Wednesday, June 10, 2015

Hidup Nyaman?

Bagi yang punya mobil, tentu akan sangat peham dan tahu betul dengan apa yang disebutkan sebagai sertifikat kepemilikan? Di Amerika, sertikat tersebut dibilang atau diistilahkan sebagai Certificate of Entitlement (COE). Nah, biasanya tanpa sertifikat ini, perusahaan Asuransi di sana tidak akan mau mengasuransikan mobil tersebut. Dan tanpa asuransi, selain driver license (SIM) tentunya, maka jangan coba-coba mengemudikan mobil Anda. Sebab bukan hanya akan ditilang, mobil Anda pun bakalan ditahan dan di-towing.

Sebagian besar orang-orang kaya di Amerika, dan bahkan juga yang belum kaya sekalipun, pernah mengatakan kepada saya bahwa mereka memang terlahir untuk mengecapi nikmatnya hidup di dunia ini, termasuk merasakan bagaimana hidup dengan punya banyak uang. Orang-orang di negara maju lainnya juga, saya rasa banyak yang memiliki pemahaman yang sama seperti itu. Jadi, seperti seorang pemilik mobil memiliki COE, maka mereka merasa bahwa mereka itu punya COE of life. Tidak bisa tidak. Apalagi kalau bapaknya seorang kaya kaya raya. Atau keluarganya ada yang pejabat tinggi negara. Lebih tepatnya, mereka merasa punya hak untuk menikmati hidup penuh kenyamanan dan kesenangan, apapun alasannya dan bagaimanapun cara memperolehnya. Tidak sedikit yang menolak bila tidak menjadi kaya. Orang pintar akan menuntut supaya ia mendapatkan pekerjaan yang sangat bagus (karena ia pintar), dan mencetak banyak dollar. Orang ternama serta terkenal menginginkan peran lebih lagi, supaya pundi-pundi dollarnya semakin menumpuk.

Jangan heran bila banyak orang kaya merasa bahwa seakan-akan hanya merekalah penguasa jalan raya dengan mobil mewahnya, yang lain silahkan minggir ke selokan. Bahwa merekalah yang menguasai airport dengan jet pribadinya, yang lain silahkan antri di pinggiran. Merekalah pemilik rumah-rumah mewah, yang lain boleh numpang dulu di bawah jembatan. Pokoknya comfortable life sudah menjadi kartu mati buat mereka. Bahkan, lebih aneh lagi, yang belum kaya pun memiliki pemahaman yang sama: Bahwa mereka juga harus memiliki Certificate of Entitlement of good life. Apapun alasannya. Nah, jangan heran juga jika para pejabat negara kita sekarang terjangkiti dengan polah hidup orang-orang yang merasa sok menguasai kemanisan dan kenyamanan hidup. Gaji PNS tidak cukup, merekapun getol korupsi. Tunjangan jabatan dirasa tidak cukup, korupsi pun jadi alternatif.

Banyak orang merasa bahwa mereka punya segala hak untuk umpamanya, liburan ke luar negeri minimal setahun sekali, harus punya mobil, harus mendapat pekerjaan yang mantap, harus diperhatikan pemerintah dan dibantu terus menerus, harus memakai baju paling baru setiap minggu, dan masih banyak lagi keinginan-keinginan (yang lalu dianggap sebagai ‘hak’ mereka).




Apakah kita memang berhak dan pantas mendapatkan semuanya itu? Belum tentu. Kita memang punya hak dan kesempatan yang sama, tapi kesempatan mungkin saja tidak datang pada setiap orang. Dan kita tidak bisa menuntut apapun, bahwa kita memang berhak untuk itu semua, bila kita tidak pernah bekerja dan berusaha serta memperjuangkan yang kita inginkan itu. Kita juga tidak akan bisa memastikan bahwa kita berhak menjadi sekaya tetangga kita, teman kita, saudara kita. Masing-masing punya keberuntungan sendiri-sendiri. Kita juga tidak bisa terus menerus menuntut pemerintah to feed us with more food, and more money. Kita musti mengusahakan yang kita anggap ‘hak’ itu. Ada banyak kemewahan yang kita anggap ‘hak’, padahal bukan. Mengharapkan bantuan orang lain dan pemerintah boleh-boleh saja, tanpa mesti memelihara mental dan cara berpikir ‘hak kepemilikan’ itu.
Kita Belum Hidup di Sorga, Tapi di Dunia yang Semakin Rusak

Melihat bahwa kita hidup di dunia yang dipenuhi segala rupa kekacauan dan kerusakan, maka sudah sepantasnya kita beranggapan bahwa hidup ini keras, bukan sebaliknya. Bahwa hidup ini tidak mudah, dan oleh karenanya kita mesti berjuang dan terus berjuang. Dengan juga melihat apa yang terjadi di dunia yang kita tinggali saat ini, kita tidak bisa berharap untuk mendapatkan segala kemudahan, kenyamanan, dan serba kesenangan semata. Dunia ini dipenuhi hal-hal yang tidak selalu menyenangkan. Perang, korupsi, terorisme, sakit-penyakit, wabah kematian, kerusuhan sosial, pertikaian bahkan pembunuhan antar suku dan agama, serta ketidakpastian ekonomi, dan masih banyak lagi terus saja terjadi. Ini adalah bukti bahwa kita tinggal di dunia yang bukan sorga. Hidup akan selalu keras. Dan itu sebuah kenyataan absolut. Dunia memang bukan sorga.

Kita hidup di dunia yang rusak dan ‘porak-poranda’. Dunia yang sudah rusak sejak munculnya peradaban manusia. Tak jarang, bukti-bukti menunjukkan bahwa manusia yang beradap itu jugalah yang menjadi tangan-tangan perusak bumi ini. Bukan hanya alam yang dirusak, sistem peradaban manusia dirusak, sistem kehidupan sosial dirusak, bahkan cara berpikir generasi mudapun mulai direcoki hal-hal tidak benar.

Seandainya saja kita sadar bahwa dunia ini memang sudah seperti itu, tentu kita akan semakin memahami dan mengerti bahwa kita masih hidup di dunia. Sebuah kenyataan yang tidak pernah bisa kita sangkal. Maka kita pun disadarkan mengapa ada begitu banyak di antara kita mesti melalui beragam bentuk penderitaan. Kita mengalami berbagai macam kehancuran dalam hidup pribadi maupun sosial kita. Frustasi, kebingungan, dan ketidakpastian. Lantas apa kita mau mencoba untuk lari dari kenyataan itu? Tentu tidak. If we can’t avoid it then we must live with it. 

Bila Anda terus-terusan dihinggapi perasaan tidak bahagia, dan tidak nyaman. Terus bersungut-sungt dan complain kiri-kanan. Umpamanya karena merasa uang tidak pernah cukup, terlalu stress dengan kehidupan kota besar yang sangat berat serta serba individualistis, merasa bahwa perjuangan untuk hidup dan memperjuangkan kehidupan itu sedapat mungkin, tapi ternyata masih begitu berat, percayalah bahwa Anda tidak sendirian. Ada milliar orang di muka bumi ini mengalami perjalanan hidup yang hampir sama, mengalami kerasnya hidup yang hampir sama.
Untuk itu, dibutuhkan komitmen serta keyakinan diri untuk mengubah mindset serta sikap kita atas hidup ini, so that we can combat the natural human condition.Kita dapat meruntuhkan cara pikir dan cara pandang kita bahwa hidup harus serba menyenangkan, mengenakan, membahagiakan, dan mesti selalu berbuah manis untuk kita. Kita sama sekali tidak punya hak (atau ada garansi) apapun untuk mendapatkan Certificate of Entitlement kehidupan yang nyaman, membahagiakan, dan menyenangkan di hidup kita yang singkat ini. Hidup ini perlu perjuangan. Dan untuk itulah kita diberi akal dan hati nurani.

No comments: