Wednesday, April 3, 2013

Menghindari Kecelakaan, Free From Danger?


Ketika saya memberikan training tentang safety kepada para pelaut di salah satu perusahaan nomor dua terbaik di dunia, Bernhard Schulte Shipmanagement (BSM), saya pernah menanyai satu hal sederhana, tapi membutuhkan jawaban yang tidak sesederhana pertanyaannya. “Menurut Anda apa itu safety?” Jawaban yang diberikan bervariasi, mulai dari yang super serius sampai yang bikin ketawa. Mulai yang pendek sampai yang luar biasa panjangnya.

Di dunia kepelautan (baca: maritime) ada istilah yang dikenal dengan ISM Code. International Safety Management (ISM) adalah sebuah sistem bertaraf dan berlaku secara international yang mengatur tentang keselamatan di atas kapal. Keselamatan kapal dan semua isinya, termasuk lingkungan lewat ‘turunan peraturan’ yang dikenal sebagai Marine Pollution (MARPOL). Nah, dalam ‘kitab’ bernama ISM itu disebutkan bahwa secara sederhana safety dapat dibahasakan sebagai “Free from Danger”.
 
Pertanyaan saya selanjutnya kepada para peserta training adalah ini. When and where, and in which position you’ll get to that point. Free from danger? Jawabannya pun seperti tadi. Bervariasi. Ada yang menjawab, ketika kita mematuhi semua rules, dan standard operating procedure (SOP). Ada yang berpendapat, ketika bekerja di atas kapal, maka free from danger adalah saat ia lagi off duty, dan sementara berada di ruangannya kapten. Ada yang bilang, justru kita free from danger pada saat lagi santai di toilet. Ada-ada saja.

Saya kemudian menjelaskan bahwa selama kita masih hidup di bawah kolong langit ini, maka jangan pernah bermimpi bahwa kita akan berada pada titik tersebut, free from danger. Kita tidak akan pernah sampai pada kondisi bebas total dari bahaya, bencana, musibah, dan sebagainya terkecuali kita sudah menjadi warga kerajaan sorga alias tidak lagi ada di bumi yang fana ini. Orang yang lagi tidur sekalipun bisa saja tiba-tiba kecelakaan tertimpa sesuatu. Itu adalah sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan. Selama masih hidup di dunia, selama itu pulalah bahaya akan selalu mengancam kita.


Lantas kenapa musti ada ISM dan bahkan dikatakan di sana bahwa safety adalah free from danger? Jelas saja, karena kita tidak bisa bebas darinya, maka kita harus ‘menjauh’ darinya atau meminamalisir resikonya. We can minimize danger. Jadi free from danger adalah sebuah pernyataan yang dimaksudkan agar supaya kita betul-betul berusaha dan bertindak dengan sebaik mungkin untuk mengusahakan kondisi menghampiri free from danger itu sendiri melalui pengurangan resiko bencana dan bahaya (minimize the risk of danger).
 
Apa Bisa Diimplementasikan Bagi Semua?

Untuk menjawab pertanyaan itu, mari kita perlu berdoa dulu. Supaya bakalan sampai pada jawaban: Tentu saja sangat bisa. Tahukah Anda bahwa kecelakaan yang terjadi dalam bidang apapun, bukan karena orang-orang tersebut tidak memiliki ketrampilan dan keahlian. Bukan karena mereka kurang pintar dan atau karena mereka lack of skill.  

Ternyata 90% kecelakaan yang terjadi adalah karena human factors. Karena attitude. Sikap, prilaku, dan kebiasaan kitalah yang memengaruhi banyak hal, termasuk banyak kecelakaan yang terjadi. Contoh paling sederhana, lampu merah kita terobos, helm tidak dikancing kuat, sarung tangan tidak dipakai ketika bekerja di tempat-tempat yang mengharuskannya. We all make mistakes. Experts make mistakes too, and sometimes the best people make the worst mistakes. Jadi? Attitude kita paling menentukan apa yang akan terjadi selanjutnya. Bukan karena kita banyak duit lantas kita tidak lagi bisa celaka. Bukan juga karena kita lulus dengan summa cum laude, lalu kita bebas dari kecelakaan.
Kalau kita punya attitude yang baik dalam kerja dan dalam keseharian kita, inilah implementasi paling pertama untuk menciptakan kondisi me-minimize danger. Apapun itu. Attitude sesungguhnya adalah a way of thinking about somebody or something. Dan ingatlah bahwa your behavior towards somebody or something itu sangat tergantung attitudemu. 

Kecelakaan dapat dicegah. Saya masih meyakini semakin kita memiliki attitude yang baik, dan memiliki ‘ketaatan dan kepatuhan untuk tidak celaka’, kita akan terjauhkan darinya. I don’t actually believe that people err deliberately. They did what they thought was right at the very moment.
Apakah berbagai kecelakaan di Indonesia yang tiap tahun terus melonjak juga dapat di-minimize? Tentu saja. Apakah para sopir, pengendera roda dua, masinis kereta, pilot pesawat terbang, nahkoda kapal laut bisa meminimize resiko kecelakaan? Sangan bisa, bila mereka mau. Bila mereka punya attitude yang baik dan dapat diandalkan. Bila kita semua masih menghargai nyawa kita. Bahwa nyawa kita lebih berharga daripada uang, waktu, dan kesempatan. 

Menutup tulisan ini saya ingin menuliskan apa yang dipikirkan seorang Frank H Hawkins dan dituangkan melalui pendapatnya berikut ini, “Human Factors is about people. It is about people in their working and living environments. It is about their relationship with machines and equipments, with procedures and with the environment about them. And it is also about their relationship with other people.”
-Michael Sendow-

No comments: