Friday, May 25, 2012

Kenapa Harus Investasi Untuk Melindungi Jiwa dan Kesehatan?






Apakah untuk menjamin hidup Anda maka harus terlebih dahulu menjadi orang yang kaya raya? Mungkin jawaban kebanyakan orang adala “YA”. Menjadi kaya adalah keharusan dan keniscayaan bila hidupmu ingin terjamin masa depannya. Benarkah demikian? Bagi saya menjadi kaya itu mungkin saja adalah harapan banyak orang, tapi jauh lebih mustahil untuk mewujudkannya. Benar tidak? Lantas apakah bagi saya dan Anda yang mungkin hidupnya belum sebanding dengan misalkan Donald Trump, Bill Gates, atau Carlos si manusia terkaya di dunia itu kemudian menjadi tidak berhak hidup bahagia dengan mendapatkan perlindungan jiwa dan kesehatan yang layak? Saya pun menjawab dengan lantangnya: Kitapun bisa dan berhak mendapatkannya! Ada yang langsung bertanya bagaimana caranya? Sabar…sabar…Saya ajak Anda untuk ikuti terus tulisan ini.

Menurut Wikipedia kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Memang arti kata “miskin” itu sangatlah luas. Kita bisa miskin secara ekonomi, miskin pergaulan atau interaksi sosial, miskin kesempatan dalam dunia politik, miskin pengetahuan, dan masih banyak lagi. Pun miskin dari segi pemenuhan kebutuhan hidup, kesehatan, dan perlindungan jiwa.

Pertanyaan selanjutnya yang mengemuka adalah, apakah dan di manakah posisi kita saat ini? Sangat miskin, setengah miskin, sedikit miskin? Atau sangat kaya, setengah kaya, sedikit kaya? Saya harap Anda tidak jadi bingung. Begini. Ketika Anda merasa bahagia dan merasa segalanya sudah cukup, walaupun keadaan keuangan Anda tidak bagus saya rasa Anda tidak masuk kategori miskin. Bahkan ada orang yang sebenarnya banyak uang tapi selalu merasa kekurangan. Mereka menderita di tengah-tengah keberlimpahan yang dimiliki. Lalu ada juga yang merasa menderita karena tidak ada jaminan atas jiwa dan kesehatannya hari lepas hari.

Nah, salah satu alat dan sarana supaya Anda tidak lebih menderita lagi dalam perjalanan kedepannya, maka mengasuransikan jiwa dan kesehatan haruslah dipertimbangkan untuk masuk skala prioritas. Ingat benar, bahwasanya mengasuransikan jiwa dan kesehatan Anda adalah sebuah bentuk investasi jangka panjang. Itu tidak akan pernah kembali dengan sia-sia. Ingat saja pepatah kuno yang bersabda seperti ini, “Apa yang engkau tanam, itu pulalah yang akan engkau tuai.” Maukah Anda menanam (baca: menginvestasikan) uang Anda demi perlindungan jiwa dan kesehatan Anda selamat hayat masih dikandung badan? Jawabannya ada di tangan Anda.

Kenapa Harus Berinvestasi Untuk Perlindungan Jiwa dan Kesehatan?

Banyak di antara kita yang menganggap remeh arti dan manfaat asuransi jiwa dan kesehatan. Karena apa? Apakah karena mereka masih merasa yakin bahwa akan sehat-sehat saja seumur hidup mereka? Atau mungkin mereka merasa hidup atau tubuh ini adalah immortal. Tidak ada mati-matinya. Tidak ada habis-habisnya. Betulkah demikian? Salah besar. Karena sekaya apapun Anda, atau semiskin apapun Anda, yang namanya sakit serta kematian tidak pernah pandang bulu. Suatu ketika Anda pasti akan merasakan bagaimana tergeletak sakit tanpa daya, dan juga bila saatnya tiba, suka atau tidak, Anda harus siap ketika jiwa Anda dipanggil oleh DIA yang sudah memberi hidup dan kehidupan. Yang perlu dipersiapkan adalah bagaimana kita menghadapi semua yang tak terhindari itu. Sudahlah kita berinvestasi untuk itu?

Okelah mungkin Anda berpikir “ah, saya kan sudah dapat perlindungan kesehatan dari tempat saya bekerja”. Tapi, tunggu dulu, jangan lupa bahwa perlindungan kesehatan dari tempat Anda beraktivitas biasanya fasilitas itu hanya dapat dimanfaatkan selama kita masih aktif bekerja di perusahaan tersebut. Tapi bukankah masa depan pekerjaan kita selalu saja unpredictable. Tak bisa dijamin 100% bahwa kita masih akan tetap bekerja di situ.Untuk mengantisipasi hal ini, maka sebenarnya kita memerlukan perlindungan kesehatan tambahan bagi pribadi dan keluarga tentunya. Bahkan boleh dikata justru inilah yang akan menjadi pegangan utama kita selanjutnya sehubungan dengan perlindungan jiwa dan kesehatan.

Setelah sekarang mengetahui manfaatnya, lalu tunggu apa lagi? Jangan sampai menunda-nunda keputusan untuk berinvestasi demi perlindungan jiwa dan kesehatan Anda dan orang-orang terkasih, seisi rumah Anda. Bila Anda menunda keputusan keuangan yang harus diambil maka hal ini bisa merusak rencana kedepan yang sudah tertata serta tersusun rapih. Tetapi bila Anda melakukannya lebih cepat lagi, hal ini bisa memberikan perlindungan kesejahteraan, serta kesehatan secepat itu pula.

Saya punya pengalaman yang sungguh tidak enak dan kurang elok. Selama belasan tahun tinggal di Amerika, saya mengabaikan betapa pentingnya untuk menanam investasi perlindungan jiwa dan kesehatan. Kenapa? Karena saya terlalu yakin akan vitalitas dan kesehatan saya yang selama lima tahun pertama di Amerika, tidak pernah sakit dan selalu bugar. Apalagi dengan udara yang masih less polution di sana. Pokoknya semuanya serba meninabobokan saya. Alasan lainnya adalah bahwa dalam pikiran saya, mengasuransikan jiwa dan kesehatan hanyalah pemborosan dan buang-buang uang. Sama sekali belum dibutuhkan.

Tapi semuanya berbalik 360 derajat. Apa yang saya abaikan telah membawa saya kepada penyesalan yang berkepanjangan. Tanpa pernah terbayangkan oleh pikiran sempit saya, akhirnya toh saya jatuh sakit juga. Parah. Bahkan teramat parah. Saya menderita maag sangat akut, sampai usus saya juga sudah mengeluarkan banyak darah, uric acid, dan batuk yang tak henti-hentinya. Pokoknya dokter mengharuskan saya istirahat total, berobat rutin, dan tidak boleh makan sembarangan (hanya boleh makan menu tertentu). Yang paling saya sesali adalah saya harus mengeluarkan uang begitu banyak karena telah mengabaikan pentingnya berinvestasi untuk perlindungan jiwa dan kesehatan. Tapi apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Terlambat. Orang Amerika bilang, “It is to late…” Pukulan itulah yang menyadarkan saya dari keterlenaan. Menyadarkan saya dari kebodohan dan ketakpedulian saya. Bahwa kesehatan yang kita miliki itu ternyata tidaklah abadi.

Buatlah Keputusan yang Tepat Sekarang Juga

Seorang pakar perencanaan keuangan asal Amerika bernama Ric Edelman mencatat secara jelas dalam bukunya yang berjudul The Truth about Money, bahwa sedikitnya ada empat masalah utama yang membuat orang gagal menciptakan kehidupan sejahtera sebagaimana yang mereka harapkan dan idam-idamkan, yaitu: Sikap suka menunda-nunda (procrastination), kebiasaan menghabiskan/ menghambur-hamburkan uang (spending habits), inflasi yang terus meningkat (inflation), dan pajak (taxes).

Untuk dua hal pertama yang disebutkan Edelman adalah lebih kepada masalah pribadi seseorang (internal) sedangkan yang dua terakhir adalah masalah eksternal yang tidak dapat kita atasi sendiri. Masalah internal tentu saja dapat diatasi dan bahkan harus diatasi secara pribadi. Sikap suka menunda-nunda perencanaan keuangan sangat jelas merupakan faktor utama tidak tercapainya kehidupan sejahtera di masa datang. Padahal hal tersebut dapat kita atasi sendiri. Tinggal bagaimana kita mengubah habit dan pandangan kita akan pentingnya berinvestasi, utamanya untuk jiwa dan kesehatan.

Mungkin Anda belum banyak mengetahui tentang program asuransi jiwa dan kesehatan? Silahkan intip dan pelajari di sini: www.bca.co.id. Bank BCA memiliki beberapa program unggulan, di antaranya adalah Anda dapat bertransaksi dengan mudah (kemudahan transaksi), kemudian mereka juga melakukan perencanaan finansial yang kesemuanya tentu untuk kepentingan dan kesuksesan dalam mengelola keuangan Anda sebagai nasabah. Ada juga program pendidikan bagi sang buah hati Anda, perlindungan jiwa dan kesehatan sebagai suatu bentuk investasi, serta program untuk mewujudkan hunian ideal. Dan so pasti semua itu akan sangat menguntungkan untuk masa kini dan masa depan Anda. Jika ingin mengetahui hal-hal berikut ini dapat Anda peroleh langsung di sana: Solusi perbankan, rencana masa depan, kemudahan transaksi, produk perbankan, layanan perbankan, kebebasan finansial

Karenanya, satu-satunya tindakan yang harus segera Anda ambil dan buat adalah  merealisasikan keputusan untuk melakukan perencanaan keuangan keluarga yang menyeluruh. Dan karena jiwa serta kesehatan kita sangat berharga, bahkan tak ternilai dengan uang, jangan tunda lagi, berapapun usia Anda saat ini pergunakanlah kesempatan yang tersisa. Tidak akan ada ruginya untuk menginvestasikan uang demi memberi perlindungan atas jiwa dan kesehatan Anda. Karena satu hal yang pasti, menunda keputusan seputar investasi keuangan keluarga yang berhubungan dengan jiwa dan kesehatan harus dibayar mahal di masa yang akan datang. Jangan sampai terjadi penyesalan di kemudian hari. Jadi maukah Anda menginvestasikan uang Anda?

Tuesday, May 22, 2012

Mengenal Tokoh-tokoh Termuda Dalam Sejarah Yang Menjadi Doktor dan Profesor


1322225156523322321
Bagi saya, menyimak sejarah berbagai hal di dunia ini adalah suatu sesuatu yang begitu mengasyikkan, sesuatu banget githu lho. Semua itu turut memberi sumbangsih untuk menambah wawasan dan menjadi sarana pembelajaran yang luar biasa bermanfaat. Memicu dan memacu semangat kita untuk menjadi lebih baik, dan lebih baik, dan lebih baik lagi. Berusaha berbuat dan menciptakan karya-karya terbaik yang kita punya, dan yang kita bisa.

Kali ini, mari kita simak dan lihat serta meneladani hal-hal positif dari para tokoh berikut ini. Mereka adalah professor-profesor dan doktor-doktor termuda, yang sudah mencatatkan diri mereka dalam sejarah dunia pendidikan. Baik itu pendidikan tingkat dunia maupun pada skala dunia pendidikan Indonesia. Adalah merupakan kebanggaan bagi mereka yang menghasilkan karya terbaik di usia yang masih belia. Contoh yang tentu saja begitu menginspirasi dan menguatkan, serta membanggakan kita.

Pemuda berikut ini meraih gelar Profesor di bidang Electrical Engineering di Amerika sebelum berusia 30 tahun. Karena marga-nya (nama belakang) yang sangat mirip nama orang Jepang, maka tak jarang para petinggi Jepang mengajaknya untuk “pulang ke Jepang” demi membangun Jepang. Padahal ia sama sekali bukan orang Jepang lho. Tapi ternyata Prof. Tansu, begitu sering ia disapa adalah pemegang paspor hijau berlogo Garuda Pancasila. Ia adalah warga negara Indonesia yang sangat brilian.

Sosok kita yang pertama memang adalah seorang pria bernama Nelson Tansu. Siapa sih sebernarnya pemuda ini? Mungkin banyak di antara kita yang sudah mengetahui sepak terjang beliau. Laki-laki muda yang lahir di Medan pada tanggal 20 Oktober tahun 1977 ini adalah merupakan lulusan terbaik dari SMA Sutomo 1 Medan. Pernah menjadi finalis tim Indonesia di Olimpiade Fisika. Meraih gelar Sarjana dari Wisconsin University pada bidang Applied Mathematics, Electrical Engineering and Physics (AMEP).
Gelar sarjana di Wisconsin itu diraih dengan ‘sangat gampang’. Hal itu dibuktikan dengan menyelesaikan studinya tersebut hanya dengan waktu yang sangat singkat yaitu 2 tahun 9 bulan. Ia juga lulus dengan predikat Summa Cum Laude. Sebuah prestasi kelulusan tertinggi. Ia meraih gelar Master pada bidang yang sama, dan meraih gelar Doktor (Ph.D) di bidang Electrical Engineering pada usianya yang baru ke-26 tahun.

Thursday, May 10, 2012

Wow, Thanks God?


“Wow, Thanks God”?

Sering benar kita menggunakan ungkapan-ungkapan ekspresi dalam bahasa Inggris. Bahkan tidak jarang banyak anak-anak muda dengan pede (percaya diri) yang sangat tinggi saling berbalas-balasan dengan menggunakan Bahasa Inggris. Apakah semuanya itu salah? Tentu tidak. Tapi mari kita sedikit maju lebih jauh lagi untuk melihat berbagai keganjilan dan kekeliruan yang terjadi.

Ada teman saya, saking gembiranya dikasih naik gaji lumayan gede sama bossnya, teriak kayak orang kesurupan “Oh yeah…Thanks God!”. Jadi rupa-rupanya ia mau mengganti ungkapan ‘syukurlah’ dengan memakai Bahasa Inggris. English bo! English coy!. Nah, tapi coba Anda tebak di mana letak kesalahan ungkapan teman saya tadi? Apa…? Seratus! Anda ternyata lebih jeli dari teman saya itu. Jadi penggunaan “Thanks God” tersebut kurang tepat. Harusnya ekspresi rasa syukur tersbut harus berbunyi “Thank God” tanpa memakai huruf “S”. Sebab dengan menempatkan huruf S, ungkapan tersebut akan jadi berubah makna dan arti. Sama saja dengan ketika kita mau mengatakan “Thank You” dan bukannya “Thanks You”. Betul tidak? Ya iyalah pasti betul!