Aksara
merupakan salah satu penemuan manusia yang paling kuno. Akan tetapi
penemuan kuno tersebut ternyata memberi dampak besar bagi kehidupan
manusia, bahkan di era super modern saat ini, aksara menjadi alat
komunikasi utama manusia. Aksara masih terus menjadi alat komunikasi
tulis dan baca yang ampuh hingga detik ini. Semua media social harus
mengamini bahwa aksara adalah penyumbang utama kehidupan dan keberadaan
atau eksistensi mereka.
Aksara sudah ada sejak
jaman purba. Nah, kini aksara peninggalan purba itu ada yang sudah
punah, dan hilang dari penggunaan, namun ada juga yang masih tetap
bertahan dan digunakan hingga saat ini. Setidaknya ada enam rumpun
budaya baca-tulis yang melahirkan aksara. Menurut catatan sejarah, maka
yang paling tua adalah budaya baca-tulis Mesopotamia yang muncul di
sekitar tahun 3500 sM. Di situ orang sumeria menoreh tanda-tanda mirip
paku pada lempeng tanah liat yang masih basah dengan sejenis alang-alang
tajam. Ini merupakan tulisan manusia yang pertama. Namanya kuneiform.
Selanjutnya adalah budaya baca-tulis Mesir yaitu sekitar tahun 3200 sM. Mereka menulis di atas bahan yang terbuat dari papyrus, yaitu alang-alang air. Aksara ini disebut hieroglif. Berikutnya adalah budaya baca-tulis lembah Indus di Pakistan dan India, yang muncul sekitar tahun 2800 sM. Aksaranya disebut Harappa.
Lantas kemudian ada juga budaya baca-tulis Tionghoa dengan logogram,
yaitu aksara berbentuk lambang yang berjumlah ribuan, dan mulai
digunakan tahun 1200 sM. Ada
juga budaya baca-tulis Levantin di sekitar Laut Mediterania dan Timur
Tengah dimulai sejak tahun 1050 sM. Aksara ini merupakan cikal bakal
sejumlah aksara modern, termasuk yang kita gunakan saat ini.
Kini, dengan kemajuan
teknologi dan pesatnya perkembangan dunia informatika, aksara sudah
‘naik level’ penggunaannya. Bahasa-bahasa pemrograman komputer maupun
bermacam kode canggih untuk berbagai piranti lunak sudah ditemukan, dan
terus bermunculan. Bahasa-bahasa pemrograman muncul juga di setiap gadget yang
ada di tangan kita. Bahkan aksara sudah banyak yang bermetamorfosis
menjadi simbol-simbol, dan bahkan aplikasi-aplikasi canggih lainnya.
Satu di antaranya berwujud sebagai apa yang kita kenal sekarang dengan
sebutan ‘aplikasi games’.
Coba periksa Smart Phone yang ada di tangan Anda saat ini. Sangat mungkin akan ada aplikasi game terkenal semacam Angry Birds, Mafia Wars, atau Candy Crush sudah terpasang di sana. Semua game ini
memang dapat diunduh secara gratis. Itu biasa dan wajar. Bukankah semua
kita memang senang dan mudah terpikat dengan apa-apa yang berbau
gratisan? Namun, setelah Anda menjadi begitu ketagihan, di situlah perlu
kewaspadaan tingkat tinggi, karena bisa-bisa kocek Anda semakin
menipis. Gratis di depan, tapi begitu Anda sampai pada level ketagihan,
ya tidak ubahnya orang yang lagi fly alias overdosis alias sakaw tingkat dewa, maka Anda akan ‘tega’ menguras isi dompet untuk memuaskan hasrat Anda.
Kawan saya ada yang sudah sangat ketagihan bermain Candy Crush. Dalam hidupnya, kini tiada hari tanpa Candy Crush. Bahkan sementara rapat pun, masih sempat-sempatnya ia main game
itu. Semua pikir matanya tak lepas dari HP-nya oleh karena sementara
membalas email atau urusan kerja lainnya, eh ia malah sibuk “ngejar
target” di Candy Crush. Itu namanya ketagihan. Bahkan ada yang sampai larut malam berkutat dengan berbagai macam game online itu. Candy Crush bahkan sudah mulai menjangkiti beberapa saudara saya. Saya hanya titip pesan, hati-hati ketagihan. Dulu ada yang namanya Farmville,
di situ saya sempat hampir jadi peternak binatang paling jago,
sampai-sampai gajah pun saya koleksi. Untuk saya cepat sadar, dan segera
membatasi diri.
Banyak permainan yang gratisan atau ‘Freemium’.
Tapi ada saat-saat Anda harus membeli sesuatu ketika Anda ingin
mendapatkan sesuatu, bila Anda sudah amat ketagihan. Umpamanya ketika
Anda sudah bersedia membayar, baik untuk mendapatkan nyawa tambahan,
atau untuk membeli ‘permata’ untuk digunakan sebagai mata uang virtual
agar supaya dapat bermain terus tanpa halangan, saat itulah permainan
yang tadinya ‘freemium’ dapat menjadi mesin pemutar uang bagi para
pengembang game tersebut. Dan di situ pulalah terlihat cara hebat marketing mereka.
Bayangkan, di tahun 2013 yang lalu saja, pembelian aplikasi game di ponsel telah meningkatkan pembelanjaan sebesar 16.5 miliar USD (setara Rp. 191 triliun). Luar biasa besar.
Nicholas Lovell, penulis The Curve,
sebuah buku tentang cara menghasilkan uang di dunia konten digital
gratis mengatakan begini, “Yang kita lakukan adalah membawa proses
berpikir dan keahlian menjual dan memasarkan secara lebih jelas ke dalam
game.”
Menurut Lovell, bahwa mereka yang melakukan pembelian aplikasi game biasanya adalah pemain yang paling berdedikasi. Setelah seorang pemain mengunduh game gratis, maka para perancang game harus
membuatnya untuk terus bermain. Itu adalah strategi jitu
‘mempertahankan mangsa’. Pemain yang paling merasa terikat adalah pemain
yang memiliki kemungkinan paling besar untuk mengeluarkan uang.
Sebagai contoh, ada
seorang pemain yang tidak ingin menunggu 24 jam sebelum maju ke level
selanjutnya, ia sangat mungkin untuk mengeluarkan uang. Misalnya, ketika
dalam permaianan tersebut ia butuh 10.000 koin emas untuk sekedar
mendapatkan satu objek penting. Ini tentu saja menuntut si pemain harus
menuntaskan 1.000 perburuan yang masing-masing menghasilkan 10 koin
emas. Nah, ia bisa menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk
mendapatklan apa yang ia cari, dalam hal ini 10.000 koin emas tersebut.
Terkecuali bila ia rela mengorbankan sedikit rupiah miliknya. Artinya,
ia akan mendapatkan 10.000 koin emas itu dengan membelinya. Memang
pintar ya cara pengembang game mencari uang dari para game lovers, atau mereka yang sudah amat sangat jatuh cinta dengan permainan tersebut? Lantas bagaimana dengan Anda?
Kalau saya, lebih baik
tergila-gila, serta jatuh cinta dengan model aksara ‘kuno’ seperti yang
saya tulis di atas sana. Ya, apalagi kalau bukan menulis. Saya memilih
untuk tergila-gila menulis di Kompasiana saja, karena alih-alih merogoh
kocek, justru saya bisa dapat duit karena menulis. Dan itu sudah
terbukti he he he…Cheers! —Michael Sendow—
Sumber referensi: - Blackberry Aplication, - Dr. Andar Ismail (Selamat Berpadu), - Eureka (Waspada Daya Pikat Game). Kompasiana: http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2014/06/12/waspada-daya-tarik-permainan-yang-menguras-kocek-anda-661509.html
#onlinegame
No comments:
Post a Comment