugas kebersihan. Tukang sapu stasiun. Ia diterima bekerja di situ, pekerjaan yang juga akhirnya membentuk dirinya menjadi sabar, ulet dan pantang menyerah.
13170489651737542348 

Monday, February 20, 2012

Bahasa Inggris, Salah atau Benar?

Kebiasaan Berbahasa Inggris.

Dalam berbahasa, entah bahasa apapun yang kita pakai, maka domisili, kebiasaan, kebudayaan setempat, dan lingkungan sekitar tentu sangat mempengaruhi gaya, pakem, dan kemampuan kita berbahasa. Bayangkan mereka yang tinggal puluhan tahun di pula Jawa misalnya, dan dalam kesehariannya hanya memakai bahasa Jawa, tentu akan sangat kaku ketika harus berbahasa Indonesia. Bagaimana pula dengan mereka yang kebiasaannya hanya menggunakan dialek “Manado pasar” dalam berkomunikasi? Tentu akan kesulitan ketika harus berhadapan dengan babe-babe dari Jakarta umpamanya.

Lalu apa yang terjadi kalau hal itu terus berlanjut? Miscommunication. Itu sudah pasti. Ambil contoh teman saya yang kebiasaannya menggunakan dialek Manado Pasar yang sungguh kental. Suatu waktu ia dibawa pamannya ke Jakarta, kota yang perama kali dilihatnya dan diinjaknya. Ia kagum bukan main. Ia bertekad untuk tinggal di kota megah ini katanya. Tapi mimpi tinggalah mimpi. Harapannya tak berlangsung lama, kenapa? Karena kendala berbahasa. Tak satupun tempat kerja yang mau mempekerjakan ia yang tak bisa berbahasa Indonesia dengan baik. Dibilangin “Apa pun yang terjadi kamu tetap harus membuat pembukuan itu secara runut dan tuntas” ia nggak ngerti. Apalagi gaya bicara orang Jakarta yang menurutnya “So talalu banya ba logat do’ce!” Padahal memang demikianlah orang Jakarta ngomong. Ia merasa orang Jakarta yang bicaranya aneh, padahal bisa saja sebaliknya, karena dialah yang pendatang. Hanya sekian minggu di Jakarta, nggak betah, maka pulanglah sobat kita yang satu itu ke kampung halamannya.

Sunday, February 19, 2012

Bijak Dalam Memberi Kritik


Mengkritik sesuatu adalah hal yang paling gampang, murah, dan asyik. Tapi di sisi yang lain, memberi kritik juga bisa menjadi sesuatu yang susahnya minta ampun, mahal, dan tidak mengenakkan. Lho, apa iya? Ya iyalah! Tidak sedikit karena kritikannya tersebut, seseorang itu kemudian diberangus, harus membayar dengan mahal, dan dicela kiri-kanan. Itulah kenyataannya dalam dunia kritik mengkritik. Kadang bagaikan bola salju yang jatuh dari ketinggian, ia menghajar semua yang dilaluinya sampai berantakan, tapi akhirnya ia juga hancur lebur berantakan tak karu-karuan.

Kritik memang diperlukan, tapi terkadang ia juga begitu dibenci. Walau kita mengatakan kita menerima kritik dengan tangan terbuka dan lapang dada, tapi hati nurani yang jujur pasti akan berontak dan merasa tidak nyaman dengan segala kritikan itu. Betul tidak? Andaikan jawabannya tidak, maka berbahagialah saudara. Tapi satu hal yang pasti, sadar atau tidak, suka atau tidak, kita sebenarnya adalah tukang kritik abadi itu. 

Kalau pun kita tidak mengkritik orang lain, kita sebenarnya adalah pengkritik diri sendiri. Wah, kenapa saya bikin yang ini padahal harusnya yang itu! Aduh, gobloknya aku ini, aku semestinya pergi ke sana bukannya hanya tinggal diam di sini! Eh, ini betul-betul keliru, aku tidak harus membelinya, kenapa aku malah membeli BB termaknyus itu dua sekaligus? Setiap inci dan setiap detik dalam hidup ini terbuka untuk sebuah kritikan. Kita selalu mengkritisi diri, dan prilaku kita sendiri. Supaya apa? Tentu dengan harapan, akan menjadi lebih baik lagi, lebih bijak lagi, lebih sabar lagi kedepannya. Apakah segampang itu? Tentu tidak. Kenapa tidak? Karena sifat dasar manusia adalah “membenarkan diri” dan selalu mencari kebenaran sendiri dalam rangka menutupi kesalahan serta kekeliruan.
Criticism is when someone offers you their opinion or judgement about you or a characteristic that you have. But what if you stopped to evaluate the criticism without any emotional involvement? I know, easier said than done. But it can be done. Instead of thinking of it as criticism think of as constructive feedback.(CoachKalpna)

Thursday, February 16, 2012

Menghapus Lembaga Perkawinan Demi Sebuah Persatuan?

Adalah seorang filsuf bernama Plato yang mengangkat isu tentang penghapusan lembaga perkawinan. Filsuf tersebut mengemukakan idenya, berangkat dari pemahamannya tentang “kepentingan bangsa dan negara.” Ia memiliki alasan bahwa:

Pertama, penghapusan lembaga perkawinan adalah untuk meningkatkan loyalitas dan dedikasi setiap warga negara kepada negara. Karena apa? Karena kalau lembaga tersebut dihapuskan maka tidak seorang pun yang akan disibukkan lagi oleh urusan keluarga , cinta kepada istri dan anak-anak, yang bagi Plato merupakan satu-satunya bentuk egoisme yang perlu (dan harus) dikikis habis. Jika seseorang telah dibebaskan dari ikatan perkawinan dan urusan keluarga, maka loyalitas dan pengabdiannya akan sepenuhnya adalah bagi negaranya.

Kedua, penghapusan lembaga perkawinan dan keluarga akan memudahkan pengendalian jumlah penduduk. Menurut Plato negara yang ideal adalah tidak terlalu kecil, dan jangan terlalu besar. Nah, cara pengendalian penduduk yang harus ditempuh pemerintah menurutnya adalah dengan mengatur waktu yang digunakan oleh pria dan wanita untuk berhubungan seksual. Lalu bagaimana? Ya itu tadi, dengan membatasi jumlah pasangan agar jumlah kelahiran dapat disesuaikan dengan kebutuhan negara sambil memperhitungkan jumlah orang-orang yang mati karena peperangan, karena penyakit dan lainnya. Mencari win-win solution atau jalan tengah supaya angka yang lahir dan mati menjadi berimbang.

Ketiga, penghapusan lembaga perkawinan dan keluarga dapat meningkatkan kualitas manusia. Negara ideal menurutnya haruslah memiliki pemimpin yang istimewa, yang memiliki kemampuan intelektual tinggi dan karakter mengagumkan, serta moral yang amat terpuji. Untuk memperbaiki kualitas manusia tersebut, maka pemerintah harus mengatur agar pria yang terbaik di dalam negara melakukan hubungan badan dengan wanita yang terbaik, sehingga mereka akan menghasilkan keturunan yang terbaik pula. Anak dari pria dan wanita yang tak berkualitas harus disingkirkan oleh negara, dan hanya anak dari pria dan wanita berkualitas yang harus dipelihara serta dirawat oleh negara.

Friday, January 27, 2012

Wedding Day


"Happy marriages begin when we marry the one we love, and they blossom when we love the one we married."



I know you probably wonder from time to time what you mean to me.
So I’d like to share this thought with you, to tell you that you mean the world to me.
Think of something you couldn’t live without…and multiply it by hundred.
Think of what happiness means to you…and add it to the feeling you get
On the best days you’ve ever had.

Add all up your best feelings and take away all the rest
…and what you’re left with is exactly how I feel about you
You matter more to me than you can ever imagine
And much more than I’ll ever be able to explain.

You are so important to my days
And so essential to the smile within me.
You’re like the answer to a special prayer
And I think God knew that my world needed you.
My world really need someone exactly like you.

Having someone like you in my life is like having a wish come true.
You are blessing and a miracle, such guiding light to shine my ways.
I can’t even begin to count all the times that special thoughts of you
Have brightened up the day, made me count my blessings.

There is a “thanks” I quietly say from time to time in my heart
Because you’re so important to me…really important.
I can’t live without you. I just can’t !
That’s how important you are to me. (Micheidy)