Pernahkah
Anda mendengar orang Manado bicara? Kalau diperhatikan secara seksama,
maka ada banyak kata yang diulang dua kali namun bermakna sama.
Umpamanya kata-kata ini: raba-raba, rabu-rabu, tengo-tengo,
sapu-sapu, hela-hela, ruju-ruju, kile-kile, poco-poco, pala-pala,
lao-lao, poki-poki, gepe-gepe, gidi-gidi, fui-fui, gata-gata, tola-tola,
tole-tole, bela-bela, polo-polo, poco-poco, pica-pica, para-para,
pele-pele, dan masih banyak lagi. Semuanya punya
arti tersendiri. Memang terdengar lucu, namun kalau mendengar dilaek
Manado (logat) diucapkan, pastilah akan ada salah satu atau bahkan lebih
dari kata-kata di atas itu hadir dalam pembicaraan.
Nah, ada juga yang
menarik, yaitu ‘penghargaan’ orang Manado dan Minahasa terhadap huruf
‘D’. Kenapa disebut mereka itu sangat menghargai huruf ‘D’. Oleh karena,
ada banyak sekali kata yang dimulai dengan huruf D, dalam dialek Manado
dan diucapkan secara unik, dan bunyinyapun terdengar lucu. Ini ada
beberapa di antaranya yang sempat saya catat.
Diki-diki,
doti-doti, dabu-dabu, dubo-dubo, dego-dego, doi-doi, dulu-dulu,
dusu-dusu, dola, dotu, dobol, dodeso, dodika, dodutu, daki, domatu,
daong, donci, deng, dang, dan sebagainya. Penggunaan dalam kalimat umpamanya, “Ambe akang itu dodika dang” (Tolong ambilkan tempat tungku api itu dong). Ada juga kalimat seperti, “Kiapa masih muda kong ngana so pake diki-diki dang?”, artinya: Kenapa masih usia muda dan Anda sudah menggunakan tongkat?
Dialek Manado memang
lucu dan unik. Ada beberapa kata juga yang ternyata merupakan serapan
atau hasil pengadopsian dari Bahasa Belanda, dan juga Bahasa Spanyol (Spanish). Umpamanya kata-kata ini, kadera (kursi), engku (guru laki-laki), enci (guru perempuan), mener (dosen), kawayo (kuda), blanket (selimut), dan sebagainya.
Contoh lainnya adalah untuk ucapan “kiapa soh?” (yang artinya ‘kenapa sih’ atau bisa juga what’s up?) dalam Bahasa Spanish dikenal dengan ungkapan ‘que paso’ (bacanya kepaso), artinya sama dengan kiapa soh (kiapaso)nya Manado. Atau juga sebutan ‘nada’ dalam Bahasa Spanish yang artinya ‘nothing’ (tidak ada apa-apa sama sekali), maka orang Manado menyebutnya dengan ‘ndak ada’ (nothing). Papi deng mami, dalam bahasa Spanish dikenal juga sebagai sebutan untuk bapak dan ibu, seperti yang dipakai di Manado.
Demikianlah bahasa
kita yang semakin kaya dan diperkaya dengan perpaduan campuran bahasa
dari berbagai tempat. Seperti dialek Manado yang terus berkembang,
dengan tentu saja tidak menisbikan akar bahasa sendiri. Di sisi lain,
dialek Manado (yang dikenal sebagai Manado Pasar)
pastilah akan terus digunakan oleh warga Manado (Kawanua) di manapun
mereka berada. Jangan sampai kita melupakan bahasa asal kita hanya oleh
karena kita sudah tinggal di luar kota, pun di luar negeri. Salam
hangat. Smoga jo ngoni ada dalam keadaan bae-bae salalu. —Michael Sendow—
No comments:
Post a Comment