Ada pepatah yang mengatakan, “Harapan adalah tiang yang menyangga dunia” (Pliny the Elder), oleh sebab itu kita mesti punya harapan, sebab tanpa harapan apalah artinya hidup ini? With no hope, we are dying….
Jakarta kini memiliki sebuah harapan baru dengan
terpilihnya Jokowi-Ahok. Jakarta Baru yang tadinya mungkin hanya ada
dalam mimpi belaka, kini perlahan-lahan mulia mewujud. Terlepas dari ada
yang menyangsikan. Terlepas dari ada yang meragukan, tapi masyarakat
banyak pada umumnya tidaklah buta. Mereka pasti tahu bahwa Jokowi
sementara membawa mereka ke arah perubahan yang lebih baik itu. Banyak
gebrakan dan pondasi yang sudah dia bangun. Butuh waktu, tapi sebelum
tiang-tiang berdiri, pondasinya harus dibangun dulu. Dibangun dengan
kuat. Jokowi itu adapah harapan yang dimiliki Jakarta.
Akhir-akhir ini, santer terdengar, terbaca, dan terlihat segala macam bentuk pemberitaan dan rumors
tentang majunya Jokowi sebagai calon Presiden Indonesia 2014. Ada yang
menyambutnya dengan gegap gempita, ada yang mencercanya. Padahal, belum
ada pengumuman resmi lho, tapi ributnya sudah minta ampun.
Banyak partai sudah mulai menempel dan mendekat. Saya mengibaratkannya
seperti ini. Yang tadinya jauh mulai mendekat, dan yang tadinya dekat
mulai merapat, sementara yang sudah rapat mulai menempel. Artinya,
Jokowi ini memang magnet. Ia tidak hanya menjadi magnet di Jakarta, tapi
juga di Indonesia.
Saya tidak dalam posisi mendukung atau menolak Jokowi untuk maju sebagai Calon Presiden Indonesia 2014
nanti. Sebab siapalah saya sehingga berhak mengatur-ngatur Jokowi. Saya
hanya ingin menulis sedikit hasil amatan, dan prediksi ke depan seperti
apa nantinya. Menurut hemat saya, Jokowi pun sudah pernah mengatakan
bahwa ia itu akan patuh terhadap perintah partai yang sudah menempatkan
dia sebagai Gubernur Jakarta. Ini tentu secara kasat mata
mengindikasikan, apa yang diminta partai PDIP (apapun) pasti akan ia
emban. Tentu, keputusan utama ada di tangan Megawati. Sebagai Ketua
Umum, sekali saja dia mendeklarasikan dan meminta Jokowi untuk maju,
maka jadilah Jokowi.
Tapi, tunggu dulu. Apa iya, Megawati akan semudah
dan segampang itu memberikan kesempatan tersebut kepada Jokowi? Bukankah
ia masih bisa dan mungkin mau untuk maju. Bukankah juga, masih ada Puan
Maharani yang sangat digadang-gadangkan untuk maju sebagai calonnya
PDIP? Nah, di sinilah Jokowi harusnya mencermati. Kalau misalnya, ia
dipasangakn ‘hanya’ sebagai calon wapres, umpamanya mendampingi Megawati
sebagai capresnya. Atau disandingan dengan Puan Maharani, maka kiprah
Jokowi tamat sudah. Itu tandanya PDIP memakai ketenaran dan keterkenalan
Jokowi untuk mendulang suara sebanyak mungkin. Padahal Jokowi bukan
seorang pengekor, tapi pemimpin. Ia tentu tidak mau jadi ekor, tapi
kepala. Ia bukanlah sebuah ban ‘ban serep’ semata. Ya, kasarnyakan wapres itu ‘ban serep’.
Bagaimana bila Jokowi akhirnya
memang diberikan kesempatan dan diminta PDIP untuk mau dicalonkan
sebagai Presiden Indonesia 2014? Berat juga memang. Sebab, kalau Jokowi
mengiyakan berarti ia harus meninggalkan posisinya sebagai Gubernur DKI
Jakarta. Tentu saja banyak pihak yang kemudian akan mempolitisasi hal
tersebut, dan ‘menikam’ Jokowi dengan tuduhan, kecaman, dan entah apa
lagi. Berat bagi Jokowi. Padahal di lain kesempatan ia mengatakan untuk
tidak berpikir-pikir yang aneh-aneh. Ia akan berkonsentrasi menjalankan
tugasnya sebagai Gubernur. Tapi, ia juga selalu bilang, apa yang
ditugaskan partai akan ia emban.
Survei di mana-mana menempatkan Jokowi sebagai
urutan teratas. Ini menandakan, para calon pemilih, sangat mungkin
memang menghendaki ada perubahan di Indonesia ini. Bahwa, bisa jadi
sudah ada kemuakkan yang amat sangat terhadap pemimpin-pemimpin yang
selama ini tidak dekat dengan rakyat, dan tidak sepenuhnya mengabdi.
Beberapa waktu yang lalu seorang Pembina Partai
Gerindra sudah mengatakan bahwa Prabowolah orang yang paling senang
melihat Jokowi selalu menempati nomor urut 1 di hampir semua survei yang
dilakukan. Prabowo senang karena Gerindralah jugalah yang memasangakan
Jokowi-Ahok sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Namun,
katanya lagi, Jokowi sebenarnya sudah dipersiapkan Gerindra untuk
menjadi Presiden di tahun 2019, bukan tahun 2014.
Jokowi for 2019?
Sekarang mari kita berkalkulasi. Masa keemasaan
Jokowi boleh dibilang adalah sekarang. Ia sudah menjadi ‘icon’
pembaharuan. Ia sudah menjadi trendsetter bagaimana seorang
pemimpin mesti berprilaku. Dirinya selalu ada dalam pemberitaan. Di mana
Jokowi ada, di situ ada pemberitaan. Di mana ada pemberitaan, di situ
ada Jokowi. Jokowi adalah berita. Tanpa berkampanye pun ia hampir pasti
akan tetap dipilih. Kenapa dia menjadi sumber pemberitaan? Karena dia
itu fenomenal. Dia mengerti apa yang harus dia lakukan untuk supaya
dicintai rakyat. Pemimpin yang mengerti betul apa itu kemiskinan,
penderitaan, dan kesusahan hidup. Sebab, ia beranjak besar dan pernah
hidup di lingkungan yang seperti itu.
Lalu apakah Jokowi masih berpeluang bila harus
menunggu 2019 nanti? Ada, tapi kecil. Karena apa? Karena siapapun yang
terpilih, ia tentu akan berusaha memperpanjang masa jabatan
kepresidennya. Mana ada yang mau dibilang gagal. Contohnya, kalaupun
Gerindra bilang mempersiapkan Jokowi untuk tahun 2019. Dan bila memang
Prabowo yang jadi Presiden saat ini, apa mau Prabowo dengan legowonya sehabis memimpin satu periode rela memberikannya ke Jokowi? I don’t think so.
Incumbent itu pasti akan bertahan untuk melanjutkan satu periodenya
lagi (menggenapi dua periode batas kepemimpinan). Dan kalau sudah
seperti itu, didukung dana dan berbagai kekuatan, mungkin juga saat itu
Jokowi sudah mulai ‘menurun staminanya’, ya tinggal tunggu 10 tahun dari
sekarang baru mungkin bisa. Ketika pemilihan sudah dimulai baru lagi,
di mana incumbent memang harus melepaskan jabatan, persis saat sekarang
ini. Sangat sayang memang kalau harus ‘kehilangan’ Jokowi’.
Bagi saya pribadi, memang masih ada nama-nama bagus
dan pantas untuk maju seperti misalnya Dahlan Iskan dan Mahfud Md. Tapi
bagaimana kalau mereka tidak diusung, dan ternyata mereka tidak maju?
Kita harus legowo dipimpin orang-orang lama lagi, yang track recordnya
yah begitulah. Kita semua sudah tahu sendirilah. Padahal untuk saat ini
tingkat elektabilitas Jokowi itu amat sangat tinggi. Dan, dia itu
pemimpin yang memiliki tingkat kedekatan serta kepemihakan terhadap
rakyat di atas rata-rata. Ia tulus melayani rakyat. Ia bersedia untuk
turun ke bawah, tidak terlena di pusat kekuasaan. Jokowi itu adalah harapan yang dimiliki Indonesia.
Banyak yang bilang, Jokowi itu masanya adalah
sekarang. Bukan kapan-kapan. Kalau ia tidak jadi Presiden 2014 ini, ia
juga tidak akan jadi Presiden di 2019 nanti. Entahlah. Mari kita
berharap dan berdoa supaya bukan hanya Jakarta yang mendapatkan pemimpin
terbaik, tapi juga Indonesia. Jokowi itu memperjuangkan sebuah perubahan dan kemajuan. Dan menurut Robert F Kennedy, “Kemajuan merupakan kata yang merdu. Tetapi perubahanlah penggeraknya, dan perubahan (ternyata) mempunyai banyak musuh.” —Michael Sendow—
No comments:
Post a Comment