Friday, July 26, 2013

Jokowi Presiden Untuk 2014 atau 2019

Ada pepatah yang mengatakan, “Harapan adalah tiang yang menyangga dunia” (Pliny the Elder), oleh sebab itu kita mesti punya harapan, sebab tanpa harapan apalah artinya hidup ini? With no hope, we are dying….
Jakarta kini memiliki sebuah harapan baru dengan terpilihnya Jokowi-Ahok. Jakarta Baru yang tadinya mungkin hanya ada dalam mimpi belaka, kini perlahan-lahan mulia mewujud. Terlepas dari ada yang menyangsikan. Terlepas dari ada yang meragukan, tapi masyarakat banyak pada umumnya tidaklah buta. Mereka pasti tahu bahwa Jokowi sementara membawa mereka ke arah perubahan yang lebih baik itu. Banyak gebrakan dan pondasi yang sudah dia bangun. Butuh waktu, tapi sebelum tiang-tiang berdiri, pondasinya harus dibangun dulu. Dibangun dengan kuat. Jokowi itu adapah harapan yang dimiliki Jakarta.

Akhir-akhir ini, santer terdengar, terbaca, dan terlihat segala macam bentuk pemberitaan dan rumors tentang majunya Jokowi sebagai calon Presiden Indonesia 2014. Ada yang menyambutnya dengan gegap gempita, ada yang mencercanya. Padahal, belum ada pengumuman resmi lho, tapi ributnya sudah minta ampun. Banyak partai sudah mulai menempel dan mendekat. Saya mengibaratkannya seperti ini. Yang tadinya jauh mulai mendekat, dan yang tadinya dekat mulai merapat, sementara yang sudah rapat mulai menempel. Artinya, Jokowi ini memang magnet. Ia tidak hanya menjadi magnet di Jakarta, tapi juga di Indonesia.

Saya tidak dalam posisi mendukung atau menolak Jokowi untuk maju sebagai Calon Presiden Indonesia 2014 nanti. Sebab siapalah saya sehingga berhak mengatur-ngatur Jokowi. Saya hanya ingin menulis sedikit hasil amatan, dan prediksi ke depan seperti apa nantinya. Menurut hemat saya, Jokowi pun sudah pernah mengatakan bahwa ia itu akan patuh terhadap perintah partai yang sudah menempatkan dia sebagai Gubernur Jakarta. Ini tentu secara kasat mata mengindikasikan, apa yang diminta partai PDIP (apapun) pasti akan ia emban. Tentu, keputusan utama ada di tangan Megawati. Sebagai Ketua Umum, sekali saja dia mendeklarasikan dan meminta Jokowi untuk maju, maka jadilah Jokowi.


Tapi, tunggu dulu. Apa iya, Megawati akan semudah dan segampang itu memberikan kesempatan tersebut kepada Jokowi? Bukankah ia masih bisa dan mungkin mau untuk maju. Bukankah juga, masih ada Puan Maharani yang sangat digadang-gadangkan untuk maju sebagai calonnya PDIP? Nah, di sinilah Jokowi harusnya mencermati. Kalau misalnya, ia dipasangakn ‘hanya’ sebagai calon wapres, umpamanya mendampingi Megawati sebagai capresnya. Atau disandingan dengan Puan Maharani, maka kiprah Jokowi tamat sudah. Itu tandanya PDIP memakai ketenaran dan keterkenalan Jokowi untuk mendulang suara sebanyak mungkin. Padahal Jokowi bukan seorang pengekor, tapi pemimpin. Ia tentu tidak mau jadi ekor, tapi kepala. Ia bukanlah sebuah ban ‘ban serep’ semata. Ya, kasarnyakan wapres itu ‘ban serep’. 

Bagaimana bila Jokowi akhirnya memang diberikan kesempatan dan diminta PDIP untuk mau dicalonkan sebagai Presiden Indonesia 2014? Berat juga memang. Sebab, kalau Jokowi mengiyakan berarti ia harus meninggalkan posisinya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Tentu saja banyak pihak yang kemudian akan mempolitisasi hal tersebut, dan ‘menikam’ Jokowi dengan tuduhan, kecaman, dan entah apa lagi. Berat bagi Jokowi. Padahal di lain kesempatan ia mengatakan untuk tidak berpikir-pikir yang aneh-aneh. Ia akan berkonsentrasi menjalankan tugasnya sebagai Gubernur. Tapi, ia juga selalu bilang, apa yang ditugaskan partai akan ia emban.

Survei di mana-mana menempatkan Jokowi sebagai urutan teratas. Ini menandakan, para calon pemilih, sangat mungkin memang menghendaki ada perubahan di Indonesia ini. Bahwa, bisa jadi sudah ada kemuakkan yang amat sangat terhadap pemimpin-pemimpin yang selama ini tidak dekat dengan rakyat, dan tidak sepenuhnya mengabdi.

Beberapa waktu yang lalu seorang Pembina Partai Gerindra sudah mengatakan bahwa Prabowolah orang yang paling senang melihat Jokowi selalu menempati nomor urut 1 di hampir semua survei yang dilakukan. Prabowo senang karena Gerindralah jugalah yang memasangakan Jokowi-Ahok sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Namun, katanya lagi, Jokowi sebenarnya sudah dipersiapkan Gerindra untuk menjadi Presiden di tahun 2019, bukan tahun 2014.

Jokowi for 2019?

Sekarang mari kita berkalkulasi. Masa keemasaan Jokowi boleh dibilang adalah sekarang. Ia sudah menjadi ‘icon’ pembaharuan. Ia sudah menjadi trendsetter bagaimana seorang pemimpin mesti berprilaku. Dirinya selalu ada dalam pemberitaan. Di mana Jokowi ada, di situ ada pemberitaan. Di mana ada pemberitaan, di situ ada Jokowi. Jokowi adalah berita. Tanpa berkampanye pun ia hampir pasti akan tetap dipilih. Kenapa dia menjadi sumber pemberitaan? Karena dia itu fenomenal. Dia mengerti apa yang harus dia lakukan untuk supaya dicintai rakyat. Pemimpin yang mengerti betul apa itu kemiskinan, penderitaan, dan kesusahan hidup. Sebab, ia beranjak besar dan pernah hidup di lingkungan yang seperti itu.

Lalu apakah Jokowi masih berpeluang bila harus menunggu 2019 nanti? Ada, tapi kecil. Karena apa? Karena siapapun yang terpilih, ia tentu akan berusaha memperpanjang masa jabatan kepresidennya. Mana ada yang mau dibilang gagal. Contohnya, kalaupun Gerindra bilang mempersiapkan Jokowi untuk tahun 2019. Dan bila memang Prabowo yang jadi Presiden saat ini, apa mau Prabowo dengan legowonya sehabis memimpin satu periode rela memberikannya ke Jokowi? I don’t think so. Incumbent itu pasti akan bertahan untuk melanjutkan satu periodenya lagi (menggenapi dua periode batas kepemimpinan). Dan kalau sudah seperti itu, didukung dana dan berbagai kekuatan, mungkin juga saat itu Jokowi sudah mulai ‘menurun staminanya’, ya tinggal tunggu 10 tahun dari sekarang baru mungkin bisa. Ketika pemilihan sudah dimulai baru lagi, di mana incumbent memang harus melepaskan jabatan, persis saat sekarang ini. Sangat sayang memang kalau harus ‘kehilangan’ Jokowi’.

Bagi saya pribadi, memang masih ada nama-nama bagus dan pantas untuk maju seperti misalnya Dahlan Iskan dan Mahfud Md. Tapi bagaimana kalau mereka tidak diusung, dan ternyata mereka tidak maju? Kita harus legowo dipimpin orang-orang lama lagi, yang track recordnya yah begitulah. Kita semua sudah tahu sendirilah. Padahal untuk saat ini tingkat elektabilitas Jokowi itu amat sangat tinggi. Dan, dia itu pemimpin yang memiliki tingkat kedekatan serta kepemihakan terhadap rakyat di atas rata-rata. Ia tulus melayani rakyat. Ia bersedia untuk turun ke bawah, tidak terlena di pusat kekuasaan. Jokowi itu adalah harapan yang dimiliki Indonesia.

Banyak yang bilang, Jokowi itu masanya adalah sekarang. Bukan kapan-kapan. Kalau ia tidak jadi Presiden 2014 ini, ia juga tidak akan jadi Presiden di 2019 nanti. Entahlah. Mari kita berharap dan berdoa supaya bukan hanya Jakarta yang mendapatkan pemimpin terbaik, tapi juga Indonesia. Jokowi itu memperjuangkan sebuah perubahan dan kemajuan. Dan menurut Robert F Kennedy, “Kemajuan merupakan kata yang merdu. Tetapi perubahanlah penggeraknya, dan perubahan (ternyata) mempunyai banyak musuh.” —Michael Sendow—

No comments: