Ketika saya memberikan training tentang safety kepada para pelaut di salah satu perusahaan nomor dua terbaik di dunia, Bernhard Schulte Shipmanagement (BSM),
saya pernah menanyai satu hal sederhana, tapi membutuhkan jawaban yang
tidak sesederhana pertanyaannya. “Menurut Anda apa itu safety?” Jawaban
yang diberikan bervariasi, mulai dari yang super serius sampai yang
bikin ketawa. Mulai yang pendek sampai yang luar biasa panjangnya.
Di dunia kepelautan (baca: maritime) ada istilah yang dikenal dengan ISM Code. International Safety Management (ISM)
adalah sebuah sistem bertaraf dan berlaku secara international yang
mengatur tentang keselamatan di atas kapal. Keselamatan kapal dan semua
isinya, termasuk lingkungan lewat ‘turunan peraturan’ yang dikenal sebagai Marine Pollution (MARPOL). Nah, dalam ‘kitab’ bernama ISM itu disebutkan bahwa secara sederhana safety dapat dibahasakan sebagai “Free from Danger”.
Pertanyaan saya selanjutnya kepada para peserta training adalah ini. When and where, and in which position you’ll get to that point. Free from danger? Jawabannya pun seperti tadi. Bervariasi. Ada yang menjawab, ketika kita mematuhi semua rules, dan standard operating procedure (SOP). Ada yang berpendapat, ketika bekerja di atas kapal, maka free from danger adalah saat ia lagi off duty, dan sementara berada di ruangannya kapten. Ada yang bilang, justru kita free from danger pada saat lagi santai di toilet. Ada-ada saja.
Saya
kemudian menjelaskan bahwa selama kita masih hidup di bawah kolong
langit ini, maka jangan pernah bermimpi bahwa kita akan berada pada
titik tersebut, free from danger. Kita tidak akan pernah sampai
pada kondisi bebas total dari bahaya, bencana, musibah, dan sebagainya
terkecuali kita sudah menjadi warga kerajaan sorga alias tidak lagi ada
di bumi yang fana ini. Orang yang lagi tidur sekalipun bisa saja
tiba-tiba kecelakaan tertimpa sesuatu. Itu adalah sebuah keniscayaan
yang tak terbantahkan. Selama masih hidup di dunia, selama itu pulalah
bahaya akan selalu mengancam kita.
Lantas kenapa musti ada ISM dan bahkan dikatakan di sana bahwa safety adalah free from danger? Jelas saja, karena kita tidak bisa bebas darinya, maka kita harus ‘menjauh’ darinya atau meminamalisir resikonya. We can minimize danger. Jadi free from danger
adalah sebuah pernyataan yang dimaksudkan agar supaya kita betul-betul
berusaha dan bertindak dengan sebaik mungkin untuk mengusahakan kondisi
menghampiri free from danger itu sendiri melalui pengurangan resiko bencana dan bahaya (minimize the risk of danger).
Apa Bisa Diimplementasikan Bagi Semua?
Untuk
menjawab pertanyaan itu, mari kita perlu berdoa dulu. Supaya bakalan
sampai pada jawaban: Tentu saja sangat bisa. Tahukah Anda bahwa
kecelakaan yang terjadi dalam bidang apapun, bukan karena orang-orang
tersebut tidak memiliki ketrampilan dan keahlian. Bukan karena mereka
kurang pintar dan atau karena mereka lack of skill.
Ternyata 90% kecelakaan yang terjadi adalah karena human factors. Karena attitude.
Sikap, prilaku, dan kebiasaan kitalah yang memengaruhi banyak hal,
termasuk banyak kecelakaan yang terjadi. Contoh paling sederhana, lampu
merah kita terobos, helm tidak dikancing kuat, sarung tangan tidak
dipakai ketika bekerja di tempat-tempat yang mengharuskannya. We all make mistakes. Experts make mistakes too, and sometimes the best people make the worst mistakes. Jadi? Attitude
kita paling menentukan apa yang akan terjadi selanjutnya. Bukan karena
kita banyak duit lantas kita tidak lagi bisa celaka. Bukan juga karena
kita lulus dengan summa cum laude, lalu kita bebas dari kecelakaan.
Kalau kita punya attitude yang baik dalam kerja dan dalam keseharian kita, inilah implementasi paling pertama untuk menciptakan kondisi me-minimize danger. Apapun itu. Attitude sesungguhnya adalah a way of thinking about somebody or something. Dan ingatlah bahwa your behavior towards somebody or something itu sangat tergantung attitudemu.
Kecelakaan dapat dicegah. Saya masih meyakini semakin kita memiliki attitude yang baik, dan memiliki ‘ketaatan dan kepatuhan untuk tidak celaka’, kita akan terjauhkan darinya. I don’t actually believe that people err deliberately. They did what they thought was right at the very moment.
Apakah berbagai kecelakaan di Indonesia yang tiap tahun terus melonjak juga dapat di-minimize? Tentu saja. Apakah para sopir, pengendera roda dua, masinis kereta, pilot pesawat terbang, nahkoda kapal laut bisa meminimize resiko kecelakaan? Sangan bisa, bila mereka mau. Bila mereka punya attitude yang
baik dan dapat diandalkan. Bila kita semua masih menghargai nyawa kita.
Bahwa nyawa kita lebih berharga daripada uang, waktu, dan kesempatan.
Menutup
tulisan ini saya ingin menuliskan apa yang dipikirkan seorang Frank H
Hawkins dan dituangkan melalui pendapatnya berikut ini, “Human
Factors is about people. It is about people in their working and living
environments. It is about their relationship with machines and
equipments, with procedures and with the environment about them. And it
is also about their relationship with other people.”
-Michael Sendow-
No comments:
Post a Comment