Blog ini berisikan, cerita-cerita Michael, baik berupa catatan perjalanan, opini-opini maupun bentuk-bentuk tulisan lainnya. Juga dalam Blog ini tidak lupa disertakan tampilan-tampilan foto, dimana melalui foto tersebut tertuang maksud si tukang foto. Sebab kadang kala melalui foto, isi cerita lebih nyata untuk dimengerti dan dihayati.As long as you are still alive, you are capable of changing and growing. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers...
Sunday, December 14, 2008
~Kasih~
Cinta Kasih itu indah……
Karena ia bekerja dalam ruang kehidupan yang luas.Dan inti pekerjaan nya adalah memberi. Memberi apa saja yang diperlukan oleh orang-orang yang kita cintai untuk tumbuh menjadi lebih baik dan berbahagia karenanya.
Para pecinta sejati hanya mengenal satu pekerjaan besar dalam hidup mereka: MEMBERI. Terus memberi dan memberi. Dan selamanya begitu!. Menerima? mungkin, atau bisa juga pasti! Tapi itu efek. Hanya efek. Efek dari apa yang mereka berikan. Seperti cermin kebajikan yang memantulkan kebajikan yang sama. Sebab, adalah hakikat di alam kebajikan bahwa setiap satu kebajikan yang kita lakukan selalu mengajak saudara-saudara kebajikan yang lain untuk dilakukan juga. Itu juga yang membedakan para pecinta sejati dengan para pecinta palsu.
Kalau kamu mencintai seseorang dengan tulus, ukuran ketulusan dan kesejatian cintamu adalah ...........apa yang kamu berikan padanya untuk membuat hidupnya menjadi lebih baik..............
Maka kamu adalah air...!
Maka kamu adalah matahari....!
Ia tumbuh dan berkembang dari siraman airmu. Ia besar dan berbuah dari sinar cahaya mu.
Para pecinta sejati tidak suka berjanji. Tapi begitu mereka memutuskan mencintai seseorang, mereka segera membuat rencana memberi. Setelah itu mereka bekerja dalam diam dan sunyi untuk mewujudkan rencana-rencana mereka. Setiap satu rencana memberi terealisasi, setiap itu satu bibit cinta muncul bersemi dalam hati orang yang dicintai. Janji menerbitkan harapan. Tapi pemberian melahirkan KEPERCAYAAN. Bukan hanya itu. Rencana memberi terus terealisasi menciptakan ketergantungan. Seperti pohon tergantung pada siraman air dan cahaya matahari. Itu ketergantungan produktif. Ketergantungan yang menghidupkan. Di garis hakikat ini, cinta adalah cerita tentang seni menghidupkan hidup. Di Minahasa terkenal dengan istilah " Sitou Timou Tumoutou" Mereka menciptakan kehidupan bagi orang-orang hidup. Karena itu kehidupan yang mereka bangun seringkali tidak disadari oleh orang-orang yang menikmatinya. Tapi begitu sang pemberi pergi, mereka segera merasakan kehilangan yang menyayat hati. Tiba- tiba ada ruang besar yang kosong tak berpenghuni. Tiba-tiba ada kehidupan yang yang hilang tak berpenghuni. Tiba-tiba ada kehidupan yang hilang...........!
Dengan memberi, berarti kita membagi KASIH dengan mereka. Dengan orang orang yang kita Kasihi.
Commonly, people make new resolutions for the upcoming year…
as for me, making new resolutions not always happened during those periods
new resolutions could come every day, every seconds, every time we wish
to make us a better person, just don't make new resolutions only at that moment above
just review your daily attitude, what you have done during the day, then make one to improve your sel to make a better person than the day before….....................
Salam KasihNya.
Tuesday, December 9, 2008
N A T A L
Ada semacam kecenderungan bahwa perayaan Natal seringkali dipandang oleh Gereja Kristen dan umatnya sebagai sebuah momen bagi keluarga. Perayaan Natal dibayangkan sebagai sebuah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan oleh setiap anggota keluarga untuk berkumpul (kembali) dalam sebuah kesatuan yang mesra. Di Indonesia, momen demikian serupa dengan perayaan Idul Fitri. Pada hari bahagia itulah, semua anggota keluarga merasa dipersatukan (kembali) sebagai sebuah keluarga besar. Oleh Holywood, momen itu ditampilkan sedemikian indahnya dalam berbagai film yang mampu menguras air mata sehingga citra dari perayaan Natal selalu berhubungan dengan sebuah momen yang bertuah, sebuah momen yang selalu memiliki keajaibannya masing-masing, termasuk Santa Claus yang masuk ke dalam cerobong asap untuk mengirimkan sebuah boneka Teddy Bear untuk seorang gadis kecil.
Memang tidak dapat disangkal bila perayaan Natal dalam masyarakat modern ini dikaitkan dengan keluarga. Entah dari mana dan sejak kapan pemahaman ini bermula. Sejak tradisi kandang Natal diperkenalkan oleh Santo Fransiskus Asisi, misalnya, kehidupan keluarga sudah menjadi satu tema yang sangat favorit di kalangan umat. Meskipun tema ini sebenarnya boleh dikatakan melenceng dari maksud awal pendirian kandang Natal itu, tema mengenai keluarga inilah yang dapat diterima secara membumi oleh masyarakat pada waktu itu. Sementara itu, tema yang menyangkut kesederhanaan dan kemiskinan bayi Yesus sebagai tema yang digagas oleh Santo Fransiskus Asisi, dipandang terlalu tinggi secara teologis dan terlalu remeh secara sosial.
Namun, dalam Injil Lukas dan Matius, Keluarga Nazareth sebagai model dari keluarga Kristen justru digambarkan sebagai keluarga yang selalu berhadapan dengan keprihatinan dan kepahitan hidup. Kisah Yosep dan Maria yang harus pergi ke Yerusalem untuk mengikuti sensus adalah gambaran dari keterasingan manusia. Mereka berdua ditolak dan bahkan diharamkan oleh masyarakat Israel karena Maria telah mengandung bayi sebelum mereka menikah secara resmi. Apakah pengalaman yang pahit demikian tetap mampu dipergunakan sebagai model dari perayaan Natal yang cenderung gegap-gempita? Apakah pengalaman getir yang dialami oleh keluarga Nazareth itu mampu membuat umat semakin memahami pesan Natal yang sesungguhnya? Bisa jadi, kita akan sangat kecewa karena Keluarga Kudus yang menjadi model perayaan Natal sepanjang abad sebenarnya adalah keluarga yang nelangsa, keluarga yang sangat prihatin. Namun, hal demikian sama sekali tidak dapat disalahkan. Konteks masyarakat dan lingkungan yang dihadapi oleh Yosep, Maria, dan bayi Yesus pada saat itu memang sangat tidak menguntungkan. Mereka terjepit di antara kemunafikan, penjajahan, dan kebiadaban. Habitat seperti ini mungkin dapat disandingkan dengan kondisi pertempuran yang terus-menerus memakan korban dalam sebuah negara. Di sinilah Yesus ditempatkan oleh BapaNya. Ia dilahirkan dalam masyarakat yang sakit parah.
Lalu, bagaimana dengan habitat yang sedang didiami oleh keluarga modern pada masa kini? Apakah proses pembentukan manusia selama berabad-abad telah menghasilkan berbagai keluarga yang tangguh dalam menghadapi segala halangan dan rintangan? Tidak mudah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan retoris itu karena kehidupan keluarga mengalami revolusi. Terjadi berbagai kompleksitas dalam perubahan itu. Salah satunya adalah tersebarnya kebudayaan Barat melalui media massa. Cinta romantik ideal gaya Barat, misalnya, telah menjadi gaya hidup masyarakat yang dahulu sangat tradisional. Faktor lain adalah perkembangan pemerintah yang semakin terpusat. Kehidupan orang mulai dipengaruhi oleh keterlibatan mereka dalam sistem politik nasional. Bahkan, pemerintah melakukan berbagai usaha aktif untuk mengubah cara berperilaku tradisional. Sebagai contoh, di beberapa negara Asia, karena masalah pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dengan cepat, pemerintah secara bertahap memperkenalkan program yang mempromosikan keluarga yang lebih kecil, penggunaan kontrasepsi, penyuluhan reproduksi, dan pembangunan berbagai klinik kesehatan di daerah-daerah terpencil. Itukah habitus baru yang dimaksud?
Pada masa ini, ada berbagai cara hidup altenatif yang mulai merebak dalam memaknai kehidupan keluarga dan pernikahan. Tidak dapat disangkal bahwa cara hidup alternatif seperti kumpul kebo (cohabitation), pernikahan gay, atau single parent sebenarnya bukanlah berita yang menggembirakan bagi kehidupan keluarga di masa depan. Kendati begitu, hal demikian dapat dipahami. Bahwa dalam keluarga tradisional berbagai peristiwa gelap dapat terjadi, telah diketahui dan dipahami bersama. Ada semacam sisi gelap dalam keluarga tradisional yang mulai ditentang dan dipertanyakan secara kritis seperti perceraian, pelecehan seksual terhadap anak, dan kekerasan dalam rumah tangga. Orang modern mengalami bahwa rumah (home) sama sekali sudah tidak lagi dimaknai sebagai tempat hati kita berada, home is where the heart in. Namun, orang bisa bilang, home is where the hurt in. Rumah adalah tempat rasa sakit berada. Adagium home sweet home telah runtuh, digantikan tomb sweet tomb. Akankah demikian? Selamat hari Natal!
Friday, November 28, 2008
Faith
Faith - Astrid Savitri **
Someone asked Gandhi ‘If there is only one God, then why there isn’t only one religion?”. Gandhi answered ‘A tree has million leaves, but they are all rooted in one tree”. Probably Gandhi’s argument is not exactly right, but I know that whoever lived in India and grown up within its history and experience will understand how such a dialog could take place. For hundred years India has witnessed the beauty of mankind spiritual journey. At the same time India has also seen how million people got a license to kill other people on behalf of their religion.
What did God design in all of this? What could have been His will? The answers are like the numbers of stars in the sky, but one thing for sure; God is not cursing us by giving us various religions and faiths, yet it is a utopia to say that the world is a happy place because of them.
Few years ago a Methodist minister, Wesley Arirajah - author of ‘The Bible and People of Other Faiths’ – taught religion subject at a university in Sri Lanka. One day when his class discussed Hindu ceremonies topics, a student said that he knows nothing about the ceremonies because he does not worships any Hindu’s god. The teacher asked ‘Do you think that Hindu god is different to Christian god? In fact, how many gods are there in the world? Is there a room for one Christian god, one Hindu god and one Islamic god?’ To Arirajah the answer is directing to a pure monotheism; there is only one god. In his book he wrote that the Bible starts with Genesis – the creation of cosmos, not the creation of Christian, Church or land of Israel. Therefore God should be a god of all people and faithful, not a tribal God. Christian should allow God to be God, and should not own God as its own private property because people don’t own God; it is God who owns us and the whole of creation.
Arirajah book is inspiring indeed. And there was a rumor that in early 90s the Protestant group Eka Dharma Putra wanted to translate the book but Christian church group in Jakarta disagreed. I can imagine how difficult it would be for liberal religious thinking to develop Indonesia from any religious group. Many Islamic faithful are suspicious of Nurcolish Majid’s ideas and uneasy with Abdurrahman Wahid’s opinions, as well as many Catholics get tense reading the late YB Mangunwijaya analysis’ or Brouwer’s naughty columns.
As opposed to anger and suspicion, Gandhi is not heard forever. The reaction of diversirty of religions is not always the same reaction of widen spiritual arena. Nevertheless in spiritual essence, faith is fervent and daring, not based on anxiety of losing an absolute truth. But what to say, today we live with too much anxiety. Even Gandhi was shot dead by a Hindu fanatic who was worried that Gandhi is showing too much sympathy towards the Muslims. In his last moments, as the blood flowed from his chest, Mahatma Gandhi could only whisper ‘O, Ram’ – Oh, God - the God of people who feel loss when brotherhood is killed by hate.
http://www.astridsavitri.blogspot.com/
Saturday, September 13, 2008
Tempat paling laris untuk bunuh diri...?
Di tahun 2004, seorang pembuat film bernama Eric Steel meluangkan waktu hampir sepanjang tahun itu untuk membuat film San Fransisco Golden Gate Bridge. Yang menarik perhatian dia dan menjadi tujuan utamanya adalah untuk "menangkap" gambar-gambar dari orang orang yang bunuh diri.
Apa yang di dapat Steel, seperti sudah bisa diduga, adalah sangat sukses : Jembatan tersebut telah menjadi tempat untuk sekurang-kurangnya 1300 orang dalam mengakhiri jiwa mereka sendiri. Tempat bunuh diri terlaris dalam sejarah Amerika, dan sangat mungkin dalam sejarah dunia, sejak jembatan tersebut dibuka pada tahun 1937. Biaya pembangunan jembatan tersebut tidak kurang dari 35 juta USD.
(rata-rata satu orang per dua minggu). Angka sesungguhnya mungkin malah lebih tinggi dari itu-kalau dihitung mereka yang jasadnya tidak ditemukan- kebanyakan mereka yang bunuh diri pada malam hari.
Steel membuat film documentary berjudul "The Bridge" ia juga menyertakan interview terhadap beberapa teman dan keluarga dari beberapa yang bunuh diri dan tertangkap kameranya. Film yang dibuat Steel juga banyak menggali tentang apa yang menyebabkan jembatan tersebut menjadi tempat terpopuler dan menjadi tempat faforit untuk bunuh diri.
Ada sesuatu yang tidak tersentuh film ini, yaitu yang menjadi perdebatan panjang atas pertanyaan ini : Apa kira-kira -jika ada- yang seharusnya di buat dengan maksud mempersulit orang untuk lompat dari atas jembatan itu....?
Tempat pejalan kaki di sepanjang jembatan itu tetap menunjukan sesuatu yang oroginal. Tidak ada perubahan, pagar pengaman yang cuma beberapa meter tersebut membuat orang dengan mudahnya panjat dan terjun bebas kebawah. Jarak dari jembatan tersebut ke dasarnya minta ampun tingginya...
Dalam documentary Steel, dapat dilihat betapa susahnya bagi mereka yang "bergulat" dengan keputusan mereka untuk bunuh diri. Terlihat orang-orang yang berjalan bolak-balik bermenit-menit bahkan jam sebelum akhirnya menemukan keberanian diri untuk melompat dan mengakhiri perjuangan hidup di dunia nyata ini.
Sekitar 1 dari 50 yang lompat tersebut selamat. Steel berhasil mewawancarai satu dari beberapa yang selamat tersebut. Seorang anak muda yang sangat depresi bilang keputusannya untuk bunuh diri adalah dikarenakan stress dan depresi yang amat sangat. Anak muda itu melanjutkan sedetik setelah ia lompat dari jembatan tersebut, secepat itu pulalah ia menyesali tindakannya bunuh diri (Tad Friend, ditahun 2003 menulis artikel di New Yorker, menulis kisah dari beberapa mereka yang selamat dari percobaan bunuh diri itu yang kurang lebih sama dengan sensasi perasaan yang dirasakan anak muda tersebut). Penyesalan memang selalu terjadi dibelakang...?
Ada beberapa penelitian tentang percobaan bunuh diri yang menyatakan bahwa " suicide attempts are often impulsive acts, anda people who can be, as it were, talked down from the ledge rarely go on to kill themselves later " Ada juga sebuah studi yang dilakukan pada tahun 1978 terhadap mereka yang berhasil menggagalkan niat mereka untuk bunuh diri dari atas jembatan, dan hasilnya, bahwa beberapa tahun kemudian hampir semua mereka tetap hidup atau meninggal karena penyebab yang wajar, misalnya sakit, dll.
Apa yang menyebabkan the Golden Gate Bridge menjadi tempat bunuh diri yang sangat berbahaya adalah dikarenakan secara nyata tempat tersebut sama sekali tidak mengundang rasa takut bagi mereka yang akan bunuh diri. Jembatan tersebut juga menyediakan "sesuatu" yang menurut seorang penulis buku dikatakan sebagai "fatal grandeur" yang menarik minat bagi mereka yang akan bunuh diri secara emosional, mereka yang ingin bunuh diri secara "nyaman". Sehingga banyak yang mengistilahkannya sebagai "beautiful death" atau bahkan "romantic death".
Tapi rupa-rupanya issue-issue bunuh diri dari jembatan tersebut saat ini telah menarik perhatian beberapa departement. Issue ini telah masuk dalam list new urgency, dimana beberapa waktu yang lalu aparat setempat telah menyiapkan beberapa rencana kedepan untuk menjadikan jembatan tersebut less suicide-friendly .
Jembatan tersebut dibangun dengan design yang memungkin ratusan orang bunuh diri, yang seharusnya tidak terjadi apabila ada perasaan takut dan ngeri bagi mereka yang sekiranya coba-coba bunuh diri ditempat itu.
Adakah cara lain untuk mengurangi percobaan bunuh diri, bagi mereka yang prihatin akan hal ini...?
Artikel yang ditulis oleh Tad Friend ketika membuat sebuah tulisan tentang fenomena bunuh diri dari atas jembatan Golden Gate tersebut diakhiri dengan cerita ini :
Ada seorang dokter yang selama bertahun-tahun gagal membuat "penghalang" bagi mereka yang akan bunuh diri dari jembatan tersebut suatu ketika mengunjungi apartement sesorang yang baru saja lompat bunuh diri dari atas jembatan Golden Gate itu. Dokter itu menemukan catatan kecil, yang berbunyi demikian : " Saya akan berjalan ke jembatan itu. Jika ada satu saja orang yang tersenyum padaku dalam perjalanan, saya tidak akan lompat dari atas jembatan itu ".
Thursday, July 31, 2008
Traveling to New York City.........
New York City (officially The City of New York) is the largest city in the United States, with its metropolitan area ranking among the largest urban areas in the world. Founded as a commercial trading post by the Dutch in 1625, it served as the capital of the United States from 1785 until 1790, and has been the nation's largest city since 1790. Located on one of the world's finest natural harbors, New York is one of the world's major centers of commerce and finance. New York also exerts global influence in media, education, entertainment, arts, fashion and advertising. The city is also a major center for international affairs, hosting the headquarters of the United Nations.
New York City comprises five boroughs: The Bronx, Brooklyn, Manhattan, Queens, and Staten Island. With over 8.2 million residents within an area of 304.8 square miles (789.43 km²), New York City is the most densely populated major city in the United States.
Many of the city's neighborhoods and landmarks are known around the world. The Statue of Liberty greeted millions of immigrants as they came to America in the late 19th and early 20th centuries. Wall Street, in Lower Manhattan, has been a dominant global financial center since World War II and is home to the New York Stock Exchange. The city has been home to several of the tallest buildings in the world, including the Empire State Building.
New York is the birthplace of many cultural movements, including the Harlem Renaissance in literature and visual art, abstract expressionism (also known as the New York School) in painting, and hip hop, punk, salsa, and Tin Pan Alley in music. It is also the home of Broadway theater.
In 2005, nearly 170 languages were spoken in the city and 36% of its population was born outside the United States. With its 24-hour subway and constant bustling of traffic and people, New York is sometimes called "The City That Never Sleeps". Other nicknames include Gotham and the "Big Apple."
Saturday, July 5, 2008
Tembok Berlin di New York
(Foto by Mich)
Tanggal 4 July, yang bagi sebagian masyarakat dunia lebih dikenal dengan Fourth of July adalah hari kemerdekaan Amerika. Banyak yang menyebutnya dengan "Independence Day". Kebanyakan perusahan swasta maupun pemerintah meliburkan karyawannya. Saya memanfaatkan hari libur kali ini dengan berkunjung ke beberapa tempat bersejarah di NY. Saya tertarik untuk mengunjungi Battery Park, disana ada sisa runtuhan tembok Berlin yang terkenal itu.
http://www.batteryparkcity.org/page/index_battery.html
Battery Park memiliki luas kurang lebih 10 Hektar merupakan public park yang berlokasi di ujung selatan dari New York City borough of Manhattan, menghadap langsung The New York Harbor. Nama Battery diambil dari nama 'kelompok tempur' battery, yang tadinya ditempati beberapa kali oleh Belanda dan Inggris dengan tujuan mempertahankan pelabuhan yang ada disitu. Hari itu cukup panas, sekitar 95 derajat farenhait. Tapi teriknya mentari tidak mengurangi niat saya untuk jalan. Saya sempat mengabadikan beberapa tempat yang merupakan peninggalan sejarah. Salah satu yang menarik adalah sisa runtuhan tembok Berlin. Penggalan beton bersejarah ini diberikan oleh pemerintah Jerman dalam rangka peringatan 15 tahun runtuhnya tembok Berlin pada tanggal 9 November 1989 jam 12:57 siang.
Tembok Berlin (Berlin Wall) ini didirikan pada tanggal 13 Agustus 1961 oleh pemerintahan komunis Jerman Timur di bawah pimpinan Walter Ulbricht. Antara tahun 1949 sampai tahun 1961 sudah lebih dari 2 juta penduduk Jerman Timur melarikan diri lewat Berlin. Hal ini membuat ekonomi Jerman Timur menjadi kedodoran, karena kebanyakan orang-orang yang masih muda yang melarikan diri. Maka secara rahasia dan tiba-tiba tembok ini dibangun.Tembok Berlin yang mengurung Berlin Barat dan memotong kota ini persis di tengahnya, menjadi simbol Perang Dingin yang paling terkenal. Banyak pembesar barat, terutama presiden Amerika Serikat yang mengunjungi tembok ini untuk mengutuknya. Presiden J.F. Kennedy pada tahun 1963 datang dan berpidato di sisi tembok ini dengan kalimatnya yang ternama: "Ich bin ein Berliner." Lalu 20 tahun kemudian, pada tahun 1983 presiden Ronald Reagan juga berpidato di sini dan mengutuk Uni Soviet yang disebutnya An Evil Empire, atau sebuah kerajaan kejahatan. Tetapi pada tahun 1989, pada hari peringatan Republik Demokratis Jerman, atau Jerman Timur, pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev juga sempat mengunjungi Tembok Berlin dan berkata pada pemimpin Jerman Timur Erich Honecker bahwa “Barangsiapa terlambat datang, akan dihukum oleh hidup”.
Berlin Barat dan Berlin Timur pun berkembang dengan caranya masing-masing, tanpa ada hubungan secara resmi. Berlin Barat berkembang sebagai tempat permukiman badan pemerintahan, kota pameran dan kongres. Akan tetapi, Berlin Barat mengalami kekurangan orang sehingga akhirnya mendatangkan tenaga kerja dari luar (gastarbeiter), seperti Turki. Sementara itu, Berlin Timur berkembang menjadi kota industri dan pusat politik.
Akhirnya, pada 9 November 1989, dunia dikejutkan dengan runtuhnya Tembok Berlin yang berdiri kokoh membelah Jerman Barat dan Jerman Timur. Siapa pun tak bisa membantah menyatunya kembali warga Jerman Barat dan Jerman Timur dari ambisi kekuasaan. Benar. Keinginan bersatunya kembali warga Jerman Timur dan Jerman Barat merupakan persoalan fitrah kemanusiaan yang secara asasi ingin memperoleh kedamaian dan kebebasan.
Kini, sudah hampir 19 tahun runtuhnya Tembok Berlin, tetapi ribuan orang tetap datang berbondong-bondong berkunjung ke daerah itu. Seakan-akan jika tidak datang langsung berkunjung ke Berlin, kita tidak percaya warga Jerman Timur dan Jerman Barat sudah menyatu.
Perjalan kali ini cukup melelahkan. Setelah puas menjelajahi Baterry Park, termasuk mengunjungi Indian-American Museum dan Jewish Museum, saya juga menyempatkan diri mengunjungi Ground Zero. Bekas WTC itu sedang dibangun, puluhan bahkan ratusan pekerja terlihat sibuk dengan alat-alat beratnya. China Town adalah tempat persinggahan saya yang terakhir sebelum kembali dengan subway E-Uptown yang membawa saya kembali ke PennStation.
Tambahan foto perjalanan : Ground Zero, China Town dan Manhattan.
(Foto-foto by Mich)
Tanggal 4 July, yang bagi sebagian masyarakat dunia lebih dikenal dengan Fourth of July adalah hari kemerdekaan Amerika. Banyak yang menyebutnya dengan "Independence Day". Kebanyakan perusahan swasta maupun pemerintah meliburkan karyawannya. Saya memanfaatkan hari libur kali ini dengan berkunjung ke beberapa tempat bersejarah di NY. Saya tertarik untuk mengunjungi Battery Park, disana ada sisa runtuhan tembok Berlin yang terkenal itu.
http://www.batteryparkcity.org/page/index_battery.html
Battery Park memiliki luas kurang lebih 10 Hektar merupakan public park yang berlokasi di ujung selatan dari New York City borough of Manhattan, menghadap langsung The New York Harbor. Nama Battery diambil dari nama 'kelompok tempur' battery, yang tadinya ditempati beberapa kali oleh Belanda dan Inggris dengan tujuan mempertahankan pelabuhan yang ada disitu. Hari itu cukup panas, sekitar 95 derajat farenhait. Tapi teriknya mentari tidak mengurangi niat saya untuk jalan. Saya sempat mengabadikan beberapa tempat yang merupakan peninggalan sejarah. Salah satu yang menarik adalah sisa runtuhan tembok Berlin. Penggalan beton bersejarah ini diberikan oleh pemerintah Jerman dalam rangka peringatan 15 tahun runtuhnya tembok Berlin pada tanggal 9 November 1989 jam 12:57 siang.
Tembok Berlin (Berlin Wall) ini didirikan pada tanggal 13 Agustus 1961 oleh pemerintahan komunis Jerman Timur di bawah pimpinan Walter Ulbricht. Antara tahun 1949 sampai tahun 1961 sudah lebih dari 2 juta penduduk Jerman Timur melarikan diri lewat Berlin. Hal ini membuat ekonomi Jerman Timur menjadi kedodoran, karena kebanyakan orang-orang yang masih muda yang melarikan diri. Maka secara rahasia dan tiba-tiba tembok ini dibangun.Tembok Berlin yang mengurung Berlin Barat dan memotong kota ini persis di tengahnya, menjadi simbol Perang Dingin yang paling terkenal. Banyak pembesar barat, terutama presiden Amerika Serikat yang mengunjungi tembok ini untuk mengutuknya. Presiden J.F. Kennedy pada tahun 1963 datang dan berpidato di sisi tembok ini dengan kalimatnya yang ternama: "Ich bin ein Berliner." Lalu 20 tahun kemudian, pada tahun 1983 presiden Ronald Reagan juga berpidato di sini dan mengutuk Uni Soviet yang disebutnya An Evil Empire, atau sebuah kerajaan kejahatan. Tetapi pada tahun 1989, pada hari peringatan Republik Demokratis Jerman, atau Jerman Timur, pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev juga sempat mengunjungi Tembok Berlin dan berkata pada pemimpin Jerman Timur Erich Honecker bahwa “Barangsiapa terlambat datang, akan dihukum oleh hidup”.
Berlin Barat dan Berlin Timur pun berkembang dengan caranya masing-masing, tanpa ada hubungan secara resmi. Berlin Barat berkembang sebagai tempat permukiman badan pemerintahan, kota pameran dan kongres. Akan tetapi, Berlin Barat mengalami kekurangan orang sehingga akhirnya mendatangkan tenaga kerja dari luar (gastarbeiter), seperti Turki. Sementara itu, Berlin Timur berkembang menjadi kota industri dan pusat politik.
Akhirnya, pada 9 November 1989, dunia dikejutkan dengan runtuhnya Tembok Berlin yang berdiri kokoh membelah Jerman Barat dan Jerman Timur. Siapa pun tak bisa membantah menyatunya kembali warga Jerman Barat dan Jerman Timur dari ambisi kekuasaan. Benar. Keinginan bersatunya kembali warga Jerman Timur dan Jerman Barat merupakan persoalan fitrah kemanusiaan yang secara asasi ingin memperoleh kedamaian dan kebebasan.
Kini, sudah hampir 19 tahun runtuhnya Tembok Berlin, tetapi ribuan orang tetap datang berbondong-bondong berkunjung ke daerah itu. Seakan-akan jika tidak datang langsung berkunjung ke Berlin, kita tidak percaya warga Jerman Timur dan Jerman Barat sudah menyatu.
Perjalan kali ini cukup melelahkan. Setelah puas menjelajahi Baterry Park, termasuk mengunjungi Indian-American Museum dan Jewish Museum, saya juga menyempatkan diri mengunjungi Ground Zero. Bekas WTC itu sedang dibangun, puluhan bahkan ratusan pekerja terlihat sibuk dengan alat-alat beratnya. China Town adalah tempat persinggahan saya yang terakhir sebelum kembali dengan subway E-Uptown yang membawa saya kembali ke PennStation.
Tambahan foto perjalanan : Ground Zero, China Town dan Manhattan.
(Foto-foto by Mich)
Friday, June 27, 2008
Kantor Pos, wasting my time and a lot of paper !!
The United States Post Office is wasting my time and a lot of paper!
Mungkin saya terlalu keras. Tapi ini kenyataan. Saya akui memang bahwa kantor pos di Amerika sangat "ajaib", cuman dengan 42 cents, saya bisa mengirim surat ke pelosok mana saja saya suka di Amerika ini. Ini sungguh menakjubkan, boleh dikata luar biasa berganda-ganda.
Mungkin banyak yang akan bertanya, kalau demikian bagaimana bisa Kantor Pos menghabiskan waktu anda percuma serta memubazirkan begitu banyak kertas ?
Sangat jelas tentunya, yaitu dengan receipt system. Ketika anda memasuki salah satu kantor pos cabang dimanapun dan membeli perangko ataupun mengirim surat, atau bentuk transaksi sekecil apapun, percayalah...anda harus siap mengkoleksi 'receipt raksasa' !
Ini tentu sangat mengganggu saya karena beberapa alasan. Pertama mengenai perangko. "You can't return stamps". Kalimat itu tertulis jelas di receipt tersebut. Pokoknya saya sudah pasti akan mendapat receipt sepanjang 11 inci (saya ukur), dengan segala keterangan yang tetek-bengek itu, walaupun saya cuman membeli perangko seharga 42 cents (tidak sampai $1). Mungkin saja suatu ketika saya kemudian memerlukan receipt itu untuk katakanlah "pengembalian" dari tempat kerja, kalau demikian ceritanya, sayalah yang akan meminta receipt dimaksud.
Lebih lanjut, ini yang membuat tambah kesal, receipt yang di dapat kelihatan seperti iklan raksasa. Disitu dijelaskan untuk memesan perangko online melalui Internet. Disitu juga dijelaskan untuk mengunjungi situs USPS untuk "learn more about our new competitive shipping prices". Di lembar receipt yg sama itu juga saya di-encourage untuk menulis pengalaman-pengalaman saya mengirim surat di kantor pos (suka-duka) dan kalau bisa memasukannya di Gallu Poll secara online.
Dan juga jangan lupa, semuanya itu butuh waktu 5 detik untuk satu receipt selesai di print. Wasting time!
Mari berhitung-hitung sederhana, katakanlah anda pergi ke kantor pos 2 kali seminggu. Berdasarkan standart lamanya hidup seseorang maka anda akan membuang waktu anda yang berharga sebanyak 12 jam (menunggu receipt di print). Padahal receipt tersebut akan langsung anda buang secepat itu berpindah ketelapak tangan anda.
Berdasarkan website dari USPS, di seluruh Amerika, ada sekitar 9 juta loket untuk transaksi per harinya. Dengan nilai transaksi mencapai 2.7 billion (Data tahun lalu). Katakanlah bahwa receipt tersebut panjangnya 12 Inci. Ini perhitungan matematika sederhana, bahwa akhirnya setiap tahun di seluruh counter-counter yang ada diantara 37.000 kantor pos, sebanyak 2.7 billion kaki (1 kaki = 0.3048 meter) receipt siap di print. Itu sekitar 511.633 miles, dengan demikian jaraknya cukup untuk pergi ke bulan dan kembali dengan masih ada sisa kertas receipt sepanjang 50.000 miles. Cara membayangkan dalam bentuk lainnya adalah bahwa panjangnya cukup untuk membungkus pusat bumi sebanyak 64 kali. Bukankah itu berarti membuang-buang sangat banyak kertas untuk sekedar receipt yang tidak berharga sama sekali itu ?
Untuk itu saat ini, saya akan menghubungi Kantor Pos dimana saya biasa mengirim surat untuk supaya menghentikan memberi saya receipt, kecuali kalau saya memintanya.
Ada yang lebih lucu dan aneh yaitu kalimat berikut, diambil dari situnya USPS, kalimat yang berbunyi demikian "Reducing the use of paper, supporting the use of recycled paper, and recycling waste paper have been goals for nearly two decades."
Ini membuat saya tambah pusing : Kalau begitu apa lagi yang mereka belum cantumkan dalam receipt yang sebenarnya sudah amat panjang itu ?!
Dan yang membuat saya tambah tidak mengerti adalah bahwa setiap kali saya balik belakang untuk meninggalkan kantor pos tanpa mengambil receipt-nya, saya pasti akan mendapatkan teguran serupa ini " Oops, wait a minute, sir ! ". Suara di balik counter itu benar-benar bikin saya jadi luar biasa kesal. "Receipt-nya ketinggalan, tuh!". Dasar !.
Mungkin saya terlalu keras. Tapi ini kenyataan. Saya akui memang bahwa kantor pos di Amerika sangat "ajaib", cuman dengan 42 cents, saya bisa mengirim surat ke pelosok mana saja saya suka di Amerika ini. Ini sungguh menakjubkan, boleh dikata luar biasa berganda-ganda.
Mungkin banyak yang akan bertanya, kalau demikian bagaimana bisa Kantor Pos menghabiskan waktu anda percuma serta memubazirkan begitu banyak kertas ?
Sangat jelas tentunya, yaitu dengan receipt system. Ketika anda memasuki salah satu kantor pos cabang dimanapun dan membeli perangko ataupun mengirim surat, atau bentuk transaksi sekecil apapun, percayalah...anda harus siap mengkoleksi 'receipt raksasa' !
Ini tentu sangat mengganggu saya karena beberapa alasan. Pertama mengenai perangko. "You can't return stamps". Kalimat itu tertulis jelas di receipt tersebut. Pokoknya saya sudah pasti akan mendapat receipt sepanjang 11 inci (saya ukur), dengan segala keterangan yang tetek-bengek itu, walaupun saya cuman membeli perangko seharga 42 cents (tidak sampai $1). Mungkin saja suatu ketika saya kemudian memerlukan receipt itu untuk katakanlah "pengembalian" dari tempat kerja, kalau demikian ceritanya, sayalah yang akan meminta receipt dimaksud.
Lebih lanjut, ini yang membuat tambah kesal, receipt yang di dapat kelihatan seperti iklan raksasa. Disitu dijelaskan untuk memesan perangko online melalui Internet. Disitu juga dijelaskan untuk mengunjungi situs USPS untuk "learn more about our new competitive shipping prices". Di lembar receipt yg sama itu juga saya di-encourage untuk menulis pengalaman-pengalaman saya mengirim surat di kantor pos (suka-duka) dan kalau bisa memasukannya di Gallu Poll secara online.
Dan juga jangan lupa, semuanya itu butuh waktu 5 detik untuk satu receipt selesai di print. Wasting time!
Mari berhitung-hitung sederhana, katakanlah anda pergi ke kantor pos 2 kali seminggu. Berdasarkan standart lamanya hidup seseorang maka anda akan membuang waktu anda yang berharga sebanyak 12 jam (menunggu receipt di print). Padahal receipt tersebut akan langsung anda buang secepat itu berpindah ketelapak tangan anda.
Berdasarkan website dari USPS, di seluruh Amerika, ada sekitar 9 juta loket untuk transaksi per harinya. Dengan nilai transaksi mencapai 2.7 billion (Data tahun lalu). Katakanlah bahwa receipt tersebut panjangnya 12 Inci. Ini perhitungan matematika sederhana, bahwa akhirnya setiap tahun di seluruh counter-counter yang ada diantara 37.000 kantor pos, sebanyak 2.7 billion kaki (1 kaki = 0.3048 meter) receipt siap di print. Itu sekitar 511.633 miles, dengan demikian jaraknya cukup untuk pergi ke bulan dan kembali dengan masih ada sisa kertas receipt sepanjang 50.000 miles. Cara membayangkan dalam bentuk lainnya adalah bahwa panjangnya cukup untuk membungkus pusat bumi sebanyak 64 kali. Bukankah itu berarti membuang-buang sangat banyak kertas untuk sekedar receipt yang tidak berharga sama sekali itu ?
Untuk itu saat ini, saya akan menghubungi Kantor Pos dimana saya biasa mengirim surat untuk supaya menghentikan memberi saya receipt, kecuali kalau saya memintanya.
Ada yang lebih lucu dan aneh yaitu kalimat berikut, diambil dari situnya USPS, kalimat yang berbunyi demikian "Reducing the use of paper, supporting the use of recycled paper, and recycling waste paper have been goals for nearly two decades."
Ini membuat saya tambah pusing : Kalau begitu apa lagi yang mereka belum cantumkan dalam receipt yang sebenarnya sudah amat panjang itu ?!
Dan yang membuat saya tambah tidak mengerti adalah bahwa setiap kali saya balik belakang untuk meninggalkan kantor pos tanpa mengambil receipt-nya, saya pasti akan mendapatkan teguran serupa ini " Oops, wait a minute, sir ! ". Suara di balik counter itu benar-benar bikin saya jadi luar biasa kesal. "Receipt-nya ketinggalan, tuh!". Dasar !.
Wednesday, June 4, 2008
Pandangan Yesus tentang uang
Mungkin hampir tidak ada masalah lain yang lebih banyak dibicarakan Yesus darpada tentang uang. Meski demikian, dua ribu tahun kemudian para pengikut Yesus masih sukar menyetujui dengan mantap apa yang Ia katakan. Salah satu alasannya adalah bahwa Ia jarang memberikan nasihat "praktis". Ia menghindari komentar tentang sistem ekonomi tertentu, dan seperti dalam Lukas 12, Yesus melihat uang terutama sebagai kekuatan rohani.
Seorang pendeta merangkum isu uang menjadi tiga pertanyaan : 1. Bagaimana cara anda mendapatkannya ? (Apakah ia melibatkan ketidak-adilan, kecurangan, penindasan orang miskin ?). 2. Apa yang anda lakukan dengan uang itu ? (Apakah anda menimbunnya dengan kikir ? Mengeksploitasi orang lain ? Menghamburkannya dengan kemewahan tanpa guna ?. 3. Apa yang dilakukan uang itu pada anda ? (Akibat-akibat).
Walalupun Yesus berbicara tentang ketiga issu itu, Ia berkonsentrasi pada masalah terakhir. Menurut penjelasanNya, uang beroperasi mirip dengan berhala. Uang bisa mendominasi dan mengikat kehidupan seseorang, mengalihkan perhatiannya dari Allah, Sang Pencipta. Yesus dengan keras memperingatkan agar tidak meletakkan kepercayaan pada uang untuk menjamin masa depan. Seperti yang terlihat dalam kisah-Nya tentang orang kaya, uang pada akhirnya akan gagal memecahkan masalah-masalah terbesar kehidupan manusia.
Ia juga menggunakan contoh Raja Salomo, orang terkaya di Perjanjian Lama. Bagi sebagian besar orang Yahudi nasionalis, Salomo adalah pahlawan, tetapi Yesus memandangnya dengan cara berbeda: kekayaan Salomo sudah lama lenyap, dan bahkan kejayaannya tidak lebih mengesankan dari bunga rumput biasa. Lebih baik percaya pada Tuhan untuk melimpahkan pemeliharaan pada seluruh bumi, daripada menghabiskan hidup mencemaskan tentang uang dan harta.
Seorang pendeta merangkum isu uang menjadi tiga pertanyaan : 1. Bagaimana cara anda mendapatkannya ? (Apakah ia melibatkan ketidak-adilan, kecurangan, penindasan orang miskin ?). 2. Apa yang anda lakukan dengan uang itu ? (Apakah anda menimbunnya dengan kikir ? Mengeksploitasi orang lain ? Menghamburkannya dengan kemewahan tanpa guna ?. 3. Apa yang dilakukan uang itu pada anda ? (Akibat-akibat).
Walalupun Yesus berbicara tentang ketiga issu itu, Ia berkonsentrasi pada masalah terakhir. Menurut penjelasanNya, uang beroperasi mirip dengan berhala. Uang bisa mendominasi dan mengikat kehidupan seseorang, mengalihkan perhatiannya dari Allah, Sang Pencipta. Yesus dengan keras memperingatkan agar tidak meletakkan kepercayaan pada uang untuk menjamin masa depan. Seperti yang terlihat dalam kisah-Nya tentang orang kaya, uang pada akhirnya akan gagal memecahkan masalah-masalah terbesar kehidupan manusia.
Ia juga menggunakan contoh Raja Salomo, orang terkaya di Perjanjian Lama. Bagi sebagian besar orang Yahudi nasionalis, Salomo adalah pahlawan, tetapi Yesus memandangnya dengan cara berbeda: kekayaan Salomo sudah lama lenyap, dan bahkan kejayaannya tidak lebih mengesankan dari bunga rumput biasa. Lebih baik percaya pada Tuhan untuk melimpahkan pemeliharaan pada seluruh bumi, daripada menghabiskan hidup mencemaskan tentang uang dan harta.
Friday, May 23, 2008
Musim semi di Roosevelt Park
Di Roosevelt Park, NJ ada danau kecil yang indah pemandangannya. Hari Rabu yang lalu saya sempatkan diri untuk sekedar menghirup udara segar dengan jalan-jalan di pinggir danau kecil tersebut. Musim semi selalu indah, udara terasa segar, daun-daun terlihat segar dan pemandangan selalu enak dilihat. Ini hasil jepretan saya, seekor Unggas siap-siap melakukan rutinitasnya. Olah-raga air, berenang !
Foto ini terpilih ketika saya sertakan dalam pemilihan foto terbaik 2008 disini :
The editorial team of Photography Laureates has conducted a detailed examination of the best photographs submitted to us in the last months. We have decided to publish in an Anthology the very best photographers and the most exceptional pictures we have encountered.
We would like to congratulate you for being selected for publication as part of our highly acclaimed Photography Anthology. As such, you are a finalist for the $6500 prize. As a Laureate and talented photographer, you now have access to several networking opportunities aimed at exposing you to the photography community.
Your photograph was selected out of hundreds of competing entries and you will be published along with other talented photographers.
Your photograph, Ready to swim, was selected for its composition and illusion of depth...
Kita mesti memulainya.........
Ada pepatah yang mengatakan, "Semua permulaan itu sulit" (All beginnings are difficult). Benar sekali. Ketika anda seorang pria jatuh hati terhadap seorang wanita, apa yang paling meresahkan...? Pasti : bagaimana melancarkan "serangan pertama". Tetapi ada pula pepatah lain yang mengatakan : A good beginning is half-done. Artinya, sebuah awal yang baik berarti pekerjaan telah setengah rampung. Oleh karena itu alangkah sulitnya, tetapi juga alangkah menentukannya memulai sesuatu itu!
Di dalam perjuangan memberantas korupsi, bagaimana kita hendak memulainya juga adalah sesuatu yang paling menantang. Sedikit saja anda salah cuap atau salah tindak, tidak mustahil hasilnya akan bertolak belakang dari apa yang kita harapkan, bisa saja malah anti-pati dan salah-paham yang kita terima. Kita mesti memulai. Memulainya dengan segra dan dengan bijak. Korupsi telah mengurat-akar di nadi-nadi negeri kita, yang sama-sama kita cintai. Ia telah menjadi penyakit akut, perlu kemauan (tekad), kerja keras dan kebijaksanaan untuk memberantasnya.
Akankah....?
Friday, May 16, 2008
"Bakudapa" itu ternyata indah.....
“Bakudapa Sesama Kawanua Itu Indah….”
Walau dengan menempuh jarak yang lumayan jauh, dari kota yang katanya nyanda pernah tidor New York City (NYC), dua orang teman asal Minahasa (yang satunya tinggal di Jerman) tetap merelakan diri mereka berpanas-panas untuk datang for bakudapa deng beberapa torang yang tinggal di New Jersey. Tepatnya pertemuan yang diracik mendadak itu diadakan di Roosevelt Park Edison. Pertemuan kecil ini dibuat sebenarnya karena torang tergabung dalam satu “komunitas” bernama NETTERS SULUTLINK (Media Online ), punya kerinduan for bakudapa, bercerita, tukar-pikiran. Singkat cerita dua tamang ini (Netter Tom deng Rumanen) ada antar oto sekitar 50-65 miles plus mo cari itu lokasi pertemuan. Di lokasi park so batunggu netter Kitya deng Kawatak. Datang belakangan Rieke, Ellen deng akhirnya Tude. Bagi yang ingin lebih mengenal tu kota Edison, silahkan hoba disini : http://www.edisonnj.org/
Roosevelt Park berlokasi di kota Edison dan merupakan salah satu Park yang paling banyak di kunjungi, mengingat besarnya dan banyaknya fasilitas olah-raga serta tempat bermain. Kalau akhir pekan, tempat ini sangat penuh, setidaknya so musti pake tu istilah “first come first serve”. Dari puluhan meja dan bangku yang tersedia di Park tersebut so musti baku rebe untuk “first come first sit”, untungnya torang datang hari Rabu. Nyanda talalu banyak pengunjung, jadi sangat cocok for badiskusi, bacirita tukar pengalaman di bawah rindangnya pohon-pohon.
Ini Roosevelt Park kwa adalah salah satu bagian utama dari usaha-usaha besar Franklin Delano Roosevelt di jamannya, lebih dikenal dengan WPA (Works Progress Administration) yang mana dorang pe usaha antaranya adalah menyediakan, mengusahakan lapangan-lapangan kerja untuk orang-orang miskin dan para pengangguran selama tahun 1930-an. Sesungguhnya merupakan contoh yang layak ditiru organisasi-organisasi masa kini.
Di Park ini, selain diskusi-diskusi ringan mulai dari cerita-cerita pengalaman sampe tu grap-grap juga cerita-cerita lucu lainnya. Kawatak sempat batanya sebelumnya pa Kitya "sapa soh tu Tom, dapalia ‘jenggo’ skali kwa kalu lia dari nama ?". Maar akhirnya Kawatak so lebe kenal tu netter Tom yang low profile deng pintar ini. Tu netter Rumanen (David T) nyanda kalah heboh, jauh-jauh dari Jerman dalam ‘two weeks travel’nya ke Boston lalu NH, kemudian NY dan NJ dengan antusiasme yang amat sangat bertutur tentang pengalaman-pengalamannya. “Nyanda lalah soh ? “ pertanyaan itu di jawab, nyanda ! “ Cuma tu mata yang lalah, karna so dua malam nyanda tidor siang “, ungkapnya bersemangat. Menjelang sore-malam tu udara agak drop, jadi samua buru-buru pi ambe Jacket di oto. Netter Rieke muncul belakangan langsung ajak mo pi makang di Restorant, maar Kawatak usul singgah diskusi yang lebe serius dulu di Barnes & Noble. Di situ kebetelun ada “Corner’ Cafe”. Samua setuju.
Di Barnes & Noble pe corner’ café tersebut sambil minum kopi panas torang lanjutkan itu diskusi dengan bobot yang agak lebih berat mengenai banyak hal dalam lingkup seputar Minahasa dan Keminahasaan serta berbagai permasalahannya. Mungkin belum banyak yang tau bahwa netter Rumanen adalah salah satu penulis yang berupaya menulis tentang Minahasa. Ada tulisannya bertajuk “Minahasalogi” telah dipublikasi dimana-mana, hoba disini : http://tumoutou.net/d_tulaar1.htm
Rumanen juga bilang pa torang bahwa ketika ia ketemu Gus Dur disuatu kesempatan
(dan bercakap-cakap singkat dengan beliau), dia dengar tentang komentar Gus Dur yang mengatakan bahwa orang Minahasa itu terkenal, bahwa orang Minahasa itu hebat dan bahwa itu tidak bias dipungkiri. Orang Minahasa yang pintar-pintar dan mudah bergaul, itu seharusnya dicontoh. Tapi Gus Dur juga bilang bahwa orang Minahasa itu nimbole tasalah.
Kopi so kandas tapi ‘diskusi terbatas’ ini masih berlanjut dengan asiknya, netter Ellen muncul ketika torang lagi spanen ba dengar ini Rumanen bertutur. “Asyik kwa ja dengar orang yang bicara kong dia tau skali apa yang dia bicarakan”. Itu Kitya pe tanggapan. Kita salut komang. Netter Ellen yang terlihat mesra dengan Netter Kawatak he..he..he…langsung duduk di sei pa tu netter Rietje yang serius menyimak.
Tom (kita nyanda ragukan komang kapasitas netter satu ini), menambahkan beberapa komentar yang perlu mendapat kajian serius.
Sedikitnya ada beberapa hal, dari apa yang kita simak, yang kita suka mo share di Blog ini antara lain; Bahwa Minahasa pada dasarnya bisa disebut sebagai suatu “bangsa” yang terdiri dari berbagai “suku bangsa”. Ada 8 bahasa yang dikenal di Minahasa dan dipakai secara luas yaitu Tonsea, Tolour, Tombasian, Tontemboan, Tonsawang, dan Bantik. Ada yang mengkasifikasikannya sebagai dialek bahasa Tombulu, dialek bahasa Tondano, dialek bahasa Tonsea, dialek bahasa Tontemboan, dialek bahasa Tonsawang, dialek bahasa Ratahan, dialek bahasa Bantik.
Yang paling banyak digunakan adalah bahasa Tontemboan, kurang lebih dipakai di 11 kecamatan. Napa tu contoh “ Tabea waya, rona karu yaku gumabung ambiay ? mande karu yaku make bahasa tountemboan....”
Tom : “Apakah perlu/penting untuk mempelajari keminahasaan secara anthropologis ? “
Rumanen : “ Apakah dalam kondisi sekarang ini perlu bagi kita untuk melihat dari sisi tersebut ? “
Sebab keminahasaan harusnya fleksibel. Banyak orang Cina yang ganti nama akhirnya mengaku bahwa dia adalah orang Minahasa. Cinta dengan Minahasa. Orang-orang dan suku lain yang sudah tinggal lama di Minahasa akan lebih dan suka untuk diakui sebagai orang Minahasa. Ketika ada pertanyaan ini “Orang apa ngana…?” mereka dengan pastinya akan menjawab “Orang Minahasa”, walaupun sebenarnya mereka datang dari suku lain. Ini sebenarnya yang mesti lebih jeli dilihat, sebab banyak yang datang menawarkan dan atau mengangkat issue “dorang” deng “torang”. Di Minahasa sapa tu “dorang” kong sapa itu “torang” soh ?
Itu adalah ‘proses alamiah’. Selama kita tinggal di suatu tempat, punya KTP yang sah (legal) maka kita adalah bagian dari tempat dimana kita tinggal. Nyanda ada lagi “dorang”. Yang ada Cuma “torang”. Dengan demikian kita telah menghormati hak paling asasi dari setiap manusia. Dan kita telah belajar untuk tidak menjadi rasis.
Sebenarnya masalah kependudukan di Minahasa lebih kepada unsur politisnya. Seperti Bitung yang di claimed sebagai milik orang Sangir (Peta politik). Bagaimana mengambil jalan tengah untuk mengatasi hal-hal seperti itu, terutama supaya kita tidak melihat lebih kepada “sapa ngoni-sapa torang” ? Banyak mungkin. Tapi yang paling penting adalah bahwa Ke-minahasaan harus di tempatkan dalam konteks ke-Indonesiaan.
Bacirita deng tamang-tamang memang nyanda akan abis-abis kalu so spanen bagini. Makanya Kitya bilang “Bagimana kalu torang sambung di rumah-makan, sebagai salah satu bentuk rasa ke-Minahasan torang yang kaya akan rasa, he..he..he…..”. Samua setuju. Waktu telah menunjukkan pukul 8.00 PM. Jadi memang perut so keroncongan. Apalagi ada yang so gelisah lirik kiri-kanan.
Nyanda lupa torang ambil gambar di setiap moment. Sangat di sayangkan, ada dapa kabar dari Netter Sapulidi (SL) yang lagi dari Princeton nyanda dapa tu alamat.
Netter Tude sempat kaseh kabar akan menyusul ke rumah makan jo kata. Tempat yang torang pilih adalah Grand Buffet – all you can eat -.
Dirumah makan torang masih sambung bacirita topik-topik ringan. Apalagi dengan munculnya Tude, jadi lebe rame tu pertemuan. Kitya juga ada tanya pa Tude mengenai kabar Fordis BBP. Tentang ke-kangen-nan netter V, dan banyak lainnya. Tude tanya sapa kata soh tu netter Spullimya ? (bukang pullia neh, he..he..he). Kita bilang Spullimya itu adalah Netter Syors noh, ternyata Tude masih belum kenal dan tanya lagi, sapa dang tu Syors soh ? Rumanen deng Tom bilang bahwa so dia noh tu Roy.M. Maar Tude kejar terus…”Sapa dang tu Roy M tudia kang…? “ Hua..ha..ha….., saki puru tatawa kita eh. Syors ternyata nyanda se populer yang kita bayangkan dang..he..he..he.
Itu netters Almins lei, terus terang kita ada percakapkan. Kita bilang dia cocok kwa for ba calon. Maar kayaknya yang bersangkutan lebe fokus di Pendidikan Nasional kang…? “Hihaaaa” paling beliau Cuma mo jawab saturupa itu!
Catatan : Foto-foto koleksi Mich ini, diambil di beberapa tempat
Saturday, May 10, 2008
2 Samuel 11
Ini adalah cerita paling sederhana di dunia, kisah Daud dan Batsyeba: Pria melihat wanita, pria tidur dengan wanita, wanitanya hamil. Setiap tahun berita skandal menyiarkan variasi modern dari tema yang sama. Ganti sang politisi-atau penginjil-dengan raja, dan ratu kecantikan dengan Batsyeba. Apanya yang baru ?
Skandal itu sendiri tidak terlalu mengejutkan bagi bangsa Israel yang menjadi rakyatnya Daud. Seperti kebanyakan orang, mereka memaklumi fakta bahwa orang ditampuk kekuasaan yang membuat aturan seringkali tidak mau merepotkan diri untuk mengikuti aturan yang dibuatnya itu. Banyak pemimpin sejarah telah mengikuti jalur ini. Bangsa Romawi punya istilah untuk perilaku demikian yaitu : Rex Lex - Raja dalah Hukum dan bukannya Lex Rex - Hukum adalah Raja.
Kehamilan Batsyeba sedikit banyak merumitkan masalah. Jaman sekarang, pemimpin yang diperhadapkan seperti posisi Daud bisa menghancurkan barang bukti dengan aborsi. Daud pada waktu itu punya rencana lain untuk menutupinya. Dimulai dengan usaha cerdik untuk menipu, membuat suami Batsyeba tampak seperti ayah-anak itu. Namun kesetiaan Uria pada tugasnya harusnya membuat raja Daud malu. Apa yang terjadi kemudian adalah kasus klasik " Satu kejahatan membawa pada kejahatan lainnya ". Pada akhirnya Daud orang yang dikasihi Tuhan itu, melanggar perintah ke 6,7,9 dan 10. Untuk kesetiannya, si prajurit bernama Uria itu justru mendapat upah pembunuhan terencana, dan banyak orang Israel lainnya menjadi korban bersamanya.
Kisah ini menunjukkan Daud dalam sisi yang paling Machiavellian : Sedingin besi, kejam, jahat dalam penggunaan kekuasaan. Kendati demikian, tidak satu kata protes pun muncul. Apa yang diinginkan raja didapatkan raja, tidak ada pertanyaan diajukan.
Setelah masa berkabung, Batsyeba pindah ke istana dan Daud menikahinya. Pada saat itu seharusnya banyak orang yang sudah (dapat) menduga apa yang telah terjadi -para pelayan sudah pasti tahu sejak awal- tetapi dalam cerita itu tidak dilaporkan sama sekali ada orang yang menunjukkan rasa tidak suka. Kisah perzinahan Daud bisa saja berakhir disini, dan mungkin bisa demikian, jika bukan karena kalimat terakhir dipenutup pasal. Bunyinya hanya, " Tetapi hal yang dilakukan Daud itu adalah jahat di mata TUHAN."
Skandal itu sendiri tidak terlalu mengejutkan bagi bangsa Israel yang menjadi rakyatnya Daud. Seperti kebanyakan orang, mereka memaklumi fakta bahwa orang ditampuk kekuasaan yang membuat aturan seringkali tidak mau merepotkan diri untuk mengikuti aturan yang dibuatnya itu. Banyak pemimpin sejarah telah mengikuti jalur ini. Bangsa Romawi punya istilah untuk perilaku demikian yaitu : Rex Lex - Raja dalah Hukum dan bukannya Lex Rex - Hukum adalah Raja.
Kehamilan Batsyeba sedikit banyak merumitkan masalah. Jaman sekarang, pemimpin yang diperhadapkan seperti posisi Daud bisa menghancurkan barang bukti dengan aborsi. Daud pada waktu itu punya rencana lain untuk menutupinya. Dimulai dengan usaha cerdik untuk menipu, membuat suami Batsyeba tampak seperti ayah-anak itu. Namun kesetiaan Uria pada tugasnya harusnya membuat raja Daud malu. Apa yang terjadi kemudian adalah kasus klasik " Satu kejahatan membawa pada kejahatan lainnya ". Pada akhirnya Daud orang yang dikasihi Tuhan itu, melanggar perintah ke 6,7,9 dan 10. Untuk kesetiannya, si prajurit bernama Uria itu justru mendapat upah pembunuhan terencana, dan banyak orang Israel lainnya menjadi korban bersamanya.
Kisah ini menunjukkan Daud dalam sisi yang paling Machiavellian : Sedingin besi, kejam, jahat dalam penggunaan kekuasaan. Kendati demikian, tidak satu kata protes pun muncul. Apa yang diinginkan raja didapatkan raja, tidak ada pertanyaan diajukan.
Setelah masa berkabung, Batsyeba pindah ke istana dan Daud menikahinya. Pada saat itu seharusnya banyak orang yang sudah (dapat) menduga apa yang telah terjadi -para pelayan sudah pasti tahu sejak awal- tetapi dalam cerita itu tidak dilaporkan sama sekali ada orang yang menunjukkan rasa tidak suka. Kisah perzinahan Daud bisa saja berakhir disini, dan mungkin bisa demikian, jika bukan karena kalimat terakhir dipenutup pasal. Bunyinya hanya, " Tetapi hal yang dilakukan Daud itu adalah jahat di mata TUHAN."
Ominous thinking from philosopher
Socrates had followers. Peter Singer, the globe-trotting philosopher whose tour has included a stop at Princeton University, seems to have fans. They are given to hailing him in the hyperbolic language of rock-star groupies. Singer is, you hear his fans declare, the greatest living philosopher.
The praise usually is unaccompanied by a definition of terms. Certainly, however, it can't be disputed that Singer excels at getting attention for himself. And that's surely a singular achievement in academia where the doctoral outfall pipes endlessly emit turgid disquisitions that go unnoticed.
In article titled "Killing Babies Isn't Always Wrong" Singer said : " The notion that human life is sacred just because it's human is medieval."In a book titled "Rethinking Life and Death", he said : " Parents should be free to kill, say a Down's syndrome baby within 28 days of its birth."In a book titled " Practical Ethics ", he said : " Since human infants have no self-awareness - or so Singer debatably but confidently asserts - " The life of a newborn is of less value that the life of a pig, a dog or a chimpanze."
Singer is nothing if not relentlessly avant-garde in his philosophical ruminations. That he has sought to share his insight far beyond academia suggests to think. More likely, we suspect, he takes glee in riling the bourgeois Babbitts. In this quest Singer has enjoyed his little triumphs. Some fat-cat Princeton alumni were provoked to object to an academic sinecure for a man of his views. The fat-cats had to vouchsafed tut-tutting lectures on the imperatives of academic freedom.
Now, however, the bold-thinking Singer may have ventured too far out on the margins even for the intelligentsia. In a recent piece in Free Inquiry magazine, Singer has defended - in fact, urged - research to determine the links (if any) between race and intelligence.
Since race and intelligence are two concepts that have eluded scientific definition, such research seems not merely a futlile endeavor but one fraught with the potential of insidious racist agendas. Singer however, as usual seems ablivious to the possibility of horrendous consequences.
Maybe he has failed to grasp that in academia on all matters remotely relating to race a rigid dogma prevails that welcomes no question on any of dogma's tenets, wheter affirmative action, diversity, "speech codes" or what-have-you.
If in his avant-garde philosophizing Singer has been looking all along for the limits of tolerance in academia, he just finally be getting warm. He'll know for sure he's found the limits when protesting mobs of students and professors approach him bearing an updated cup of hemlock.
The praise usually is unaccompanied by a definition of terms. Certainly, however, it can't be disputed that Singer excels at getting attention for himself. And that's surely a singular achievement in academia where the doctoral outfall pipes endlessly emit turgid disquisitions that go unnoticed.
In article titled "Killing Babies Isn't Always Wrong" Singer said : " The notion that human life is sacred just because it's human is medieval."In a book titled "Rethinking Life and Death", he said : " Parents should be free to kill, say a Down's syndrome baby within 28 days of its birth."In a book titled " Practical Ethics ", he said : " Since human infants have no self-awareness - or so Singer debatably but confidently asserts - " The life of a newborn is of less value that the life of a pig, a dog or a chimpanze."
Singer is nothing if not relentlessly avant-garde in his philosophical ruminations. That he has sought to share his insight far beyond academia suggests to think. More likely, we suspect, he takes glee in riling the bourgeois Babbitts. In this quest Singer has enjoyed his little triumphs. Some fat-cat Princeton alumni were provoked to object to an academic sinecure for a man of his views. The fat-cats had to vouchsafed tut-tutting lectures on the imperatives of academic freedom.
Now, however, the bold-thinking Singer may have ventured too far out on the margins even for the intelligentsia. In a recent piece in Free Inquiry magazine, Singer has defended - in fact, urged - research to determine the links (if any) between race and intelligence.
Since race and intelligence are two concepts that have eluded scientific definition, such research seems not merely a futlile endeavor but one fraught with the potential of insidious racist agendas. Singer however, as usual seems ablivious to the possibility of horrendous consequences.
Maybe he has failed to grasp that in academia on all matters remotely relating to race a rigid dogma prevails that welcomes no question on any of dogma's tenets, wheter affirmative action, diversity, "speech codes" or what-have-you.
If in his avant-garde philosophizing Singer has been looking all along for the limits of tolerance in academia, he just finally be getting warm. He'll know for sure he's found the limits when protesting mobs of students and professors approach him bearing an updated cup of hemlock.
Saturday, April 19, 2008
Pelajaran Hari ini... !
Dalam kesuntukan dengan rutinitas pekerjaan hari lepas hari maka saya memutuskan pagi tadi untuk pergi melepas lelah dengan jalan-jalan di mall. Toko pertama yang menarik perhatian saya adalah toko yang menjual mutiara. Disana ada buku tentang bagaimana kerang memproses sebutir mutiara, yaitu dengan cara meng-insulin pasir.
Saya pernah membaca bahwa konon ada dua cara bagaimana manusia menghadapi tantangan dan kesulitan. Cara yang pertama adalah isolasi. Ia berusaha keras melarikan diri, mengisolasi atau mengasingkan diri serapat-rapatnya, sehingga tantangan tak mampu menyentuhnya. Sedangkan cara yang kedua adalah insulasi. Insulasi adalah cara yang dipakai di negara-negara empat musim, yang "membungkus" dinding rumah mereka sedemikian rupa, sehingga panas di dalam ruangan tidak mudah hilang.
Kalau saja dapat diwujudkan dalam kenyataan, kedua cara itu sebenarnya sama baiknya. Masalahnya adalah bagaimana mungkin kita bisa sepenuhnya "mengisolasi" diri dari berbagai tantangan dan kesulitan disekitar kita...? Untuk itulah kita perlu mulai belajar ilmu insulasi dari kerang mutiara.
Nah, kembali ke cerita kerang tadi. Anda tau dalam buku yang saya baca dijelaskan bahwa proses terjadinya sebuah mutiara bermula dari sebutir pasir yang "nyasar" atau sengaja ditaruh di tubuh si kerang. Kerang itu pasti risih ada benda asing ditubuhnya. Tetapi untuk membuang itu dari tubuhnya ia tak mampu. Sebab itu, yang dilakukannya adalah menginsulasi atau membungkus pasir itu dengan cairan tubuhnya. Pasir yang semula mengganggu kini menjadi mutiara yang indah. Dalam istilah saya "penderitaan yang membawa kebahagiaan". Dari yang tidak berharga diproses menjadi sesuatu yang sangat berharga dan bernilai tinggi. Dari yang menyulitkan menjadi yang menguntungkan.
Ada sorang asal Crotona, ia pernah sesumbar bahwa ia akan mampu mengangkat seekor banteng dewasa dengan kedua tangannya, ia minta diberi waktu 3 bulan. Waktu itu tidak ada seorangpun yang mempercayainya. Tapi setelah waktu yang dijanjikan, ternyata ia bisa! Apa yang dilakukan orang itu selama 3 bulan... ? Ia membeli anak banteng, setiap hari ia mengangkat tubuh anak banteng itu. Sampai mencapai 3 bulan dimana banteng itu telah bertumbuh dewasa. Ia memproses ketelatenan dirinya dengan berlatih tiap hari, kerja keras. Ia membuktikan teori bahwa kita bisa menghadapi kesulitan dan kesukaran dengan telaten. Maka ketelatenan menghadapi kesukaran yang satu akan memampukan anda menghadapi kesukaran yang lain. Telaten dan bekerja keras menjadi kuncinya.
Ada seorang Rasul bernama Paulus, ia juga memberi kita resep yang jitu mengenai bagaimana "menginsulasi" tantangan penindasan, kesesakan, penganiayaan, kesukaran demi kesukaran lainnya. Yaitu "menginsulasinya" dengan Kasih Allah yang ada dalam diri Kristus. (Band. dengan Roma 8:35-39).
Kita bisa merobah "pasir" penderitaan demi penderitaan dan kesulitan demi kesulitan yang kita hadapi, menjadi "mutiara" indah yang berharga dan bernilai bagi diri kita, keluarga dan sesama kita !
Saya pernah membaca bahwa konon ada dua cara bagaimana manusia menghadapi tantangan dan kesulitan. Cara yang pertama adalah isolasi. Ia berusaha keras melarikan diri, mengisolasi atau mengasingkan diri serapat-rapatnya, sehingga tantangan tak mampu menyentuhnya. Sedangkan cara yang kedua adalah insulasi. Insulasi adalah cara yang dipakai di negara-negara empat musim, yang "membungkus" dinding rumah mereka sedemikian rupa, sehingga panas di dalam ruangan tidak mudah hilang.
Kalau saja dapat diwujudkan dalam kenyataan, kedua cara itu sebenarnya sama baiknya. Masalahnya adalah bagaimana mungkin kita bisa sepenuhnya "mengisolasi" diri dari berbagai tantangan dan kesulitan disekitar kita...? Untuk itulah kita perlu mulai belajar ilmu insulasi dari kerang mutiara.
Nah, kembali ke cerita kerang tadi. Anda tau dalam buku yang saya baca dijelaskan bahwa proses terjadinya sebuah mutiara bermula dari sebutir pasir yang "nyasar" atau sengaja ditaruh di tubuh si kerang. Kerang itu pasti risih ada benda asing ditubuhnya. Tetapi untuk membuang itu dari tubuhnya ia tak mampu. Sebab itu, yang dilakukannya adalah menginsulasi atau membungkus pasir itu dengan cairan tubuhnya. Pasir yang semula mengganggu kini menjadi mutiara yang indah. Dalam istilah saya "penderitaan yang membawa kebahagiaan". Dari yang tidak berharga diproses menjadi sesuatu yang sangat berharga dan bernilai tinggi. Dari yang menyulitkan menjadi yang menguntungkan.
Ada sorang asal Crotona, ia pernah sesumbar bahwa ia akan mampu mengangkat seekor banteng dewasa dengan kedua tangannya, ia minta diberi waktu 3 bulan. Waktu itu tidak ada seorangpun yang mempercayainya. Tapi setelah waktu yang dijanjikan, ternyata ia bisa! Apa yang dilakukan orang itu selama 3 bulan... ? Ia membeli anak banteng, setiap hari ia mengangkat tubuh anak banteng itu. Sampai mencapai 3 bulan dimana banteng itu telah bertumbuh dewasa. Ia memproses ketelatenan dirinya dengan berlatih tiap hari, kerja keras. Ia membuktikan teori bahwa kita bisa menghadapi kesulitan dan kesukaran dengan telaten. Maka ketelatenan menghadapi kesukaran yang satu akan memampukan anda menghadapi kesukaran yang lain. Telaten dan bekerja keras menjadi kuncinya.
Ada seorang Rasul bernama Paulus, ia juga memberi kita resep yang jitu mengenai bagaimana "menginsulasi" tantangan penindasan, kesesakan, penganiayaan, kesukaran demi kesukaran lainnya. Yaitu "menginsulasinya" dengan Kasih Allah yang ada dalam diri Kristus. (Band. dengan Roma 8:35-39).
Kita bisa merobah "pasir" penderitaan demi penderitaan dan kesulitan demi kesulitan yang kita hadapi, menjadi "mutiara" indah yang berharga dan bernilai bagi diri kita, keluarga dan sesama kita !
Wednesday, April 16, 2008
My Birthday.....
Hari ini saya ulang tahun....
Satu kalimat pertama yang terucap adalah :
" Terimah Kasih Tuhan, bahwa Engkau masih memberi saya berkat terindah hari ini ! "
Ya, hari ini saya masih bisa bernafas, bergerak dan ada. Terimah kasih Tuhan.
Note: Makaseh banyak buat semua teman-teman yang so kaseh ucapan selamat. May God Bless You All !!
Monday, March 31, 2008
AKU PEMUDA
( oleh Michael Sendow ditulis pada hari pemuda, Oktober 2005 )
....Cerita lama terkuak diantara lembaran-lembaran kekinian....
Satu per satu kaitkan kenangan lahirkan lamunan
Langkah tegap susuri waktu, singsingkan lengan baju
menuju kepastian.....!
Aku seorang pemuda.
dalam sejarah yang menyombong diri
aku disebut "tiang-tiang".......
Tanya menyeruak dalam sanubari.........
Gerangan tiang-tiang apakah daku ini ?
Bintang-bintang berkejaran diangkasa senyap
jawaban pasti diujung bibir......
"Engkau adalah tiang-tinag negara...."
"Engkau pulah tiang Masyarakat:
Dan....
"Tiang Gereja...."
Dimanakah sengatmu ?
Terpesona tanya yang terjawab,
Menggelitik relung-relung sanubari
"Aku seorang pemuda"
"Aku adalah tiang-tiang itu..."
Titian panjang harus dilalui,
sekedar lelucon ataukah sebuah 'zodiak perjuangan'
Andaikan aku bersengat ? menyulut semangat mudaku, membakar emosi.
Emosi menggapai impian, emosi berpeluh ke dermaga masa depan.
Keringat, kerja keras, berpaut-pautan, berkait-kaitan.
Apakah itu cerita lalu?
lamunan kekinian menghantarku ke arah yang lain....
Pemuda....
Tatapan sayu, gelombang keputusasaan, riuh bergemuruh...
Layangkan pandangan, sendengkan telinga dan....
Terkapar....dijalanan....dihamparan rumput hijau...dan , Aah entahlah...
Goyangan badan diantara kilauan lampu-lampu malam...
Teriakan jalang dari sudut kota...pekakkan telinga...
ooh, Pemuda.....akankan kekinian membawamu hanyut.
Hanyut di ketidakpastian.
Galau. Kegalauan, kengerian menerpa silih berganti...
"Tiang-tiang" itu terlihat rapuh, tak teruji, mudah patah dan koyak oleh zaman....
Doaku pasti.....
Bertindih-tindah dengan doa sang renta ditiap rumah...
seakan menyayat hati...
seakan mengoyak nurani....
tetesan airmata, air mata seorang mama......
doa sedu sedan seorang papa....
Demi sesuatu? demi seseorang....
Demi "Tiang-tiang" itu....
Aku seorang pemuda...
kalau gerimis menoreh lukisan indah dipanasnya terik mentari...
Maka kan coba merangkul sang mentari pagi.....dengan pasti.
tanpa tekanan, tanpa paksaan, tanpa bujuk rayu.....
Tapi dengan iman dan doa.
Aku ingin sekali membentuk kembali tiang-tiang itu,
Aku ingin sekali menjadi tiang-tiang yang kokoh itu....
Tiang-tiang yang sudah dipahat dengan doa papa....
yang sudah dicuci dengan air mata mama....
Sehingga fajar baru itu kan merekah.....SEMOGA !
(Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pangadilan !. Pengkhotbah 11:9).
Akupun akan berteriak dengan lantang "AKU SEORANG PEMUDA..."
.....(Tidak peduli apakah aku Seorang Lelaki atau Seorang Perempuan)
-dedicated with respect and honor-
( oleh Michael Sendow ditulis pada hari pemuda, Oktober 2005 )
....Cerita lama terkuak diantara lembaran-lembaran kekinian....
Satu per satu kaitkan kenangan lahirkan lamunan
Langkah tegap susuri waktu, singsingkan lengan baju
menuju kepastian.....!
Aku seorang pemuda.
dalam sejarah yang menyombong diri
aku disebut "tiang-tiang".......
Tanya menyeruak dalam sanubari.........
Gerangan tiang-tiang apakah daku ini ?
Bintang-bintang berkejaran diangkasa senyap
jawaban pasti diujung bibir......
"Engkau adalah tiang-tinag negara...."
"Engkau pulah tiang Masyarakat:
Dan....
"Tiang Gereja...."
Dimanakah sengatmu ?
Terpesona tanya yang terjawab,
Menggelitik relung-relung sanubari
"Aku seorang pemuda"
"Aku adalah tiang-tiang itu..."
Titian panjang harus dilalui,
sekedar lelucon ataukah sebuah 'zodiak perjuangan'
Andaikan aku bersengat ? menyulut semangat mudaku, membakar emosi.
Emosi menggapai impian, emosi berpeluh ke dermaga masa depan.
Keringat, kerja keras, berpaut-pautan, berkait-kaitan.
Apakah itu cerita lalu?
lamunan kekinian menghantarku ke arah yang lain....
Pemuda....
Tatapan sayu, gelombang keputusasaan, riuh bergemuruh...
Layangkan pandangan, sendengkan telinga dan....
Terkapar....dijalanan....dihamparan rumput hijau...dan , Aah entahlah...
Goyangan badan diantara kilauan lampu-lampu malam...
Teriakan jalang dari sudut kota...pekakkan telinga...
ooh, Pemuda.....akankan kekinian membawamu hanyut.
Hanyut di ketidakpastian.
Galau. Kegalauan, kengerian menerpa silih berganti...
"Tiang-tiang" itu terlihat rapuh, tak teruji, mudah patah dan koyak oleh zaman....
Doaku pasti.....
Bertindih-tindah dengan doa sang renta ditiap rumah...
seakan menyayat hati...
seakan mengoyak nurani....
tetesan airmata, air mata seorang mama......
doa sedu sedan seorang papa....
Demi sesuatu? demi seseorang....
Demi "Tiang-tiang" itu....
Aku seorang pemuda...
kalau gerimis menoreh lukisan indah dipanasnya terik mentari...
Maka kan coba merangkul sang mentari pagi.....dengan pasti.
tanpa tekanan, tanpa paksaan, tanpa bujuk rayu.....
Tapi dengan iman dan doa.
Aku ingin sekali membentuk kembali tiang-tiang itu,
Aku ingin sekali menjadi tiang-tiang yang kokoh itu....
Tiang-tiang yang sudah dipahat dengan doa papa....
yang sudah dicuci dengan air mata mama....
Sehingga fajar baru itu kan merekah.....SEMOGA !
(Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pangadilan !. Pengkhotbah 11:9).
Akupun akan berteriak dengan lantang "AKU SEORANG PEMUDA..."
.....(Tidak peduli apakah aku Seorang Lelaki atau Seorang Perempuan)
-dedicated with respect and honor-
Thursday, March 13, 2008
Atlantic City : "Mesin Uang" New Jersey.
Trump Plaza adalah salah satu tempat yang paling ramai dikunjungi selain Taj Mahal dan Ceaser Palace tentunya. Disini pernah digelar beberapa event dunia antaranya, pertandingan tinju kelas berat Mike Tyson, Evander Holyfield, Larry Holmes, Ali, dan banyak lagi. Walikotanya bilang bagini " Truly these are exciting times in Atlantic City, a city alternately known as “The World’s Playground”, “the Queen of Resorts” and a “City Always Turned On”. We feel it’s all of those things and more. But come see for yourself. The red carpet is waiting for you."
Jakarta : Pusat Pembangunan ??
Pemprov DKI sepertinya telah gagal dalam memberikan kenyamanan ber-lalu-lintas bagi warganya. Prestasi NOL besar seperti biasa-biasa saja tanpa ada kemauan memperbaiki situasi. Dalam informasi ber tajuk i-Fakta yang di pancar-luaskan melalui stasion radio di Jakarta, masyarakat berhak melakukan 'clash-action' terhadap pengelola jalan raya. Isu paling besar saat ini yang mengemuka adalah fakta bahwa lubang-lubang di jalan akibat digerus genangan air terus bertambah jumlahnya. Para pengendara seperti dipaksa berlatih 'offroad' yang sebetulnya lahannya bukan di jalan raya. Kurang lebih hampir 30 km jika diukur panjang cacat jalan raya yang dikumpulkan TMC (Traffic Management Center) dan sudah beberapa hari ini informasi tersebut lalu lalang di lintas milis. Semua mengamini bahwa fakta cacat tersebut semakin hari semakin membuat pengguna jalan raya pusing kepala.
Seperti pada gambar di atas, korban pun berjatuhan baik dari hanya yang sekedar terpelanting setelah terperosok sampai terjatuh menghindar lubang hingga akhirnya dihajar bis yang tengah melaju di belakangnya. Miris, ironis. Coba lihat akan ada usaha apa yang dibuat Pemprov DKI dalam satu atau dua pekan ke depan. Masa bodo atau justru di luar dugaan, seperti pembenahan instan aspal yang mengelupas. Pembenahan memang harus dilakukan dan tentunya membenahi mutu aspal sehingga melawan air pun tidak perlu sampai tergerus.
sumber gambar : milis Forum Safety Riding Jakarta
Saturday, March 1, 2008
Bercerita lewat rangkaian foto.....
Inilah Manado kita, Minahasa kita....
Foto-foto ini berkisah tentang tempat yang meriwayatkan beragam cerita kehidupan.
Ada kemegahan dan pembangunan disana, ada kemiskinan dan kepapahan. Ada beragam tempat beribadah yang harusnya menjadikan kita lebih memaknai IMAN dengan tindakan nyata. Jatuh bangun negeri kita, kampung halaman kita, ada di tangan siapa lagi kalau bukan di tangan kita sendiri ?
Foto-foto ini berkisah tentang tempat yang meriwayatkan beragam cerita kehidupan.
Ada kemegahan dan pembangunan disana, ada kemiskinan dan kepapahan. Ada beragam tempat beribadah yang harusnya menjadikan kita lebih memaknai IMAN dengan tindakan nyata. Jatuh bangun negeri kita, kampung halaman kita, ada di tangan siapa lagi kalau bukan di tangan kita sendiri ?
Subscribe to:
Posts (Atom)