Monday, September 5, 2011

Hati-hati, Bumi Kita Kian Panas!



Mungkin kita sudah tahu bersama bahwa topik “Global Warming” sudah menjadi percakapan yang sangat controversial bagi banyak orang. Para ahli pun berbeda pendapat akan hal ini. Dahulu, ada banyak orang yang tidak percaya bahwa temperature atau suhu bumi semakin meningkat secara signifikan. Sekarang, sebagian besar sudah menerima bahwa global warming (pemanasan global) itu memang nyata.
Suhu bumi pada satu abad terakhir ini memang terdeteksi meningkat secara teratur. Tapi Anda mungkin akan kaget kalau tahu bahwa peningkatan tersebut totalnya ‘hanya’ sekitar 1 derajat saja. Lho, kecil amat peningkatannya? Memang! Tapi bagaimana pun, perubahan satu derajat itu menghasilkan berbagai masalah besar! Lalu, para ilmuwan semakin terperangah, kenapa kaget? Karena pemanasan global itu akhir-akhir ini terjadi lebih cepat dari yang mereka perkirakan sebelumnya.

Bumi yang kita tinggali ini layaknya tubuh kita, sangat perlu untuk tetap berada pada batasan temperature tertentu untuk menjaga kelangsungan hidup. Seperti tubuh kita juga, bumi ini memiliki suatu mekanisme natural (natural mechanism) untuk mengontrol “suhu badan”nya tetap stabil. Hal itu disebut bomeostatis.
Gampangnya, mari kita lihat seperti ini: Radiasi sinar matahari menembusi atmosfer bumi, panasnya masuk dan “membakar bumi”. Tentu saja, kalau sinar matahari maha dahsyat panasnya itu diijinkan untuk langsung menembusi atmosfer bumi dan menyengat kita, terpangganglah kita. Manusia bakal persis ikan garam dijemur seminggu. Garing dan gepeng. Apa yang mencegah sinar matahari memanggang kita? Lapisan Ozon! Lapisan ozon (ozone layer) di bagian luar atmosfer inilah yang menjadi “saringan” sinar matahari. Ozon inilah yang memantul-balikan sebagian radiasi berbahaya dari sinar ultra violet itu, sekaligus “melindungi” bumi. Selain ozon, medan magnet juga melindungi bumi dari energy elektromagnetik matahari.


Selain sinar matahari apa lagi yang mempengaruhi semakin memanasnya bumi ini? Banyak yang berpendapat bahwa aktivitas manusia memberi kontribusi sangat besar! Para ahli juga turut membenarkan, mulai dari semakin banyaknya mobil, penggunaan listrik berlebihan dan menggunakan bahan-bahan yang mengandung aerosol menambah daftar sumbangsih kepada “efek rumah kaca”, salah satu pemicu utama pemanasan global itu. Hal lain yang sering terabaikan adalah penghijauan dan penanaman kembali hutan yang gundul. Kalau kepala kita yang gundul mungkin akan oke-oke saja, tapi kalau hutan yang gundul justru akan berbahaya, dan tentu saja semakin menjadikan bumi ini memanas.

Pepohonan menolong dalam mengurangi pengaruh efek rumah kaca dan juga adalah sebagai alat memproduksi oksigen. Hutan belantara yang disebut juga sebagai “paru-paru bumi” adalah sumber utama oksigen di atmosfer bumi. Saat ini, hutan belantara sementara dirusaki pada skala yang tak pernah terbayangkan. Setiap detiknya tercatat manusia mencukur botak satu setengah hektar rimba belantara. Kalau ini terus berlangsung, para ilmuwan memprediksi bahwa seluruh hutan belantara di muka bumi ini akan ludes dalam 40 tahun. Dalam Guinness Book of World Record Indonesia tercatat sebagai perusak hutan tercepat di dunia, yaitu lima lapangan sepakbola per menit.

Di pihak lain efek rumah kaca yang berlebihan semakin memperparah keadaan. Aktivitas kita semakin meningkatkan gas rumah kaca seperti carbon dioxide (CO2), methane, nitrous oxide, water vapor, dan CFCs.
CO2 memiliki kontribusi sangat besar terhadap efek rumah kaca yaitu sebesar 50%. Bahkan berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh PBB special report for emissions, bahwa akan terjadi peningkatan konsentrsi sebesar 75-350% lebih tinggi dari konsentrasi preindustrial.

Apa yang menyebabkan meningkatnya CO2? Meningkatnya jumlah dan kepadatan penduduk, bertambahnya jumlah kendaraan bermotor, penggunaan listrik dan sebagainya. Kita juga mesti sadar bahwa batubara yang digali dalam setahun adalah hasil endapan alami selama 400.000 tahun. Tidak heran bahwa bumi sementara mengalami ketandusan, kekeringan dan kemarau yang luar biasa.

Kemudian semakin banyaknya penggunaan bahan kimia buatan manusia berbentuk CFCs yang digunakan untuk kulkas dan AC, fire extinguisher dan sebagainya itu. Walaupun CFCs memiliki konsentrasi yang lebih rendah dari CO2 di atmosfer, tapi jangan lupa bahwa mereka menahan lebih banyak panas, dan CFCs bertahan di atmosfer bisa sampai 110 tahun lamanya. Bayangkan! Inilah sebabnya banyak akitivis-aktivis lingkungan hidup yang berusaha melarang atau memboikot penggunaan CFCs secara menyeluruh dan sepenuh-penuhnya.

Lalu apa peduli kita ketika bumi makin memanas? Tentu kita mesti peduli selama kita masih menjadi penghuni bumi ini.
Pemanasan global pasti akan memperburuk dan menciptakan kekeringan global. Bukankah kita sudah menjadi saksi betapa kekeringan mulai menyapa bumi kita dengan semakin rajin? Pada tahun 1998, Amerika menderita akibat panas yang paling menyengat dan berakibat sangat buruk dalam 50 tahun terakhir. Banyak lahan pertanian yang gagal total. Tahun 2003, cuaca panas yang amat ekstrim diperkirakan telah menghabisi nyawa tidak kurang dari 35.000 orang di Eropa. Di perancis saja, hampir 15.000 orang meninggal karena hantaman panas yang begitu hebat, mencapai titik terpanas pada 104 derajat Fahrenheit! Saat ini Indonesia sementara memasuki musim kemarau, dan diprediksi akan lebih parah dari tahun lalu.

Tahun 2007 juga menjadi saksi kekeringan yang menyayat hati yang terjadi di bagian selatan Amerika. Saking panasnya hampir saja pemerintah harus menutup beberapa reaktor nuklir karena kekurangan air sebagai pendingin utama cores dari berbagai reaktor tersebut. Lalu sempat keluar larangan penggunaan air secara berlebihan di beberapa negara bagian seperti New Jersey, Atlanta, Georgia dan lainnya. Rekan-rekan saya sempat berkelakar waktu itu agar supaya yang biasanya mandi 2 kali sehari, untuk sementara cukup mandi 2 kali seminggu.

Nah, menghadapi isu semakin memanasnya bumi, apa sumbangsih kita atas bumi dimana kita berpijak ini?
Tanamlah pohon-pohon baru, lakukan penghijauan. Hijaukan lingkungan. Go green. Cobalah kita bercermin diri, dalam hal kehijauan lingkungan kita masih kalah jauh dari Malaysia yang kalau tidak salah tahun lalu berada di peringkat 26 dunia. Kita masih di posisi 102.
Berhematlah dengan air, meskipun itu air sumur yang gratis. Di muka bumi ini memang banyak air, tapi hanya 1% yang bisa diminum. Matikan keran saat menggosok gigi. Toilet yang bocor diperkirakan akan membuang atau memubazirkan air sebanyak 200 galon per hari, perbaiki bocornya!
Jangan tinggalkan ruangan dengan lampu atau alat elektronik yang menyala. Gunakan kembali coffee cups yang dipakai. Gunakan juga plastik belanjaan sesering mungkin daripada membeli yang baru. Jangan membuang bekasnya dengan sembarangan, karena bahan plastik sulit terurai di tanah. Berhematlah dengan penggunaan bahan plastik dan Styrofoam karena sampahnya susah terurai.
Jika bisa jalan kaki atau bersepeda, jangan gunakan kendaraan bermotor untuk mengurangi CO2 bertebaran di udara. Terkecuali Anda akan menuju daerah Puncak Bogor dari Kelapa Gading Jakarta, jangan coba-coba jalan kaki kalau tidak biasa.
Sedapat mungkin pakailah penyemprot yang dipompa, bukan penyemprot aerosol, sebab aerosol adalah juga termasuk perusak ozon.

Ingat dan lakukanlah tiga kata ini: Reduce, Reuse, Recycle! (3R).
Mari Selamatkan Bumi Kita.
Michael Sendow

2 comments:

Anonymous said...

Setuju!

Anonymous said...

Go green....
Setuju dengan tulisan michael sendow ini!