(By: Michael Sendow)
Saya sungguh tertarik mendengarkan lagunya sang juara American Idol 2012, Phillip Phillips. Judul lagu yang ia bawakan tersebut adalah ‘HOME’,
bercerita tentang banyak hal, tapi ada satu inti yang ingin
diungkapkan. Apa itu? Tentang sebuah penerimaan. Bahwa betapa pentingnya
kita untuk bisa diterima, dan andaikan juga kita dapat menerima orang
lain tanpa prasangka, tanpa praduga, dan tanpa diskriminasi. Bahwa
penerimaan itu dapat mengubah hidup orang yang diterima, dan juga bagi
yang menerima.
Phillip lahir tanggal 20
September 1990, dan tumbuh berkembang menjadi seorang penyanyi serta
pencipta lagu di Amerika. Anak muda yang lahir di negara bagian Georgia,
tepatnya di kota Albany, Amerika ini pada bulan May tahun lalu (2012)
berhasil memenangi kontes menyanyi paling digemari di Amerika – American
Idol, untuk season ke-11. Lagunya yang berjudul ‘Home’ dinyanyikannya
ketika selempang juara disematkan di bahunya (coronation song).
Lagu tersebut akhirnya diproduksi untuk dijual setelah kemenangannya,
dan lantas menjadi lagu ‘lagu kemenangan’ atau lagu ‘sang juara’ paling
laris di antara berbagai lagu sang juara lainnya.
Nah, ada kisah menarik
dibalik kemenangannya itu. Hanya berselang beberapa waktu setelah ia
dinyatakan memenangi American Idol 2012 rabu malam itu, ia kemudian
diberitahu oleh dokter dan dinyatakan harus sesegera mungkin menjalani
operasi ginjal. Ternyata, anak muda berusia 21 tahun ini mengalami sakit
ginjal akut, dan itu harus ia alami, jalani dan ia mesti bertahan
selama perjuangannya di American Idol 2012, menyelesaikan seluruh season ke-11 hingga mencapai garis finish dan mejadi pemenangnya.
Phillip bahkan harus membatalkan sebuah acara talkshow yang mustinya ia hadiri di acara bertajuk “Live! With Kelly”
hari kamis pagi, acara yang dipersiapkan khusus baginya untuk
menceritakan tentang kemenangannya. Perkataan Phillips berikut ini, “I’ve been sick this whole show,
seakan mau menekankan bahwa operasi itu harus dijalaninya sesegera
mungkin, tidak bisa ditunda-tunda lagi. Tidak untuk menghadiri acara
apapun. Ia harus segera bergegas untuk operasinya. Itu yang terpenting
saat itu. Itulah sekilas tentang Phillip dan seputar kemenangannya di
American Idol 2012. Kini, saya ingin menuliskan tentang nilai-nilai yang
tergantu dalam lagu sederhananya berjudul ‘Home’ itu. Lagu sederhana
yang kaya makna.
Lagu “Home” Menginspirasi Kita Untuk Terbuka dan Siap Untuk Menerima serta Diterima
“…Hold on, to me as we go
As we roll down this unfamiliar road
And although this wave is stringing us along
Just know you’re not alone
Cause I’m going to make this place your home
As we roll down this unfamiliar road
And although this wave is stringing us along
Just know you’re not alone
Cause I’m going to make this place your home
Settle down, it’ll all be clear
Don’t pay no mind to the demons
They fill you with fear
The trouble it might drag you down
If you get lost, you can always be found
Don’t pay no mind to the demons
They fill you with fear
The trouble it might drag you down
If you get lost, you can always be found
Just know you’re not alone
Cause I’m going to make this place your home
Cause I’m going to make this place your home
Settle down, it’ll all be clear
Don’t pay no mind to the demons
They fill you with fear
The trouble it might drag you down
If you get lost, you can always be found
Don’t pay no mind to the demons
They fill you with fear
The trouble it might drag you down
If you get lost, you can always be found
Just know you’re not alone
Cause I’m going to make this place your home…”
—
Menerima seseorang dalam hidup kita tidaklah gampang. Apalagi itu orang asing yang sama sekali tidak kita kenal. Prejudice, skeptical, sneaking, dan distrust mungkin yang akan kita kedepankan. Tidak salah memang. Siapa sih
di antara kita yang mau membukakan pintu, dan menerima orang asing yang
tiba-tiba muncul mengetuk-ngetuk pintu rumah kita? Siapa pula yang siap
mempersilahkan seseorang yang tidak dikenal untuk menginap di rumah
kita? Jangan-jangan besok paginya, seisi rumah sudah kosong diambil
(atau ‘dipinjam’) orang yang kita persilahkan menginap itu.
Tapi di sisi yang lain,
menerima orang lain itu dalam artian yang lebih luas (bukan sebatas
diterima dalam rumah kita), sangatlah dibutuhkan di zaman yang semakin
maju, tapi cenderung amat individualistis, dan menonjolnya sikap tidak
mau peduli dan tak mau tahu. Berapa banyak di antara kita yang masih mau
peduli mengulurkan tangan pertolongan bagi orang-orang yang tidak kita
kenal? Atau berapa banyak di antara kita yang masih mau dengan
terbukanya menerima orang lain yang tidak sepaham, sepemikiran, bahkan
tidak seagama dengan kita? Saya yakin sudah semakin kurang. Justru,
kepedulian kita amat sangat tertuju pada diri sendiri, kelompok, dan
yang segolongan dengan kita saja.
Penerimaan terhadap
hak-hak hidup orang banyak, hak untuk tinggal menetap, hak untuk
berpartisipasi sangatlah diperlukan di zaman yang semakin gila ini.
Bayangkan saja perasaan kita bila tidak diterima orang lain. Akan begitu
juga perasaan orang lain ketika kehadiran mereka tidak kita terima.
Ketika kesempatan untuk bersosialiasi dan saling mengenal justru kita
abaikan, dan pintu rumah serta pintu hati kita tutup sapat-rapat bagi
setiap mereka yang kita anggap asing. Bahkan orang asing kita anggap
tidak layak untuk berada di sekitar kita, serta tidak boleh masuk
tinggal di lingkungan kita.
…Hold on, to me as we go
As we roll down this unfamiliar road
And although this wave is stringing us along
Just know you’re not alone
Cause I’m going to make this place your home…
As we roll down this unfamiliar road
And although this wave is stringing us along
Just know you’re not alone
Cause I’m going to make this place your home…
Lihatlah, walaupun kita
melalui dan atau menapaki jalan yang masih begitu asing, dan ketikapun
semua yang berbau asing itu masih terus meliputi dan mengiringi jalan
kita, ingat saja bahwa engkau tidak sendirian. Engkau tidak akan
berjalan sendirian dan tersesat. Sebab aku akan menjadikan tempat ini
sebagai rumahmu.
Saya sebetulnya masih
menaruh keyakinan besar bahwa Indonesia adalah tempat paling manis untuk
kita tinggali. Di sini kita masih bisa saling menerima dan diterima,
apapun alasan orang untuk menolaknya. Memang kadang hal-hal sepele
justru adalah hal-hal yang semakin memisahkan kita, dan menjadikan kita
tidak bisa menerima orang lain. Perbedaan partai politik, kepentingan
politis, perbedaan suku dan agama justru masih saja menjadi penghambat
kita.
Tapi saya tetap akan mengajak semua kita menyanyikan lagu’ home’ ini
bersama-sama. Dan kalau seandainya di kemudian hari, ada di antara Anda
yang tersesat dan tidak lagi tahu ke mana ia akan numpang istirahat
sejenak, tapi berada di sekitar Manado atau Amerika sana, just call me, Cause I’m going to make this place your home…
***
3 comments:
nice post om,.
:)
Thanks a lot :)
Post a Comment