Saat ini perkembangan media sosial (Social Media) semakin pesat dan bertumbuh kembang laiknya tanaman-tanaman bibit unggul yang bertumbuh sangat cepat, dan sangat pasti di tanah yang subur dan selalu dipupuki. Pesatnya media sosial tentu akan membawa dampak menguntungkan sekaligus merugikan, tergantung siapa dan dari sudut pandang mana ia melihatnya. Cotoh kecil saja, media sosial akan sangat mungkin merugikan dan mengambil alih peran promosi lewat media cetak, melangkahi fungsi salesman atau salesgirl, walau tentu saja ini belum sepenuhnya benar dan diakui banyak pihak. Belum lagi dampaf negatif bagi para pengguna belia, yang banyak memanfaatkan media sosial secara serampangan dan asal-salan. Untuk banyak tujuan tidak berfaedah.
Tapi perkembangan pesat media sosial juga pada sisi lain akan sangat menguntungkan para pegiat di bidang ini, termasuk mereka yang menjadikan sarana ini sebagai “alat untuk mencari keuntungan sebanyak mungkin”, katakanlah para online marketer, baik secara perusahan maupun individually. Juga yang kerjaan sehari-hari adalah penggerak media sosial. Semakin besar lahan ini, semakin menguntungkan mereka.
Nah, lalu apakah peran ini bisa disikapi secara bijaksana dan serius oleh para pelakunya? Itu juga tentu saja akan menjadi pertanyaan setiap kita. Terkadang kepesatan pertumbuhan media sosial tidak diiringi kesiapan mental dan wawasan para pelakunya, oleh karena itu jangan heran kalau banyak juga menuai hal-hal negatif di balik euphoria social media ini. Secara signifikan ia kadang terlalu meroket sampai-sampai menawarkan sesuatu yang utopis, terlalu tinggi untuk digapai dan dipraktikkan. Tapi juga ada kalanya ia begitu membumi, sampai-sampai tukang bakso dan tukang ojek pun merasakan manfaatnya dengan sangat.