Wednesday, March 19, 2014

Jokowi dan Naiknya Pamor PDIP

Jokowi sudah diamanatkan oleh Megawati untuk maju sebagai calon Presiden Indonesia, tentu saja mewakili partai PDIP. Ini tentu saja bukan keputusan main-main dan gampang saja. Megawati harus melalui proses panjang sebelum akhirnya memutuskan Jokowi sebagai calon Presiden dari partainya. Pertama, ini akan menisbikan secara tidak langsung ‘pakem’ yang sudah membudaya, bahwa calon Presiden PDIP haruslah dari trah Soekarno. Kedua, memajukan Jokowi ke pentas terdepan PDIP menyongsong pemilu secara serempak berarti ‘memundurkan’ atau bahkan menisbikan kans Megawati untuk terpilih, terlepas dari seberapa banyak menurut hasil survey yang menginginkan Megawati menjadi Presiden.

Namun, kini keputusan secara bulat sudah diambil, dan keputusan tersebut mesti didukung oleh partai PDIP. Megawati sudah mempercayakan perebutan kursi Presiden 2014 itu ke pundak Jokowi. Segenap kader PDIP sudah sepantasnya mendukung itu. Apapun resikonya.

Bagi para pendukung berat trah Soekarno di PDIP yang memiliki semboyan “Mega Harga Mati” tentu ini adalah pilihan berat. Bisa jadi yang terberat. Dan memang, kesadaran irasional kader PDIP yang amat berbahaya adalah tetap mempertahankan “Mega Harga Mati” sementara di luar sana realitas politik sudah amat sangat jelas, secara terang benderang Jokowi itu tiada bandingannya. Tahun ini adalah tahunnya Jokowi, bukan Megawati.
Militansi kesadaran irasional tentu berbahaya bagi peluang PDIP merebut kursi Presiden 2014 yang tinggal beberapa bulan lagi. Salah mengambil langkah, maka pupus sudah harapan itu.
Baik dari tingkat kesukaan masyarakat, tingkat elektabilitas, dan tingkat keberpengaruhan di media sosial serta media manapun, jelas sekali nama Jokowi itu justru yang sekarang nampaknya adalah sebuah “harga mati”. Kalau umpamanya, kader-kader PDIP tetap kukuh pada pandangan irasional mereka yaitu “Mega Harga Mati”, maka saya khawatir PDIP tidak akan mendulang banyak suara, bisa pula ditinggalkan calon pemilih. Untunglah Megawati jeli melihat situasi ini, dan dengan lapang dada mempersilakan (baca: menyalonkan) Jokowi sebagai calon dari partai yang ia pimpin. Ini yang kita mesti angkat topi kepada Megawati.


Sekarang tinggal menunggu siapa yang akan menjadi calon wakil Jokowi nantinya. Menurut saya, Jokowi (dan PDIP) harus memilih seorang tokoh yang mirip Ahok. Tegas, berani, dan kokoh. Lebih bagus lagi kalau ia itu seorang dari militer dan punya pengaruh untuk urusan luar negeri, supaya dapat melengkapi Jokowi. Sebenarnya kalau Wiranto mau ‘sedikit mengalah’ untuk disandingkan dengan Jokowi, sebagai cawapresnya, maka akan sangat bagus. Bisa juga dengan Pramono Edi mungkin.

Dengan Jokowi sebagai calon Presiden, maka hampir semua kekuatan yang dibangun partai lain akan terserap oleh ketokohan Jokowi. Calon terdekat sebagai pesaing terdekat dan terberat Jokowi dalam amatan saya hanyalah Prabowo. Konstelasi kekuatan Prabowo sangat jelas. Bahkan sebagai politisi, ia memiliki jumlah pendukung di FB nomor satu terbanyak di Indonesia ini. Untuk itulah saya berani mengatakan, bila bukan Jokowi calon dari PDIP maka akan terjadi swing voters pengagum Jokowi yang lantas beralih ke Prabowo, atau bahkan menjadi golput. Kini, swing voters dari partai lain yang mengagumi Jokowi tentu yang justru akan memantapkan diri untuk mencoblos PDIP, demi memberi jalan mulus kepada Jokowi menuju kursi kepresidenan.

Bagi saya pribadi, bila Jokowi sudah bertekad memajukan bangsa ini, ia tidak boleh main-main. Jangan justru terperangkap oleh euphoria berlebihan. Kalau memang ia terpilih, maka sudah selayaknya Jokowi benar-benar menunjukkan kapabilitas dan kredibilitasnya di mata rakyat Indonesia, dan tentu saja di mata dunia internasional.

Saat ini memang masanya Jokowi. Dengan cara apapun para pengritik dan yang tidak suka dengan dirinya berupaya menjatuhkannya, banyak rakyat yang sudah kadung jatuh cinta. Niscaya, mereka akan memberikan apa saja demi orang yang sudah kadung dicintai dengan amat sangat itu. Semoga saja Jokowi benar-benar tetap menjadi seperti apa adanya ia sekarang. Rendah hati (bukan rendah diri), mau tetap dekat dengan rakyat kecil, blusukan (hands-on), dan tetap menjalankan program-program berbasis kerakyatan, artinya demi kepentingan rakyat banyak. Selamat memilih. —Michael Sendow—
#pemilihanpresiden2014
“Many of life’s failure are people who did not realize how close they were to success when they gave up. So don’t give up on you…”

No comments: