Sunday, June 12, 2011

Disable atau Diffable?

Mereka Berbeda Tapi Tetap Sama

Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa, satu dari rata-rata enam penduduk di hampir tiap negara adalah penyandang cacat atau penyandang kelainan bawaan. Kita tidak menduga bahwa jumlah penyandang cacat itu begitu banyak, sebab ada kecenderungan bahwa mereka tidak tampil di depan umum. Ada keluarga yang menyembunyikan anaknya yang cacat untuk melindungi dia dari rasa malu. Akibatnya anak ini malah betul-betul menjadi malu dan hilang rasa percaya diri. Ada gedung sekolah yang bagus, namun tidak menyediakan lerengan (ramp) dan toilet untuk kursi roda. Seolah-olah menolak siswa berkursi roda, padahal siswa yang cacat justru sering terbukti lebih cerdas dan lebih ulet. Ada perusahaan yang apriori menolak pelamar yang cacat.

Pengalaman saya di Amerika telah membuka mata hati saya lebih lebar lagi. Memahami yang berbeda itu sebagai suatu keindahan. Perbedaan itu indah kalau diterima dengan hati yang terbuka. Saya melihat bahwa sungguh-sungguh orang-orang cacat itu dihargai. Di tempat antrian selalu saja ada jalur khusus untuk orang cacat. Di parkiran (parking lot) selalu ada tempat khusus untuk orang cacat, kalau Anda parkir mobil di tempat khusus orang cacat, siap-siaplah untuk bayar ticket denda yang tidak sedikit dari polisi. Di mall-mall ada jalur khusus untuk orang cacat. Di rumah sakit, di tempat ibadah, di perpustakaan, di apartemen-apartemen, di wc umum pun ada tempat duduk khusus/ruang khusus dan di mana-mana selalu ada tempat khusus untuk orang yang cacat. Mereka itu special.



Dalam masyarakat majemuk memang harus ada tempat bukan hanya untuk orang yang sama dengan kita, melainkan juga untuk orang yang berbeda, dalam hal ini para penyandang cacat dan penyandang kelainan. Penyandang cacat sering disebut sebagai disabled, yang secara harfiah berarti tidak sanggup. Padahal sebutan itu keliru. Penyandang cacat bukan disabled persons, melainkan different ability person (diffable)., yaitu orang-orang dengan kesanggupan berbeda. Orang yang berkursi roda memang tidak sanggup lari seperti kita, namun mereka punya kesanggupan lain. Betapa banyak ilmuwan yang genius adalah orang yang berkursi roda. Orang yang tidak bertangan sanggup melukis dengan mulut dan lukisannya jauh lebih bagus dari lukisan kita. Ada orang yang buntung tangannya tetapi dapat memainkan alat musik melalui kakinya secara sempurna. Mereka bukanlah tidak sanggup, melainkan sanggup dengan kesanggupan yang berbeda.

Kita tidak bisa menyembuhkan semua penyandang cacat dan penyandang kelainan, namun kita bisa memulihkan mereka. Kita bisa memulihkan harga diri mereka dengan cara memberikan tempat yang setara dengan kita di rumah, di sekolah, dan di tempat kerja. Mereka bukan barang tontonan. Mereka bukan objek untuk sekedar dikasihani, melainkan subjek untuk diajak bekerja sama. Karena walaupun keadaan mereka berbeda, tapi mereka sama dengan kita. Sama-sama adalah manusia yang punya harga diri dan perasaan.

Note: Ku persembahkan untuk dua temanku yang cacat, yang saya sering temui beberapa hari ini. All the best for you guys!

No comments: