Berbicara
mengenai keberadaan Tuhan mungkin akan sontak membuat kita langsung
‘waspada’. Bagi yang memercayainya, tentulah keberadaan Tuhan memang
amat sangat berpengaruh. Punya nilai religius. Namun bagi mereka yang
tidak (belum) memercayainya, maka Tuhan hanya sekedar ilusi dan
imaginasi manusia belaka. Tidak lebih.
Lantas
apakah TUHAN (GOD) memang benar-benar hidup dan nyata dalam kehidupan
kita? Agama apapun di muka bumi ini mengakui adanya Tuhan, yang mereka
sembah dan puja dengan cara mereka masing-masing. Tuhan adalah “Sang
Pencipta” yang super-intelligence. Bahkan melebihi akal dan pikiran kita. Ia menciptakan dari yang tidak ada, menjadi ada. Ia berkuasa segala ciptaan-Nya.
Saya
tidak ingin membahas dan membahasakan Tuhan dengan memakai dogma-dogma
agama. Agama, dan keimanan seseorang itu tergantung, bergantung penuh,
dan terpahami oleh setiap pemuluk agama itu sendiri. Cara dia beriman
dan memercayai Tuhan pun juga akan terpancar keluar lewat cara dia
bergaul dan berinteraksi dengan sesamanya manusia. Agama dan keimanan
itu masuk ranah pribadi setiap pemeluknya.
Kali ini saya ingin melihatnya dari pandangan science
dan ilmu pengetahuan. Tuhan memang tidak bisa dioperasi, dibedah,
diteliti keberadaan fisiknya sebagai sosok Tuhan. Namun segala
ciptaanNya dapat membuktikan bagaimana sesungguhnya Sang Pencipta itu.
Pencipta dapat terlihat lewat ciptaannya.
Di
Amerika Serikat, saya nonton banyak acara televisi yang membahas
tentang keberadaan hantu, apakah hantu itu nyata atau tidak. Mereka
meneliti secara ilmiah, bahkan ada acara khusus ‘Ghost Haunter’. Ada
juga acara yang mengulas upas tentang keberadaan alien dan UFO. Apakah
alien benar-benar exist? Tapi, ternyata ada juga pembahasan dan
penelitian secara ilmiah tentang keberadaan Tuhan. Mereka mecoba
menganalisa secara ilmiah eksistensi Tuhan. Benarkah GOD itu nyata dan ada?
Bahkan
seorang ilmuwan papan atas, yang disebutkan orang sebagai “juru bicara
alam semesta”, seorang fisikawan terkenal Dr. Stephen Hawking, ia
mempertanyaan keberadaan Sang Pencipta itu lewat bukunya yang sangat
melegenda dan laris manis di pasaran: A Brief History of Time. Gagasan-gagasan ilmiah yang njelimet, namun diulas dengan bahasa sederhana untuk awam di buku itu, memperkokoh kenyataan (menurut dia) bahwa God, actually did not exist. Utamanya, in the whole creation of the universe. Peran
Tuhan tidak Nampak sama sekali ketika jagad raya terbentuk pertama
kali. Alam semesta ini ada oleh karena memang ada dengan sendirinya
(teori big bang).
Akan
tetapi pertanyaan banyak ilmuwan lainnya adalah ini: Siapa yang
menciptakan big bang itu? Siapa yang membuat keteraturan dalam seluruh
alam semesta ini? There must be a super intelligence being who behind the scene, isn’t it?
DNA Dalam Tubuh Kita Mempertegas Keberedaan Tuhan
Seorang
British philosopher bernama Dr. Antony Flew, yang juga dikenal sebagai
‘juru bicara para ateis’, dan selalu aktif dalam debat-debat untuk
mempertahankan atheism, diperhadapkan pada suatu kenyataan yang tidak dapat lagi dia tolak.
Kenyataan
apa itu? Penemuan-penemuan ilmiah yang banyak kali justru menunjuk arah
kepada kenyataan tentang keberadaan ‘Sang Pencipta’. Dalam sebuah
wawancara, ia berkata demikian: “Super-intelligence is the only good explanation for the origin of life and the complexity of nature.” Pendapat yang bertolak belakang dengan keyakinannya selama ini ternyata bermula dari penemuan dan penelitian tentang DNA. Bagaimana bisa?
DNA yang ada dalam setiap sel di tubuh kita itu sangatlah mirip dengan sebuah computer program. Sederhananya seperti ini, bahwa sebuah computer program itu dibentuk dari adanya runutan dan rentetan angka 1 dan 0, atau dikenal sebagai binary code. Lantas Sequencing dan ordering dari angka-angka ‘1’ dan ‘0’ (10110101101001011 – contohnya) inilah yang kemudian membuat computer program tersebut bekerja dengan baik dan sempurna.
Nah,
dengan cara yang sama DNA dalam sel kita dibuat. DNA dibentuk dari
empat senyawa kimia dikenal dengan huruf A, T, G, and C. Ini mirip
fungsinya dengan ‘1’ dan ‘0’ tadi. Huruf-huruf ini dirancang dan
ditempatkan dalam sel di tubuh manusia menjadi seperti ini:
CGTGTGACTCGCTCCTGAT, dan seterusnya. Aktifitas sel-sel di tubuh kita
sangat bergantung pada kode-kode unik ini.
Namun ada kenyataan yang lebih luar biasa lagi, bahwa di antara ruang yang sangat sangat kecil (bahasa anak gaul: kecil bingits bingits) di setiap sel dalam tubuh Anda dan saya tersebut, kode-kode yang juga saya bahasakan sebagai ‘kode-kode kehidupan’ itu ternyata adalah tiga billiun huruf panjangnya.
Cara
kerja DNA dalam melakukan koding berlangsung sangat cepat karena semua
prosesnya dilakukan secara bersamaan. Bandingkan dengan cara kerja
komputer yang linear. Ukuran molekul DNA yang sangat kecil itu
ternyata juga pada kenyataannya memiliki kapasitas kerja yang sangat
besar. Sebagai perbandingannya maka dapat dikatakan 1 gram DNA yang
sudah dikeringkan memiliki kapasitas menyimpan informasi dalam jumlah
yang sama dengan 1 triliun CD (Compact Disc). Padahal 1 gram DNA kering itu ukurannya hanyalah sebesar sebutir gula pasir saja.
*** Tubuh manusia diperkirakan memiliki sekitar 100 triliun sel, dan di dalam inti setiap sel terdapat 23 pasang kromosom yang disusun oleh 3 milyar asam nukleat. Jika DNA di setiap tubuh seorang manusia direntangkan, maka panjangnya tidak kurang dari 600 kali jarak bumi ke matahari. Sungguh menakjubkan. Untuk mendapatkan sejumlah informasi DNA dalam satu sel dengan kecepatan membaca kode yang katakanlah rata-rata tiga huruf per satu detik, tetap saja membutuhkan waktu 31 tahun, bahkan jika membaca kodenya tersebut dilakukan terus menerus siang dan malam. Luar biasa bukan?***
Para
ahli telah berhasil memetakan bahwa 99% DNA setiap manusia itu nyaris
sama persis. Uniknya, yang membedakan dan menjadikan tidak ada satu
manusia pun di dunia ini yang sama persis, adalah ‘hanya’ berasal dari
1% tersebut. You and I come in the fractional difference in how those three billion letters are sequenced in our cells.
Perbedaan
seperti warna kulit dan rambut, hanya berasal dari 1% perbedaan
genetik. Bahkan antara manusia dengan simpanse pun perbedaan genetiknya
hanya 5 % (Wikipedia, Human Genome).
Pemerintah Amerika dapat mengidentifikasi orang hanya melalui pengaturan 9 angka pada Social Security Number (SSN). Segala macam record
dan pelanggaran, atau juga aktivitas, utang, pekerjaan, dan lain
sebagainya dapat diidentifikasi hanya lewat nomor SS tersebut. Saya
pernah ditahan polisi di jalan, ketika dia ngechek nomor SS saya, banyak hal tentang diri saya langsung dia ketahui saat itu juga.
Sekarang
bayangkan, di dalam setiap sel kecil di tubuh Anda terpampang struktur
DNA sepanjang tiga billion huruf, yang sejatinya hanya diperuntukkan
untuk Anda sendiri. Kode DNA
ini akan mengidentifikasi siapa sesungguhnya Anda, dan akan secara terus
menerus memberikan instruksi terhadap prilaku sel di tubuh Anda. DNA
jelas-jelas dirancang dan ditempatkan dalam sel tubuh kita yang super
kecil itu oleh ‘Sang pencipta’ kita secara sengaja. Super-intelligence being itulah yang telah membentuk kita dan kemudian Ia – dengan kuasaNya - memberikan kita nafas kehidupan.
Pentingnya DNA
Dr. Francis Collins, Direktur dari Human Genome Project (that mapped the human DNA structure) mengatakan bahwa DNA itu bisa dibilang adalah semacam “instructional script”, atau sebuah program software, yang ditempatkan di dalam sel tubuh kita.
Sekarang mari kita simak pernyataan lain dari seorang Perry Marshall (information specialist), dia bilang begini. “There
has never existed a computer program that wasn’t designed……. a code, or
a program, or a message given through a language, there is always an
intelligent mind behind it.” Jadi, tidak pernah ada sebuah program
komputer apapun yang tercipta begitu saja, tanpa diciptakan atau
didesain terlebih dahulu. Apapun itu. Entah itu sebuah kode, pesan lewat
bahasa pemrograman, program, selalu saja pasti ada seseorang yang
mendesain atau menciptakan itu. Seorang mantan Ateis, Dr. Antony Flew
pun pernah bertanya hampir serupa, “Who wrote this script? Who placed this working code, inside the cell?”
Beberapa
tahun yang lalu, ketika masih menjabat sebagai Presiden Amerika
Serikat, Bill Clinton berpidato, dan mengucapkan selamat atas
berhasilnya para ilmuwan menuntaskan the human genome sequencing project. President Clinton pun berkata “Today
we are learning the language in which God created life. We are gaining
ever more awe for the complexity, the beauty, the wonder of God’s most
divine and sacred gift.” Setelah Clinton berpidato, Dr. Francis Collins (direktur the Human Genome Project), naik ke atas mimbar dan berkata, “It
is humbling for me and awe inspiring to realize that we have caught the
first glimpse of our own instruction book, previously known only to
God.” (sumber: www.everystudent.com).
Struktur
DNA dan keberadaan DNA dalam setiap sel di tubuh kita adalah
manifestasi keberadaan Sang Maha Pencipta itu. Secara ilmiah, para
ilmuwan tak kuasa menolak kenyataan bahwa mesti ada pencipta kode-kode
unik bernama DNA dalam tubuh manusia. Si Creator itu mestilah super-intelligence being. Banyak yang menyebutnya demikian. Sebagian besar dari kita menyebutnya sebagai GOD. —Michael Sendow—
“When you are down to nothing, God is up to something”
Apakah Sang Pencipta Memang Nyata? Fakta Ilmiah
OPINI | 13 January 2015 | 12:28 Dibaca: 160 Komentar: 3 7
Berbicara
mengenai keberadaan Tuhan mungkin akan sontak membuat kita langsung
‘waspada’. Bagi yang memercayainya, tentulah keberadaan Tuhan memang
amat sangat berpengaruh. Punya nilai religius. Namun bagi mereka yang
tidak (belum) memercayainya, maka Tuhan hanya sekedar ilusi dan
imaginasi manusia belaka. Tidak lebih.
Lantas
apakah TUHAN (GOD) memang benar-benar hidup dan nyata dalam kehidupan
kita? Agama apapun di muka bumi ini mengakui adanya Tuhan, yang mereka
sembah dan puja dengan cara mereka masing-masing. Tuhan adalah “Sang
Pencipta” yang super-intelligence. Bahkan melebihi akal dan pikiran kita. Ia menciptakan dari yang tidak ada, menjadi ada. Ia berkuasa segala ciptaan-Nya.
Saya
tidak ingin membahas dan membahasakan Tuhan dengan memakai dogma-dogma
agama. Agama, dan keimanan seseorang itu tergantung, bergantung penuh,
dan terpahami oleh setiap pemuluk agama itu sendiri. Cara dia beriman
dan memercayai Tuhan pun juga akan terpancar keluar lewat cara dia
bergaul dan berinteraksi dengan sesamanya manusia. Agama dan keimanan
itu masuk ranah pribadi setiap pemeluknya.
Kali ini saya ingin melihatnya dari pandangan science
dan ilmu pengetahuan. Tuhan memang tidak bisa dioperasi, dibedah,
diteliti keberadaan fisiknya sebagai sosok Tuhan. Namun segala
ciptaanNya dapat membuktikan bagaimana sesungguhnya Sang Pencipta itu.
Pencipta dapat terlihat lewat ciptaannya.
Di
Amerika Serikat, saya nonton banyak acara televisi yang membahas
tentang keberadaan hantu, apakah hantu itu nyata atau tidak. Mereka
meneliti secara ilmiah, bahkan ada acara khusus ‘Ghost Haunter’. Ada
juga acara yang mengulas upas tentang keberadaan alien dan UFO. Apakah
alien benar-benar exist? Tapi, ternyata ada juga pembahasan dan
penelitian secara ilmiah tentang keberadaan Tuhan. Mereka mecoba
menganalisa secara ilmiah eksistensi Tuhan. Benarkah GOD itu nyata dan ada?
Bahkan
seorang ilmuwan papan atas, yang disebutkan orang sebagai “juru bicara
alam semesta”, seorang fisikawan terkenal Dr. Stephen Hawking, ia
mempertanyaan keberadaan Sang Pencipta itu lewat bukunya yang sangat
melegenda dan laris manis di pasaran: A Brief History of Time. Gagasan-gagasan ilmiah yang njelimet, namun diulas dengan bahasa sederhana untuk awam di buku itu, memperkokoh kenyataan (menurut dia) bahwa God, actually did not exist. Utamanya, in the whole creation of the universe. Peran
Tuhan tidak Nampak sama sekali ketika jagad raya terbentuk pertama
kali. Alam semesta ini ada oleh karena memang ada dengan sendirinya
(teori big bang).
Akan
tetapi pertanyaan banyak ilmuwan lainnya adalah ini: Siapa yang
menciptakan big bang itu? Siapa yang membuat keteraturan dalam seluruh
alam semesta ini? There must be a super intelligence being who behind the scene, isn’t it?
DNA Dalam Tubuh Kita Mempertegas Keberedaan Tuhan
Seorang
British philosopher bernama Dr. Antony Flew, yang juga dikenal sebagai
‘juru bicara para ateis’, dan selalu aktif dalam debat-debat untuk
mempertahankan atheism, diperhadapkan pada suatu kenyataan yang tidak dapat lagi dia tolak.
Kenyataan
apa itu? Penemuan-penemuan ilmiah yang banyak kali justru menunjuk arah
kepada kenyataan tentang keberadaan ‘Sang Pencipta’. Dalam sebuah
wawancara, ia berkata demikian: “Super-intelligence is the only good explanation for the origin of life and the complexity of nature.” Pendapat yang bertolak belakang dengan keyakinannya selama ini ternyata bermula dari penemuan dan penelitian tentang DNA. Bagaimana bisa?
DNA yang ada dalam setiap sel di tubuh kita itu sangatlah mirip dengan sebuah computer program. Sederhananya seperti ini, bahwa sebuah computer program itu dibentuk dari adanya runutan dan rentetan angka 1 dan 0, atau dikenal sebagai binary code. Lantas Sequencing dan ordering dari angka-angka ‘1’ dan ‘0’ (10110101101001011 – contohnya) inilah yang kemudian membuat computer program tersebut bekerja dengan baik dan sempurna.
Nah,
dengan cara yang sama DNA dalam sel kita dibuat. DNA dibentuk dari
empat senyawa kimia dikenal dengan huruf A, T, G, and C. Ini mirip
fungsinya dengan ‘1’ dan ‘0’ tadi. Huruf-huruf ini dirancang dan
ditempatkan dalam sel di tubuh manusia menjadi seperti ini:
CGTGTGACTCGCTCCTGAT, dan seterusnya. Aktifitas sel-sel di tubuh kita
sangat bergantung pada kode-kode unik ini.
Namun ada kenyataan yang lebih luar biasa lagi, bahwa di antara ruang yang sangat sangat kecil (bahasa anak gaul: kecil bingits bingits) di setiap sel dalam tubuh Anda dan saya tersebut, kode-kode yang juga saya bahasakan sebagai ‘kode-kode kehidupan’ itu ternyata adalah tiga billiun huruf panjangnya.
Cara
kerja DNA dalam melakukan koding berlangsung sangat cepat karena semua
prosesnya dilakukan secara bersamaan. Bandingkan dengan cara kerja
komputer yang linear. Ukuran molekul DNA yang sangat kecil itu
ternyata juga pada kenyataannya memiliki kapasitas kerja yang sangat
besar. Sebagai perbandingannya maka dapat dikatakan 1 gram DNA yang
sudah dikeringkan memiliki kapasitas menyimpan informasi dalam jumlah
yang sama dengan 1 triliun CD (Compact Disc). Padahal 1 gram DNA kering itu ukurannya hanyalah sebesar sebutir gula pasir saja.
*** Tubuh manusia diperkirakan memiliki sekitar 100 triliun sel, dan di dalam inti setiap sel terdapat 23 pasang kromosom yang disusun oleh 3 milyar asam nukleat. Jika DNA di setiap tubuh seorang manusia direntangkan, maka panjangnya tidak kurang dari 600 kali jarak bumi ke matahari. Sungguh menakjubkan. Untuk mendapatkan sejumlah informasi DNA dalam satu sel dengan kecepatan membaca kode yang katakanlah rata-rata tiga huruf per satu detik, tetap saja membutuhkan waktu 31 tahun, bahkan jika membaca kodenya tersebut dilakukan terus menerus siang dan malam. Luar biasa bukan?***
Para
ahli telah berhasil memetakan bahwa 99% DNA setiap manusia itu nyaris
sama persis. Uniknya, yang membedakan dan menjadikan tidak ada satu
manusia pun di dunia ini yang sama persis, adalah ‘hanya’ berasal dari
1% tersebut. You and I come in the fractional difference in how those three billion letters are sequenced in our cells.
Perbedaan
seperti warna kulit dan rambut, hanya berasal dari 1% perbedaan
genetik. Bahkan antara manusia dengan simpanse pun perbedaan genetiknya
hanya 5 % (Wikipedia, Human Genome).
Pemerintah Amerika dapat mengidentifikasi orang hanya melalui pengaturan 9 angka pada Social Security Number (SSN). Segala macam record
dan pelanggaran, atau juga aktivitas, utang, pekerjaan, dan lain
sebagainya dapat diidentifikasi hanya lewat nomor SS tersebut. Saya
pernah ditahan polisi di jalan, ketika dia ngechek nomor SS saya, banyak hal tentang diri saya langsung dia ketahui saat itu juga.
Sekarang
bayangkan, di dalam setiap sel kecil di tubuh Anda terpampang struktur
DNA sepanjang tiga billion huruf, yang sejatinya hanya diperuntukkan
untuk Anda sendiri. Kode DNA
ini akan mengidentifikasi siapa sesungguhnya Anda, dan akan secara terus
menerus memberikan instruksi terhadap prilaku sel di tubuh Anda. DNA
jelas-jelas dirancang dan ditempatkan dalam sel tubuh kita yang super
kecil itu oleh ‘Sang pencipta’ kita secara sengaja. Super-intelligence being itulah yang telah membentuk kita dan kemudian Ia – dengan kuasaNya - memberikan kita nafas kehidupan.
Pentingnya DNA
Dr. Francis Collins, Direktur dari Human Genome Project (that mapped the human DNA structure) mengatakan bahwa DNA itu bisa dibilang adalah semacam “instructional script”, atau sebuah program software, yang ditempatkan di dalam sel tubuh kita.
Sekarang mari kita simak pernyataan lain dari seorang Perry Marshall (information specialist), dia bilang begini. “There
has never existed a computer program that wasn’t designed……. a code, or
a program, or a message given through a language, there is always an
intelligent mind behind it.” Jadi, tidak pernah ada sebuah program
komputer apapun yang tercipta begitu saja, tanpa diciptakan atau
didesain terlebih dahulu. Apapun itu. Entah itu sebuah kode, pesan lewat
bahasa pemrograman, program, selalu saja pasti ada seseorang yang
mendesain atau menciptakan itu. Seorang mantan Ateis, Dr. Antony Flew
pun pernah bertanya hampir serupa, “Who wrote this script? Who placed this working code, inside the cell?”
Beberapa
tahun yang lalu, ketika masih menjabat sebagai Presiden Amerika
Serikat, Bill Clinton berpidato, dan mengucapkan selamat atas
berhasilnya para ilmuwan menuntaskan the human genome sequencing project. President Clinton pun berkata “Today
we are learning the language in which God created life. We are gaining
ever more awe for the complexity, the beauty, the wonder of God’s most
divine and sacred gift.” Setelah Clinton berpidato, Dr. Francis Collins (direktur the Human Genome Project), naik ke atas mimbar dan berkata, “It
is humbling for me and awe inspiring to realize that we have caught the
first glimpse of our own instruction book, previously known only to
God.” (sumber: www.everystudent.com).
Struktur
DNA dan keberadaan DNA dalam setiap sel di tubuh kita adalah
manifestasi keberadaan Sang Maha Pencipta itu. Secara ilmiah, para
ilmuwan tak kuasa menolak kenyataan bahwa mesti ada pencipta kode-kode
unik bernama DNA dalam tubuh manusia. Si Creator itu mestilah super-intelligence being. Banyak yang menyebutnya demikian. Sebagian besar dari kita menyebutnya sebagai GOD. —Michael Sendow—
“When you are down to nothing, God is up to something”
No comments:
Post a Comment