Monday, October 16, 2017

Hantu PKI, Membangkitkan Kembali Apa yang Sudah Mati


Jepang lagi mempersiapkan robot humanoid yang akan dikirim ke luar angkasa, sebuah lompatan emas dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui Axel Corporation mereka juga merancang sepeda motor dengan teknologi penggunaan tenaga listrik melalui plugin hybrida, tanpa perlu BBM.

Dengan teknologi canggih, hari ini Jepang sudah bisa mengubah air laut menjadi air minum, dan beras menjadi roti. Itulah Jepang, bukan kita di sini.

Bangsa lain, dengan teknologi canggih sementara membuat banyak kemajuan demi masa depan mereka yang lebih cemerlang. Mereka mampu meneliti keberadaan fenomena hantu sampai tingkat paling menakjubkan. Tetapi kita justru sibuk menghidupkan ‘hantu ‘yang sudah lama mati dengan cara-cara konyol dan menggelikan.

Iya, hantu itu bernama PKI. Keberadaan hantu yang nggak nyata itu dibuat gentayangan sedemikian rupa seolah-olah nyata, memunculkan rasa takut berlebihan yang terlihat sangat norak serta kampungan.

Betapa bodohnya kita. Dan, kebodohan rupanya tidak pandang bulu. Tidak pandang pendidikan serta jabatan. Apapun jabatan kita, termasuk jenderal sekalipun bisa saja dihinggapi pikiran-pikiran bodoh lagi picik. Alamak!

Mari kita sedikit luangkan waktu untuk lihat sejarah, biar wawasan nambah dikit githu lho, meski nambahnya hanya satu ons saja itu sudah lebih dari cukup.



Begini, era perang dingin antara komunis Uni Soviet dan si kapitalis Amerika itu kan sudah lama usai. No question about that. Uni soviet bahkan sudah bubar menjadi beberapa negara kecil. Mereka adalah ‘kandang’nya komunisme. Kekuatan Soviet telah menjelma dalam wujud Russia masa kini.
Lalu, beberapa tahun yang lalu hampir semua kita melihat jelas terpilihlah Vladimir Putin sebagai presiden Russia dengan mendulang 63.7% suara pemilih. Posisi dia ini tak tertandingi bahkan oleh calon dari partai politik nomor dua di Russia saat itu yakni partai komunis (yang hanya memperoleh suara tak lebih dari 20%). Ini salah satu tanda bahwa era komunis sudah benar-benar hilang pengaruh. Ibarat pisau, tajamnya sudah menumpul.

Di belahan dunia yang lain, tembok berlin sudah runtuh, dan Jerman tak lagi menyukai komunisme. Sekarang representasi komunisme tinggal dipegang oleh China dan Korut. Tetapi China lebih condong pada ekspansi ekonomi, bukan militer.

Di bumi yang kita diami ini, komunisme sudah kehilangan panggung, kehilangan roh. Di Indonesia apalagi, udah nggak ada apa-apanya sama sekali.

Keberadaan PKI di Indonesia itu memang persis hantu. Di Indonesia ini mereka tidak punya kekuatan militer. Tidak punya kekuatan idiologi. Tidak punya kekuatan financial. Tidak punya apapun. Lalu untuk apa kita jadi takut berlebihan kayak orang bego?

Maka percayalah, siapapun yang sementara getol-getolnya memunculkan issue PKI ini lalu sebar sana sini, bikin spanduk, demo nomer togel cocoklogi, seminar dan teriak-teriak kayak pawang kecoa, saya katakan mereka itu kemungkinan sudah ketagihan nonton film hantu. Amatiran banget.
Bodoisme dan begoisme sudah menguasai mereka. Wong nggak ada apa-apanya tetapi dibahas kayak perang dunia sudah di depan hidung. Mana ada PKI saat ini seperti yang kelompok-kelompok tertentu ini sebar dan beritakan. Omong kosong itu semua!

Bagaimana bangsa ini mau maju jikalau kita sibuk membahas sosok hantu yang tak jelas seperti itu, lalu kemudian lupa memikirkan hal-hal yang lebih strategis, termasuk dalam bidang penelitian dan pengembangan teknologi.

Contohilah Jepang. Mereka sangat perhatian pada pengembangan teknologi pangan, lagi-lagi kita sibuk membahas hantu blao bernama PKI. Bangun hoi…bangun….!

Kalau kita mau jujur, issue PKI itu sungguh amat sangat murahan. Misalnya soal nobar itu ya. Untuk apa warga diajak nobar film PKI? Apa ada saksi mata saat itu pada peristiwa G30S PKI, lalu film dibuat berdasarkan kesaksian saksi mata itu?

Bagaimana kalau misalnya saja ternyata film tersebut tidak sesuai kenyataan yang terjadi? Apa Anda akan dengan antengnya ngejawab, “Emang gue pikirin!” Maaf ya, bagi saya kalau ada yang jawab seperti itu, maka itulah jawaban orang bodoh. Ya, kalau ente nggak mau mikiran kebenaran isi film tersebut lalu untuk apa ajak-ajak nobar sebuah film yang bisa jadi salah kaprah?

Sebetulnya inilah saatnya kita harus bangun dari tidur dan buyarkan mimpi nggak jelas dalam diri kita. Lihat saja apa yang nyata hari ini, bukan apa yang pernah hidup di tahun 60-an namun sekarang telah menjadi hantu tanpa bentuk.

Ancaman nyata bagi kita hari ini bukan lagi PKI tetapi ISIS dan paham radikalisme yang sibuk cari panggung. Mereka-mereka inilah yang sangat berbahaya dan harus terus dipantau pergerakannya.
Kalau orang masih terus bicara soal PKI yang berwujud hantu itu, saya bisa pastikan hal itu pasti ada indikasi politis. Kentara banget kok.

Kita simak, Jokowi terus-terusan hendak dibenturkan dengan para ulama dan umat Islam. Jokowi kemudian dicitrakan telah melakukan kriminalisasi terhadap para ulama. Padahal yang lagi lari ke luar negeri itu nyata-nyata pengecut yang lari dari jerat hukum, lain tidak. Perppu Jokowi dianggap anti Islam dan pro PKI, padahal tidak demikian. Ini semua kan jelas ke arah mana opini hendak dipaksakan mereka.

Lalu para radikalis serta aktor intelektual di belakang layar terus saja menggoreng berbagai issue tanpa melihat dampak buruknya apa. Mereka terlihat sibuk menggoreng, termasuk ketegasan Jokowi menerbitkan perppu, tetapi digeser maknanya menjadi Jokowi seorang diktaktor yang anti Islam. Seakan-akan Jokowi anti demokrasi. Ini jelas provokasi busuk.

Saking gilanya orang-orang ini, sejak tempo hari, sampai detik ini pun mereka bahkan masih terus menyebarkan hoax tentang Jokowi anak PKI dan pendukung Jokowi adalah antek PKI. Tuduhan yang sangat tidak manusiawi dan picik bin sinting. Tuduhan itu hanya pantas lahir dari mahluk bernama setan.

Issue PKI bisa jadi sengaja dimainkan untuk melemahkan Jokowi dan pemerintahannya. Mereka berusaha menghasut dan memengaruhi NU dan ormas Islam lainnya supaya percaya terhadap apa yang mereka sudah munculkan ke permukaan.

Bukankah NU dan Ansor dulu adalah termasuk yang berdiri paling depan dalam menghadapi PKI. Banyak kiai yang mengalami langsung masa-masa itu. Nah, kalau NU dan para kiai ini sampai terpengaruh, maka tentu ceritanya bisa menjadi semakin ‘panas’. Hal ini lambat laun berdampak signifikan pada usaha melemahkan pemerintahan Jokowi. Ini jelas berbahaya.

Jika umpamanya para kiai NU bergerak oleh karena termakan provokasi dan issue usang soal PKI, ini tentu akan menyita banyak waktu dan energi Jokowi serta pemerintahannya. Ia akan terus dirongrong. Bisa mendadak muncul gejolak, dan pembangunan yang gencar dilakukan Jokowi akan terhambat. Arahnya sudah terbaca.

Masalahnya lalu kemudian akan bertambah parah jika ada oknum-oknum pejabat dan perwira yang ternyata ikut bermain (mereka yang mungkin masa kecilnya kurang bahagia nih, kurang bermain kali). Ada yang bermain dua kali, tiga kaki, bahkan lima kaki (biasa di kaki lima kalau yang ini). Ini membuat suasana jadi semakin keruh.

Komunis sudah hancur lebur di negeri asalnya. Paham itu sudah sangat tidak laku dijual bahkan di negara asalnya. Di Indonesia kita nggak perlu lebay lah, dan stop menyimpan ketakutan berlebihan soal PKI. Itu hantu masa lalu, trust me on this one.

Anda sekali lagi harusnya lebih takut pada ISIS dan radikalisme yang hidup dan nyata-nyata hadir di negeri ini daripada terhadap hantu PKI yang sudah lama dibubarkan dan dilarang, bahkan oleh TAP MPR.

Hari ini Anda tidak perlu takut pada lambang palu arit, tetapi takutlah pada ‘gergaji – kapak’ yang mengancam keberagaman di negeri ini. Gergaji – kapak yang sudah membuat anak-anak ketakutan di Pulogebang. Pemikirannya jangan dibolak-balik. Masak kita takutnya sama hantu masa lalu bukan pada penjahat, pembuat onar, dan pembunuh masa kini? Koplak.
Ah, Emang gue pikirin!
Yuk kita jangan ikut-ikutan jadi koplak, bodoh, dan berbau tengik…

No comments: