Menurut pendapat saya,
hanya ada dua jalan untuk menjadi seorang penulis yang baik. Banyak
membaca dan banyak menulis. Itu saja, dan tidak ada kemungkinan lain
yang dapat menjadikan kita penulis yang lebih baik lagi dari hari ke
hari, selain dua cara di atas itu. Tanpa dua hal itu, atau salah satu
dari dua cara tersebut maka mustahil kita akan menjadi penulis yang
bertambah baik dari masa ke masa. Bukankah kebolehan dan kehebatan
menulis tidak serta merta turun dari langit, pun tidak secara ajaib
menghinggapi diri kita sekejab mata. Butuh waktu dan perjuangan untuk
menjadi seorang penulis yang baik. Ada kesaksian seorang pelulis hebat
asal Amerika, yang sudah menulis ratusan kali barulah ia mendapatkan
‘ritme kepenulisan’ yang baik dan diterima sidang pembaca.
Mari kita tinjau lebih
lanjut kenapa opsi pertama, yaitu banyak membaca, dapat menjadikan kita
seorang penulis handal. Banyak di antara kita, termasuk para penulis
hebat semisal Sidney Sheldon dan Michael Crichton serta penulis kaliber
dunia lainnya ternyata adalah orang-orang yang gemar membaca sejak
kecil. Saya sendiri sudah membaca novel dan buku-buku pengetahuan umum
lainnya ketika masih kelas 4 SD, walaupun kegemaran membaca sempat
memudar sekian waktu lamanya. Tanpa
kita sadari sepenuhnya, sesungguhnya ‘perjalanan imaginasi’ kita ketika
membaca buku apapun secara terus menerus itu ternyata telah melatih dan
membentuk kita untuk menjadi seorang penulis hebat, setidaknya untuk
bisa menulis sebagus apa yang terus menerus kita baca tersebut.
Penelitian membuktikan bahwa sesuatu yang kita baca ‘secara nikmat’ akan
membekas lama dalam pikiran dan sanubari kita paling dalam.
Membaca sesungguhnya
adalah sesuatu yang menyenangkan. Ia akan membentuk imaginasi Anda
secara lebih luas dan tajam. Ia pula akan menghantar Anda memasuki
dimensi-dimensi lain yang mungkin saja tidak pernah terpikirkan
sebelumnya. Membaca adalah sarana Anda untuk membuka jendela dan pintu
yang masih tertutup. Dan, membaca juga adalah alat paling mujarab
mengembangkan kemapuan berpikir dan berfantasi Anda. Membaca sesuatu
yang menyenangkan, menghibur, menantang, membuat adrenalin dalam darah
bekerja lebih cepat, tentu akan dengan sendirinya menciptakan serta
membentuk pola pikir Anda untuk bisa juga melahirkan sebuah maha karya
seperti yang sementara Anda baca dan jiwai itu.
Membaca akan menambah
wawasan tentang hal-hal baru, menciptakan pemahaman tentang
pengetahuan-pengetahuan baru, mengumpulkan kata-kata baru, bahkan pun
menciptakan ‘dunia-dunia’ yang baru.
Nah, apa yang kita pelajari sebagai seorang pembaca, amat sangat bisa kita terapkan juga pada posisi kita sebagai seorang penulis. Waktulah yang akan membuktikan bahwa seiring dengan berjalannya waktu, semua apa yang kita baca, akan secara otomatis memengaruhi apa yang kita tulis. Tulisan kita adalah kompilasi dari apa yang kita baca dalam kurun waktu tertentu, bisa pula selama bertahun-tahun lamanya, sadar atau tidak. Baik dari gaya kita menulis, pengetahuan yang kita tuangkan, ide yang ingin kita sampaikan, maupun cara kita menuangkannya. Semuanya tidak pernah lepas dari apa-apa yang sudah pernah kita baca. [Termasuk tulisan ini juga, secara jujur harus saya akui, tidaklah lepas dari kebesaran isi tulisan begitu banyak orang hebat yang bukunya atau tulisannya sudah pernah saya baca. Entah seperti apa influence tulisan mereka, tapi saya amat yakin itu semua cukup memengaruhi saya.] Our writing becomes in some ways a compilation of all the things we’ve learned as readers, blended together in our own unique recipe.
Ada
begitu banyak yang dapat kita urai lebih lanjut dari bagaimana
menjadikan kebiasaan membaca itu menjadi senjata ampuh untuk
memumpunikan kemampuan menulis kita. Mungkin yang ini harus dibahas
dalam sesi lain, mengingat kopi di meja saya sudah kandas. Dua gelas isi
penuh mau tidak mau sudah rata hingga ampas-ampasnya. So, perhaps we have to stop it now. Tapi tunggu dulu, bukankah masih ada opsi ke dua yakni menulislah banyak-banyak supaya kemampuan kita menjadi lebih baik?
Oke, kita lanjutkan sedikit lagi deh,
ya sedikit saja, sebelum pembaca sekalian menjadi bosan tiada taranya.
Begini, memang benar bahwa kalau kita menulis berulangkali pasti
kemampuan kita akan meningkat. Ini sangat jelas. Ibaratnya, ‘kelinci
pandai mencuri wortel karena terbiasa’. Tapi belum pernah ada kucing
mencuri wortel di kebun. Bayangkan saja seseorang yang tiap hari
pekerjaannya adalah manjat pohon kelapa, pasti lama-kelamaan ia akan
menjadi sangat mahir memanjat pohon kelapa. Pisau yang tiap hari diasah
pastilah akan menjadi tajam tak terkirakan. Lantas bagaimana dengan
pisau yang tidak pernah diasah? So pasti tumpul dan tak dapat memotong dengan maksimal. Anda bisa karena terbiasa. Tidak bisa ya karena tidak terbiasa. Just as simple as that, my friend.
Contoh
sederhana, ketika kita biasanya menulis dengan menggunakan tanda baca
yang masih banyak kelirunya (seperti umpamanya pada tulisan ini,
maklumlah masih dalam proses belajar), juga dengan pemakaian istilah
yang masih salah kaprah, namun toh seiring dengan berjalannya
waktu semuanya itu pastilah akan mulai terkikis habis. Sepanjang kita
‘merelakan’ diri kita ‘dibimbing’ dan ‘dididik’ oleh kesalahan yang kita
buat sendiri, maka dengan sendirinya pada penulisan-penulisan ke
sekian, kita akan mampu menjadi lebih baik lagi. Ini adalah sebuah
proses yang tidak langsung jadi, tetapi bukan sesuatu yang mustahil. The more you learn how to write, the better writer you will be.
Demikianlah
sekelumit pendapat saya. Kebiasaan akan menjadikan kita hebat. Tanpa
membiasakan diri untuk terus membaca dan tetap menulis, maka jangan
pernah berharap untuk menjadi penulis yang berkualitas mumpuni. Menjadi
penulis biasa-biasa saja memang gampang, tapi menjadi penulis luar biasa
itu tidak semudah yang terpikirkan. Ada proses yang mesti kita jalani
untuk itu. Sda pengorbanan waktu dan perasaan di sana. Ada rintangan dan
hambatan di sana. Ada godaan dan cobaan di sana. Dan proses tersebut
sesungguhnya sudah kita mulai, serta dapatkan di ‘rumah’ ini. Di sini,
kita akan terus membaca dan membaca. Bukan sampai di situ saja. Kita pun
akan terus menulis dan menulis. Apapun alasan serta ajakan yang
memancing kita untuk berhenti. Kita bertekad untuk menjadi penulis yang
lebih baik dari hari ke hari, maka tidak ada kata mundur ketika kita
sudah memutuskan maju.
Jadi
dua opsi sekaligus sudah kita kerjakan, banyak membaca dan menulis
banyak-banyak. Percayalah, niscaya kita akan menjadi penulis-penulis
yang dihormati dan dikagumi, setidaknya oleh diri kita sendiri, dan
keluarga terdekat kita di dalam ‘rumah’ bernama Kompasiana ini. Selamat
menulis dan selamat membaca. Atau, selamat membaca dan selamat menulis. Remember, you are what you read, but also you are what you write. —Michael Sendow—
Tulisan terkait:
No comments:
Post a Comment