Sunday, April 15, 2012

Belajar Bahasa Inggris Susah?


Kenapa Bahasa Inggris Susah Dipelajari?


Bahasa Inggris itu agak berbeda dengan yang namanya Spanish (Bahasa Spanyol) atau pun Italian (Bahasa Italy), kedua-duanya adalah bahasa asing yang terbanyak dipergunakan di seluruh wilayah Amerika Serikat, atau bahkan dibanding Bahasa Indonesia yang untuk sebagian besar kata-kata yang dimiliki adalah spelled phonetically. Gamblangnya, bahasa puitisnya adalah bahwa apa yang tertulis itu yang terucap dan terdengar he he he…Tapi English memiliki beribu-ribu kata yang mengharuskan penggunanya mesti take spelling mastery to learn. Ini for sure lho, jangan main-main.

Beberapa tahun lalu ada sebuah analisis yang dilakukan oleh komite untuk national tests di England. Lantas apa yang mereka temukan saudara-saudaraku sekalian? Mereka menemukan bahwa siswa-siswa pada usia 11 dan 14 tahun membuat lebih banyak kesalahan spelling dibandingkan dengan kesalahan yang dilakukan setahun sebelumnya. Nah lho, kok bisa sih? Sebagai contoh saja, salah satu kata yang bermasalah adalah ‘technique’, sebagian besar siswa yang mengikuti test tersebut (kurang lebih 600.000 siswa yang mengikuti test) memberikan alternatif jawaban yang salah. Mereka memberikan jawaban seperti ‘techneck’, ada juga yang menulisnya sebagai ‘tecnique’, bahkan yang nggak masuk akal sekalipun seperti ‘teacneak’.


Ini tentu juga menunjukkan betapa English di satu sisi ternyata tidak segampang yang kita bayangkan. Kemampuan untuk memproses the phonological features of English jelas-jelas lebih meyukarkan dan menyulitkan para pembelajar untuk mengenali kata-kata (vocabularies) ketika membacanya bahkan pula tatkala hendak menyebutkannya, terlebih lagi untuk kata-kata yang baru pertama kali mau diucapkan. Contoh sederhananya teman saya pernah menyebutkan kata ‘choir’ dengan menyebutnya sebagai ‘koir’ padahal seharusnya berbunyi ‘kwaeir’.

Kemudian apa kendala lain yang menyebabkan English menjadi sepertinya begitu sulit untuk dikuasai sepenuh-penuhnya? Ada sebuah quote dari sekertaris sebuah organisasi bernama the Simplified Spelling Society, John Gledhill, ia mengatakan demikian:
“English is about the only language, apart from French, on the world stage that hasn't updated its spelling for 500 years. That is why it is in rather a mess.”
Sangat klasik bin kuno yah? Ha ha ha but before someone stands up to establish the reforms proponents of simpler English have been pushing, we have to learn English spelling the traditional way to get ahead.

English tentu saja tetaplah sebuah bahasa yang memiliki keunikan maupun keganjilannya sendiri. Simaklah kalimat-kalimat klasik berikut ini:

”The bandage was wound around the wound.” Atau pada kalimat berikut, “He could lead if he would get the lead out.” Atau juga pada kalimat yang satu ini “The soldier decided to desert his dessert in the desert.” Perpanjang rasa lucu dan tertawa Anda sembari membaca kalimat berikut ini “Since there is no time like the present, he thought it was time to present the present.” Jangan lupa, “I had to subject the subject to a series of tests.” Nah lho,“How can I intimate this to my most intimate friend?”

Oleh karenanya, listen up all my friends: Just don't study grammar too much. Why?
Memang ajakan saya ini mungkin agak ganjil dan terdengar aneh untuk mereka yang baru mulai belajar English. Tapi sebenarnya ini adalah aturan paling penting lho. Okelah kalau Anda berkeinginan supaya lulus test/ujian silahkan pelajari baik-baik masalah grammar tersebut. Tapi, apabila Anda punya keinginan untuk menjadi mahir dalam berbahasa Inggris, then forget it! Anda harus mencoba untuk memulai belajar bahasa Inggris tanpa terlebih dahulu mempelajari soal grammar. You gotta believe me on this one, fellas.

Ketika Anda sibuk mempelajari dan mengurusi masalah grammar, secara serempak itu akan memperlambat dan membuat Anda justru menjadi bingung. Anda akan berpikir terus menerus tentang aturan-aturan (grammar) tatkala hendak membuat sebuah kalimat, ketimbang berbicara secara natural sebagai mana laiknya seorang native English speaker berbicara. Dan jangan pula kita semua lupa, bahwasanya (menurut yang saya baca) hanyalah a small fraction of English’ speakers yang mengetahui lebih dari 20% dari keseluruhan grammar rules yang ada.
Itu bagi mereka yang English adalah merupakan bahasa sehari-hari mereka! Tapi juga justru masih lebih banyak para pelajar yang sementara belajar bahasa Inggris menguasai lebih banyak grammar rule daripada mereka yang sesungguhnya adalah native speaker untuk bahasa Inggris. Seorang teman saya orang Amerika, ketika saya tanya mengenai grammar ia tidak bisa menjawabnya secara benar, tapi biar bagaimanapun he is fluent in English and can read, speak, listen, and communicate effectively! .

Pertanyaannya sekarang adalah, “Do you want to be able to recite the definition of a causative verb, or do you want to be able to speak English fluently?” Anda dan setiap kita tentu punya jawabannya masing-masing. Anda ingin menjadi orang yang ‘hanya’ menguasai grammar atau menjadi orang yang fasih dan mahir dalam berbahasa Inggris?

Ingat juga, Don't translate! Anda mungkin kembali bertanya, why is that?
Pada saat Anda membuat sebuah kalimat dalam bahasa Inggris, jangan sekali-kali menerjemahkan kata-kata tersebut menggunakan ‘lidah lokal’ AndaJ Artinya apa? Ya tentu saja nggak boleh seperti itu lah. Kata-kata yang dimaksud bisa saja berbeda sangat jauh pengertiannya ketika diterjemahkan menggunakan lidah dan akal pikir (mother tongue) kita. Lalu harusnya seperti apa? Pelajari phrases dan sentences sehingga Anda akan mengerti makna secara keseluruhan, arti secara utuh dari kalimat dimaksud. Bukan kata per kata!

Masalah lainnya ketika Anda hendak membuat sebuah kalimat dalam bahasa Inggris tapi menerjemahkannya kata per kata kedalam bahasa ibu, kalau sudah begitu maka Anda akan kemudian berusaha mencocok-cocokkan dengan grammar rule yang Anda pelajari.
Melakukan hal tersebut sama saja dengan memperlambat Anda untuk belajar.

Akhirnya, berfaedahkah membaca buku bahasa Inggris? It’s okay. Lalu bagaimana dengan mendengar? Ooh, It’s fine. Kalau begitu cukupkah dengan membaca dan mendengar? Okay and fine but not good enough! Speaking atau berbicara adalah salah satu faktor penentu kebisaan dan kebiasaan Anda berbahasa Inggris secara terus menerus. Mendengar dan membaca saja tidak cukup. Samalah halnya dengan semua bahasa, yaitu bahwa membaca, mendengar, dan berbicara adalah merupakan faktor-faktor penting dan sangat menentukan dalam menguasai bahasa tersebut. Tapi apapun itu, berbicara adalah satu-satunya cara atau alasan orang bisa menjadi fluent dalam berbahasa Inggris. Tanpa bicara (speaking) jangan pernah bermimpi Anda akan menjadi fluent dalam berbahasa Inggris. Biasakan untuk mendengar kata-kata atau kalimat dalam bahasa Inggris dan ucapkanlah itu kembali. Biasakan untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris. Sebab tanpa bicara, sekali lagi ingin saya katakan jangan bermimpi untuk menjadi mahir alias fluent berbahasa Inggris.
Being able to speak a language is not related to how smart you are. Anyone can learn how to speak any language. This is a proven fact by everyone in the world. Everyone can speak at least one language. Whether you are intelligent, or lacking some brain power, you are able to speak one language.

***

“Apa gunanya engkau mendengar sejuta kata, engkau membaca beribu-ribu kalimat, tapi tak satu kata pun pernah keluar dari mulutmu?”---Michael Sendow.


No comments: