Sunday, August 28, 2011

Social Security Bagi Warga Indonesia? Why Not...

Pertanyaan simple ini pernah saya tanyakan atau usulkan kepada Dr.Ryaas Rasyid seorang pakar otonomisasi dan desentralisasi pada waktu ia berkunjung ke Amerika Serikat beberapa tahun lalu. Saya bilang kenapa tidak sebaiknya setiap penduduk Indonesia diusahakan untuk memiliki Social Security Number (Nomor Jaminan Sosial) atau di Amerika dikenal dengan SSN (SS#). Beliau bilang hal itu sudah pernah ia pikirkan tapi masalahnya teknologi di Indonesia belum sepenuhnya bisa mendukung.

Pertama mari kita buka-buka dulu, makanan macam apa sih SS itu? Social Security adalah suatu nomor unik yang diberikan bagi setiap warga negara sejak ia lahir, atau juga bagi para pendatang (immigrant) yang secara khusus mendapat ijin kerja (working permit) atau juga kepada mereka yang telah pindah kewarganegaraan. Nah, SSN ini unik dan setiap yang memiliki nomor ini akan mendapatkan kartu yang dinamakan Kartu Jaminan Sosial atau Social Security Card. Tidak ada pemilik SSN yang memiliki nomor yang sama. Bagi warga Amerika atau pun pendatang yang bekerja di Amerika, SSN ini adalah “nyawa” mereka. Tanpa ini segala sesuatu akan sulit dan terhambat. Ibarat mobil tanpa roda. Tidak bisa bergerak, kalaupun bisa jalannya pasti terseok-seok lalu mogok.



Apa sih keuntungan memiliki SSN? Banyak! Keuntungan dari pihak pemerintah sebagai penerima pajak dan keuntungan bagi pemegang kartu SS ini. Win-win solution. Dengan adanya SSN maka pembayaran pajak warga negara terkontrol. Tidak bisa tidak, semua yang bekerja dengan menggunakan SSN harus membayar pajak. Perhitungannya jelas dan terkontrol. Di sisi lain, akan sangat sulit bagi mereka yang tidak memiliki SSN untuk mendapatkan pekerjaan, apalagi setelah tahun 2008. Semua semakin ketat. Kecuali mereka yang masih berani bekerja di bawah tangan yang bakalan tidak tenang dan nyaman, artinya bekerja tanpa surat-surat jelas. Tapi perusahaan yang sudah mempekerjakan mereka yang tidak memiliki SSN, atau istilah untuk sesama orang Asia Tenggara termasuk Indonesia sebagai “orang gelap” akan dikenai denda paling kurang 10.000 USD per orang. Tentu perusahaan tidak mau merogoh kocek sebanyak itu, jadi penerimaan karyawan pun pastilah akan diperketat.

Apabila Anda adalah tenaga professional yang ditransfer secara resmi dari perusahaan Anda dan memiliki reciprocal treaty dengan Amerika, terdapat beberapa pengecualian. Boleh intip-intip di sini: Social Security Treaties and Agreements to Avoid Dual Tax. Selain itu, pemerintahan lokal dan tingkat propensi (state) memiliki program mereka sendiri-sendiri untuk pensiunan dan orang-orang cacat yang memiliki SSN, hal mana sangat menguntungkan masing-masing pihak, tentu saja sesuai tempat di mana ia berdomisili. Oleh karena itulah juga makanya ketika setiap tahun saya mengurus Income Tax, ada dua amplop yang diterima, satu dari tingkat state satunya lagi dari tingkat federal melalui Federal Social Security System, which is for me very interesting!


Keuntungan lainnya dengan adanya SSN ini adalah benefit-benefitnya, retirement plan, refund/income tax adalah beberapa diantaranya. Bahkan banyak warga negara yang sangat bergantung pada keuntungan adanya SSN. Orang-orang tua yang mau pensiun, anak-anak yang mau lanjut sekolah, orang-orang cacat pun dapat perlakuan khusus. Tingkat kriminal bisa ditekan. Bayangkan dengan system online yang ada, instansi mana pun yang mengecek nomor SS Anda akan langsung tahu latar belakang Anda, kerja di mana sebelumnya, track record selama hidup Anda, tindakan kriminal apa saja yang pernah dilakukan. Dan informasi-informasi lainnya. Bahkan pernah ada suatu cerita lucu di New Jersey tempat saya waktu itu, ada seorang pemuda yang merampok di sebuah liquor store (toko khusus minuman keras). Pemuda ini rupa-rupanya adalah peminum berat, ia tidak punya uang dan hanya ingin beberapa botol whiskey serta red wine. Pemuda ini lalu mengancam sang pemilik toko. Tapi pemilik toko ini tak kalah cerdik, ia mengatakan bahwa sesuai hukum yang berlaku, maka perlu dilihat dulu usia Anda sudah di atas 18 atau belum? Pemuda ini tidak membawa tanda pengenal apapun. Ia kemudian dengan tololnya memberikan nomor SS-nya. Memang minuman kerasnya ia peroleh, tapi 30 menit kemudian polisi sudah datang di apartement-nya. SSN adalah kunci informasi diri Anda.

Oleh karena keuntungan-keuntungan SSN itu juga maka di Amerika lazim terdengan kalimat seperti ini “I’m on disability”. Secara umum artinya mereka itu adalah pekerja cacat yang sementara mendapatkan keuntungan dari program Social Security Disability Benefits. Atau juga kalimat seperti ini “I’m on Social Security”, artinya orang tersebut kemungkinan besar adalah pensiunan yang sementara mendapatkan keuntungan dari program Social Security Retirement.

Keuntungan-keuntungan yang sama juga berlaku bagi yang bukan warga negara asli (immigrant), asal saja mereka memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan. Pertama, harus memiliki status ijin tinggal resmi, atau juga telah mendapat ijin (permission) dari U.S Citizenship and Immigration Services (USCIS) untuk bekerja secara resmi di Amerika. Kemudian, setelah permohonan SSN disetujui barulah kita boleh menikmati segala benefit yang diberikan untuk pemegang SSN.

Memang tidak bisa dipungkiri dan tidak bisa kita tutup-tutupi bahwa para pendatang ini sering justru menyalahgunakan fasilitas dan kemudahan yang sudah diberikan. Pendatang dari negara-negara Amerika Latin (lazim dikenal dan disebut Spanish people), India dan Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya turut memberi andil untuk itu. Contoh kasus yang saya saksikan adalah mereka me”mark-up” jumlah anak mereka dengan menggunakan SSN anak orang lain, jadi misalnya aslinya hanya memiliki 1 anak tapi supaya income tax akhir tahunnya banyak, mereka memasukkan data palsu sebagai memiliki 3 atau 4 anak dengan tujuan mendapat duit lebih banyak lagi. Mungkin dengan satu anak hanya mendapat 1000 USD, dengan 4 anak maka mereka mendapat lebih dari 4000 USD. Ini juga masih terjadi karena kelemahan pengelola system ini yang “terlalu percaya orang”. Mereka tidak pernah menyangka ada yang mau dan mampu melakukan penipuan semacam itu. Jadi agak longgar. Tapi akhir-akhir ini dengan banyaknya kasus pemalsuan seperti itu, peraturan dan perhitungannya sudah diperketat. Ada juga pasangan-pasangan yang baru menikah, tidak mau menipu seperti itu tapi mereka pakai cara resmi, setelah menikah bikin anak banyak-banyak. “Semakin banyak anak, semakin banyak income tax yang diperoleh” demikian kata teman saya yang waktu belum lama menikah.

Kembali ke pertanyaan awal, kalau begitu kenapa pemerintah Indonesia tidak menerapkan system ini? Apa memang kendalanya adalah teknologi? Rasa-rasanya tidak juga. Teknologi dan komunikasi kita di Indonesia saat ini sudah sebegitu majunya, di tunjang pakar-pakar komunikasi dan IT yang tidak bisa lagi dipandang remeh. Masalahnya mungkin adalah dengan diterapkan system ini, di satu sisi baik karena terjadi pemerataan, semakin banyak pendapatan semakin besar pajak yang harus dibayar (apa orang-orang kaya suka ini?), korupsi bisa “tertekan” (apa para pejabat suka ini?), orang-orang miskin, pensiuanan, dan orang cacat pun mendapat keuntungan-keuntungan (benefit). Tapi di sisi lain juga ada sebuah kelakar beberapa orang yang mengatakan bahwa bisa saja pasangan suami istri akan kembali berlomba-lomba bikin anak banyak-banyak, kalau perlu sembilan, sepuluh atau bentuk kesebelasan (sebelas anak). Kalau itu yang terjadi, bagaimana dengan program KB, dua anak cukup?

Ah, tapi apa pun itu, mungkin memang banyak kendala-kendala lain yang tidak memungkinkan Indonesia menerapkan penggunaan Social Security Number. Padahal banyak manfaat penggunaan atau penerapan SS# ini.Mudah-mudahan di masa mendatang, sistem ini bisa diberlakukan.

Michael Sendow.

No comments: